• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

objektif dan subjektif. Positivisme moral adalah teori yang mengatakan bahwa semua perbuatan moral atau moralitas bersifat konvensional, bahwasanya tidak ada perbuatan yang menurut hakikatnya baik atau buruk.

b) Moral dalam Perspektif Islam

Pembicaraan tentang moral di dalam Islam selalu berkaitan dengan akhlak. Menurut Philip K. Hitti, ada tiga jenis pandangan mengenai akhlak di dalam agama Islam. Pertama, akhlak untuk hubungan ‘tertib sopan sehari-hari’ atau popular philosophy of morality. Kedua, akhlak untuk hubungan dengan ilmu pengetahuan atau philosophycal. Ketiga, akhlak yang berhubungan dengan masalah kejiwaan atau mystical psychological.16

Berdasarkan tiga cara pandang di atas, sederhananya dapat dikatakan mengenai adanya pendekatan teoretis dan praktis atas perilaku manusia. Pendekatan yang bersifat teoritis merupakan bagian dari usaha rasionalisasi terhadap tingkah laku manusia, atau berupa pikiran-pikiran logis tentang sesuatu yang harus diperbuat oleh manusia. Sedangkan pendekatakan praktis menunjuk secara langsung kepada tingkah laku manusia. Tingkah laku ini bisa dilihat sebagai hasil pikiran logis manusia ketika menyadari kehidupan sosialnya. Misalnya mengenai perbuatan-perbuatan mana yang harus

16 Zainal Abidin Ahmad, Konsepsi Negara Bermoral (Jakarta: Bulan Bintang, 1975). hlm 19-20

dilakukan, dan perbuatan mana yang mesti ditinggalkan. Mana perbuatan yang baik, dan mana perbuatan yang buruk.

Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.17 Alat ukur dari akhlak secara pasti diperoleh dari Alquran dan sunnah. Berikut ruang lingkup akhlak:

1) Akhlak Terhadap Allah Swt

Taqwa: memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

 Cinta Dan Rida: dengan cinta kepada Allah, seseorang akan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan serta meninggalkan hal yang dibenci dengan penuh semangat dan kasih sayang.

 Ikhlas: beramal tanpa pamrih, hanya mengharap rida Allah Swt. Karena hanya dengan ikhlas semua amal ibadah akan diterima oleh Allah.

Khauf dan Raja’: merasa takut akan adab Allah dan penuh pengharapan akan rida Allah.

 Tawakkal: membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan kepada-Nya.

17 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999). Hlm 1

 Syukur: memuji dan berterima kasih kepadapemberi nikmat atas kebaikan yang telah diberikan.

Muraqabah: kesadaran seorang hamba bahwa ia selalu di bawah pengawasan Allah Swt.

 Tobat: kembali dari sifat-sifat tercela menuju ke sifat-sifat terpuji.

2) Akhlak Terhadap Rasulullah

 Mencintai Dan Memuliakan Rasul:

 Mengikuti Dan Menaati Rasul

 Mengucapkan Selawat Dan Salam 3) Akhlak Pribadi

Shidiq: benar atau jujur, harus ada sinkronisasi antara hati, perbuatan dan perkataan.

 Amanah: memelihara titipan daan mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk semula.

Istiqomah: sikap teguh mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

 Iffah: memelihara kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.

Mujahadah: mencurahkan segala kemampuan untuk melepas segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah Swt.

Syaja’ah: keberanian untuk memilih jalan yang benar, ditentukan oleh kekuatan hati dan kebersihan jiwa.

Tawadhu’: rendah hati, tidak merasa dirinya lebih dari orang lain.

 Malu: sifat yang menghasilkan keengganan setelah melakukan kesalahan.

 Sabar: menahan diri dari sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan rida Allah Swt.

 Pemaaf: memberikan maaf terhadap kesalahan tanpa ada rasa benci dan keinginan untuk membalas.

4) Akhlak Dalam Keluarga

Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua)

 Hak, Kewajiban, Dan Kasih Sayang Suami Istri

 Kasih Sayang Dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

 Silaturrahim Dengan Karib Kerabat 5) Akhlak Bermasyarakat

 Bertamu dan Menerima Tamu

 Hubungan Baik Dengan Tetangga

 Hubungan Baik Dengan Masyarakat

 Pergaulan Muda-Mudi

Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar sesama muslim)

6) Akhlak Bernegara

 Musyawarah

 Menegakkan Keadilan

Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran)

 Hubungan Pemimpin Dan Yang Dipimpin 2. Tinjauan Film

a) Pengertian Film

Film merupakan salah satu media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayak heterogen dan anonim, dan akan menimbulkan efek tertentu.18

Film adalah sebuah media komunikasi massa yang memiliki realitas tertinggi terutama dalam kehidupan di masyarakat karena film adalah media yang paling efektif digunakan dalam menyampaikan pesan dan informasi. Secara kolektif, film disebut dengan “sinema”. Gambar hidup adalah suatu bentuk seni populer dari hiburan hingga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera atau oleh animasi. Film selalu mengandung makna baik secara informatif, edukatif, hingga persuasif.

18 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, n.d.). hlm 91

Dewasa ini, film dapat dikatakan sebagai sebuah industri yang menampung berbagai macam manusia untuk dapat mengekspresikan perasaan dan kemampuannya. Film adalah suatu seni yang paling kompleks karena memiliki komposisi yang unik dan memiliki banyak fungsi di antaranya sebagai hiburan, kontrol sosial, dan pendidikan.

Kekuatan film dalam memengaruhi khalayak bersumber kepada audio visualnya serta kemampuan sutradara dalam memberikan kesan bagi para penontonnya. Kemampuan film dalam menyampaikan pesan terletak pada alur ceritanya. Sutradara menyajikan pesan-pesan dalam film dengan menggunakan tanda yang terdapat pada visual atau audionya. Karena ini film merupakan bidang kajian yang relevan untuk dianalisis dengan semiotika.

Kamus komunikasi mengartikan film adalah media yang bersifat visual dan audio untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang menontonnya.19 Sifatnya yang audio visual bisa memengaruhi penonton yang menonton. Tujuan dari pembuatan film adalah untuk menarik perhatian orang-orang supaya menyaksikan menggunakan permasalahan-permasalahan yang diangkat ke dalamnya.

Film berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana informasi, edukasi, dan persuasi

19 Onong Uchijana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Hlm 134

karena cerita yang diangkat dalam film adalah peristiea-peristiwa yang seringkali terjadi di masyarakat.

b) Unsur Pembentuk Film

Film dibentuk oleh dua unsur yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur ini saling berkaitan dan berkesinambungan dalam membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tidak dapat membentuk sebuah film jika berdiri sendiri. Bisa dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan atau materi yang diolah dan unsur sinematik adalah cara dan gaya untuk mengolahnya.20

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema dari sebuah film. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur pembentuk seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Unsur- unsur tersebut saling berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan.

Seluruh jalinan peristiwa yang ditampilkan terikat dengan hukum kausalitas atau hukum sebab akibat. Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yaitu mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara.

Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera.

Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta

20 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008).

hubungan kamera dengan objek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.

Seluruh unsur sinematik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan.

c) Teknik Pengambilan Gambar

Dunia perfilman memiliki beberapa istilah seperti pemotongan (cut), pembesaran gambar (zoom in), pengecilan gambar (zoom out), memudar (fade), dan pelarutan (dissolve). Selanjutnya pada gerakan dipercepat (speeded up), gerakan lambat (slow motion), dan efek khusus (special effect). Bahasa tersebut juga mencakup kodekode representasi yang lebih halus, yang tercakup dari penggambaran visual danlinguistik hingga simbol-simbol yang abstrak dan arbitrer serta metafora. Analisis visual gambar menjadi suatu elemen terpenting yang menjadikannya bermakna.21

Terdapat dua aspek yang difokuskan dalam menganalisis iklan yakni aspek visual yang berupa ekspresi para tokoh, cara pengambilan gambar dan setting. Kedua aspek audio yang berupa narasi, gaya bahasa. Cara pengambilan gambar dalam penelitian ini dapat berfungsi sebagai penanda. Gambar menjadi elemen terpenting untuk membentuk suatu tayangan berdurasi. Teknik pengambilan

21 Seto, Semiotika Komunikasi. Hlm 39

suatu gambar akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan apakah memenuhi kriteria menjadi gambar yang layak. Teknik pengambilan suatu gambar memiliki kode-kode yang memiliki makna tersendiri. Kode-kode tersebut menginformasikan hampir seluruh aspek tentang keberadaan kita dan menyediakan konsep yang bermanfaat bagi analisis seni populer dan media. Beberapa elemen gambar dapat ditemui dalam kode, terutama yang berhubungan dengan bahasa gambar yang bisa dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2

Teknik dalam Pengambilan Gambar PENANDA

(SIGNIFIER)

MENGANDUNG PERTANDA (SIGNIFIED) PENGAMBILAN GAMBAR

Extreme Long Shot kesan luas dan keluarbiasaan

Full Shot Hubungan sosial

Big Close Up Emosi, dramatik, moment penting

Close Up Intim atau dekat

Medium Shot Hubungan personal dengan objek

Long Shot Konteks perbedaan dengan publik

SUDUT PANDANG (ANGLE)

High Dominasi, kekuasaan, dan

otoritas

Eye-Level Kesejajaran, keamanan, sederajat

Low Didominasi, dikuasai, dan

kurang otoritas TIPE LENSA

Wide Angle Dramatis

Normal Normalitas dan keseharian Telephoto Tidak personal, voyeuristik

FOKUS

Selective Focus Meminta perhatian (tertuju pada suatu objek) Soft Focus Romantis serta nostalgia Deep Focus Semua unsur adalah penting

PENCAHAYAAN

High Key Riang dan cerah

Low Key Suram dan muram

High Contrast Dramatikan dan teatrikal Low Contrast Realistik serta terkesan seperti

dokumenter PEWARNAAN

Warm (kuning, orange, merah,

abu-abu) Riang dan cerah

Cool (biru dan hijau) Pesimisme, tidak ada harapan Black and White (hitam dan

putih) Realisme, aktualisme, harapan

3. Tinjauan Umum Anime a) Pengertian Anime

Anime menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah animasi atau kartun khas Jepang.22 Anime adalah Animasi Jepang (Japanese Animation) yang banyak digunakan di berbagai serial televisi, film, video, games, komersial, dan beberapa situs internet.

Animasi sendiri memiliki arti sebagai sebuah upaya untuk membuat presentasi statis menjadi hidup yang pembuatannya terbentuk dari perubahan visual secara terus-menerus.23 Dalam anime, tema yang ditayangkan dan penggambaran karakter tokoh yang menggunakan dua dimensi dibuat dengan sangat teliti dan mendetail sehingga dapat menarik perhatian penonton.

22 “KBBI Daring,” n.d., https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/anime.

23 Putri Suantari, Dunia Animasi (Denpasar Timur: Miia Art, 2016). Hlm 21

Tema yang sering diangkat dalam cerita anime biasanya berhubungan dengan kehidupan manusia pada umumnya, seperti baik dan buruk, romansa, hubungan manusia dengan alam, juga harapan dan mimpi untuk masa depan.

Anime memiliki daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya untuk sekadar hiburan karena fantasi dan imajinasi yang hanya sebatas khayalan dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata dapat digambarkan dan dituangkan di dalam film. Sebagai budaya populer yang sejalan dengan budaya massa, memiliki arti bahwa anime merupakan budaya yang diproduksi secara massa untuk dikonsumsi massa yang menyenangkan dan disukai banyak orang.

b) Genre Anime

Masyarakat kebanyakan menganggap anime hanyalah untuk anak-anak, padaha di dalam anime cerita dan visual yang disampaikan tidak selamanya cocok untuk ditonton oleh anak-anak.

Terdapat banyak genre di dalam anime yang dibagi menjadi dua, yaitu genre yang didasarkan oleh jenis kelamin dan segmentasi usia, kedua berdasarkan tema yang diangkat.

Berikut beberapa contoh pembagian genre anime berdasarkan segmentasi usia dan jenis kelamin:

1) Kodomo, yaitu anime yang diperuntukkan untuk anak-anak.

Biasanya berisi tentang pendidikan usia dini.

2) Shoujo, yaitu anime yang diperuntukkan untuk remaja perempuan. Biasanya bercerita tentang para gadis dan permasalahannya

3) Shounen, yaitu anime yang diperuntukkan untuk remaja laki-laki.

Biasanya bercerita tentang aksi heroik dari suatu tokoh.

4) Josei, anime yang diperuntukkan untuk perempuan dewasa.

Biasanya bercerita tentang kehidupan romansa wanita.

5) Seinen, anime yang diperuntukkan untuk laki-laki dewasa.

Biasanya berisi tentang aksi namun dibumbui dengan adegan thriller.

Berikut beberapa genre anime berdasarkan segmentasi tema yang diangkat:

1) Aksi, berhubungan dengan perkelahian atau aksi heroik suatu tokoh. Contoh anime genre ini adalah Kimetsu no Yaiba.

2) Petualangan, bercerita tentang petualangan, penonton seperti dibawa berpetualang di dalam dunia anime. Contoh anime genre ini adalah Made in Abyss.

3) Mecha, bercerita tentang dunia mekanik , biasanya berupa robot atau mesin. Contoh anime genre ini adalah Evangelion.

4) Drama, menyajikan cerita yang kompleks tentang kehidupan yang emosional dan penuh konflik. Contoh anime genre ini adalah Shigatsu wa Kimi no Uso.

5) Slice of life, menampilkan kisah kehidupan sehari-hari dalam hidup manusia. Anime dengan genre ini cenderung tenang dengan sedikit konflik. Contoh anime dengan genre ini adalah Yuru Camp.

6) Romansa, anime ini menceritakan tentang kehidupan romansa.

Contoh anime genre ini adalah Fruits Basket.

7) Komedi, cerita yang ada di dalam anime ini bisa memuat berbagai genre namun dispesifikkan mengandung banyak unsur-unsur komedi. Contoh anime genre ini adalah Danshi Koukosei no Nichijou.

8) Fantasi, cerita yang ada di dalam anime ini seringkali tidak masuk akal. Biasanya bertema sulap, peristiwa supernatural, mitologi, dunia lain atau isekai, dan fantasi yang bersifat fiktif. Contoh anime genre ini adalah Tate no Yuusha.

4. Tinjauan Umum Semiotika a) Pengertian Semiotika

Secara etimologis, semiotika berasal dari bahasa Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda adalah suatu yang berdasarkan konvensi sosial yang telah terbangun sebelumnya dan dapat dimengerti untu mewakili sesuatu yang lain. Pada awalnya tanda dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.

Contoh, jika ada asap maka ada api.24 Pada dasarnya analisis

24 Seto, Semiotika Komunikasi. Hlm 7

semiotika merupakan sebuah usaha untuk menemukan berita di dalam berita. Artinya, semiotika membantu upaya untuk menemukan sesuatu dalam sebuah karya sastra yang dapat dipertanyakan lebih lanjut dengan analisis khas paradigmatik.

Semiotika memiliki wilayah kajian yang luas, dengan demikian semiotik menganggap semua fenomena yang ada di masyarakat dan kebudayaan sebagai tanda. Tanda dapat mengganti sesuatu yang lain secara signifikan. Garis besarnya, tanda dapat muncul di mana saja dan kapan saja karenamemang mencakup segala hal seperti kata, bahasa, gerak-gerik, pakaian, boneka, menu makanan, musik, lukisan, film, sabun, bahkan dunia. Segala sesuatu yang secara konvensional dapat menggantikan atau mewakili sesuatu yang lain dapat disebut dengan tanda.25

Proses komunikasi manusia dalam menyampaikan pesan menggunakan bahasa baik verbal maupun nonverbal. Memahami bahasa verbal maupun nonverbal dibutuhkan ilmu untuk mempelajari hal tersebut, yaitu semiotika. Kaitan antara komunikasi dan semiotika adalah komunikasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran pesan dimana pesan memiliki tiga elemen struktur, yaitu tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Pesan dalam komunikasi yang melibatkan tanda-tanda tersebut memiliki makna tertentu, karenanya, tanda dan maknanya menjadi penting dalam

25 Rusmana, Filsafat Semiotika. Hlm 31

komunikasi, sebab fungsi utama dari sebuah tanda adalah alat untuk membangkitkan makna.26

Bidang kajian semiotik mempelajari fungsi tanda, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang berperan untuk membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam wilayah kajian ilmu komunikasi, semiotika memiliki jangkauan yang luas. Semiotika dapat diterapkan pada berbagai kajian tentang komunikasi seperti komunikasi massa, yaitu film, televisi, iklan, lagu, foto, produk jurnalistik, dan lain sebagainya.

b) Semiotika Roland Barthes

Barthes lahir pada tahun 1915, beliau dikenal dengan pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan berbagai model macam linguistic dan semiologi Sausure. Sausure adalah seorang tokoh prancis yang mengenalkan konsep semiotika yang kemudian dikembangkan oleh barthes. Barthes mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang dicerminkan oleh asumsi-asumsi dari masyarakat pada waktu dan tempat tertentu.

Barthes menjadikan denotasi dan konotasi sebagai konsep analisinya. “Orders of signification” merupakan istilah yang digunakan oleh barthes. First signification adalah nama dari denotasi dan second signification adalah nama dari konotasi. Melalui dua

26 Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi. hlm 7

model tersebut barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara tanda dengan sebuah realitas eksternal.

Denotasi merupakan makna tanda yang paling nyata, dilanjutkan dengan signifikasi tahap dua yaitu memaknai mitos yang terkandung dalam makna denotatif tersebut.

Kehidupan masyarakat manggambarkan perkembangan tanda dan makna pada tahap sekunder sering terartikulasi menjadi sistem ideologi dan mitos. Barthes menghubungkan ideologi dengan mitos karena di dalam keduanya hubungan antara penanda dan pertanda terjadi secara termotivasi. Mitos bukanlah realitas yang tidak dapat dijelaskan, melainkan sebuah sistem komunikasi yang berbentuk pesan dengan fungsi untuk mgnungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai tertentu.

Produksi makna dari pembaca akan menghasilkan kejamakan.

Tugas para semiolog atau pembaca adalah menunjukkan sebanyak mungkin makna yang mungkin dihasilkan. Barthes menyebut proses ini sebagai semiolog yang memasuki “dapur makna”.27

Menurut Barthes, suatu karya atau teks hanya berbentuk konstruksi. Apabila ingin menemukan makna dari karya yang harus dilakukan adalah merekosntruksi bahan-bahan yang tersedia dengan cara dipenggal-penggal menjadi beberapa leksia atau satuan bacaan tertentu. Dengan begitu tidak perlu sibuk mencari-cari makna yang

27 Rusmana, Filsafat Semiotika. Hlm 199

(mungkin) disembunyikan pengarang, akan tetapi bergantung kepada cara pembaca memproduksi makna.

Dokumen terkait