• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.5. Analisis Data

Untuk mengetahui gambaran tentang komposisi jenis pada tegakan yang menjadi objek penelitian, dilakukan perhitungan terhadap parameter yang meliputi Kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman jenis.

1. Kerapatan, Frekuensi dan Dominansi

Kerapatan banyaknya individu dari jenis tumbuhan dapat ditaksir atau dihitung yang dinyatakan persatuan luas, frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem, dan dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan.

Kerapatan (K) =

Kerapatan Relatif = × 100%

Frekuensi (F) =

Frekuensi Relatif = × 100%

Dominansi (D) =

Dominansi Relatif (D) = × 100%

2. Indeks Nilai Penting

Merupakan indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya. Indeks nilai penting diperoleh dari:

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon,tiang dan pancang), dan INP = KR + FR (untuk tingkat semai)

Dimana :

INP = Indeks Nilai Penting (%) KR = Kerapatan Relatif (%) FR = Kerapatan Relatif (%) DR = Dominansi Relatif (%)

Kriteria INP berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 seperti tertera pada Tabel 1

Tabel 1. Kriteria INP Vegetasi

No INP Pohon (%) INP Semai/Pancang/Tiang (%) Kriteria

1 > 240 > 160 Sangat Baik

2 180 – 239 120 – 159 Baik

3 120 – 179 80 – 119 Cukup

4 60 – 119 40 – 79 Kurang

5 < 60 < 40 Sangat Kurang

Sumber : Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994

3. Indeks Keanekaragaman Jenis

Merupakan parameter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk mempelajari

pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas komunitas. Rumus Indeks keanekaragaman jenis dari Shannon – Wienner (1963), adalah

H’ = - ∑ [Pi In Pi]atau H’ = - ∑ Dimana : H’ = Indeks Keragaman

Ni = Jumlah individu dari suatu jenis N = Jumlah total individu seluruh jenis

Besarnya Indeks Keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut.

1. Nilai H’ > 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi.

2. Nilai H’ 1 ≤ H’ 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah agak melimpah.

3. Nilai H’ < 1 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah

3.5.2. Analisis Struktur Tegakan 1. Struktur Horizontal Tegakan

Struktur tegakan dibuat dengan membuat hubungan antara kelas diameter setinggi dada (cm) dengan kerapatan pohon (jumlah pohon per hektar).

Kerapatan pohon (jumlah pohon per hektar) diletakkan pada sumbu y, sedangkan kelas diameter sebagai absis. Meyer et al. (1961) menyatakan bahwa umumnya untuk hutan normal grafik struktur tegakannya berupa huruf

“J” terbalik sepeti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Model struktur tegakan.

2. Struktur Vertikal Tegakan (Stratifikasi Tajuk)

Stratifikasi tajuk disajikan dalam suatu diagram profil tegakan yang menggambarkan proyeksi tegakan dari atas (proyeksi tajuk-tajuk pada lantai hutan) dan proyeksi tegakan dari muka atau samping.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pola-pola Agroforestri

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada umumnya system Pola Agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat di desa Batu Rappe Keamata Biring Bulu diklasifikasikan atas tiga bentuk pola berdasarkan komponen yang menyusunnya yaitu Agrisilvikultur (Agrisilviculture system), Agrosilvofisheri (Agrosilvofishery System). agrosilvopastur (Agrosilvopastoral systems),

Agrisilvikultur adalah Sistem agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat dengan mengkombinasikan komponen kehutanan dengan komponen pertanian (atau tanaman non kayu). Pada pola Agrosilviculture terbagi atas dua bentuk kombinasi tanaman yaitu kombinasi tanaman kemiri, Mappala ,rita, pinus, suren dan coklat (Kombinasi A), kombinasi tanaman suren, jabon, mahoni, papaya, cokelat dan salak (Kombinasi B).

Agrosilvofishery adalah system agroforestry yang baru-baru ini kembangkan oleh masyarakat desa Batu Rappe. System ini merupakan system percontohan dari pemerintah dinas petanian dan perikanan. Adapun kombinasi tanamannya meliputi, gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa, dan manga di kombinasikan dengan system kolam ikan mujair dan nila ( Kombinasi C).

Agrosilvopastural adalah sistem agroforestri yang memadukan komponen kehutanan, pertanian dengan komponen peternakan. Masyarakat yang mengembangkan sistem silvopastura adalah masyarakat yang memiliki lahan yang kurang subur untuk lahan pertanian sebaliknya memiliki padang

pengembalaan dimana rumput tersedia sepanjang tahun sebagai sumber pakan ternak. Masyarakat memelihara ternak sapi dengan system kandang di dalam kebun kombinasi tanaman meliputi gentungang, manga, pinus, dan bilalang.

atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (Kombinasi D).

Pola Agrisilviculture dalam kombinasi A dikembangkan oleh masyarakat di dalam lahan milik dengan kombinasi tanaman kemiri, Mappala ,rita, pinus, suren dan coklat ke enam jenis ini banyak dikembangkan oleh masyarakat karena memilki nilai jual yang tinggi dipasaran serta pemeliharannya yang tidak begitu sulit dan tidak membutuhkan perhatian yang khusus. Sama halnya dengan pola Agrisilviculture kombinasi B banyak dikembangkan oleh masyarakat di lahan milik dengan jenis tanaman yang dikembangkan adalah suren, jabon, mahoni, papaya, cokelat dan salak di lahan milik bapak Abdul Gani ini merupkan salah satu lahan percontohan yang bibitnya di peroleh dari dinas Kehutanan Dan Perkebunan.

Pola Agrosilvofishery kombinasi C banyak dikembangkan oleh masyarakat di dalam lahan milik dengan kombinasi antara tanaman gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa, dan manga. Lahan milik bapak Zulkili ini sama halnya dengan lahan milik bapak Abd Gani yang juga merupakan lahan percontohan yang memadukan antara tanaman kehutanan dan pertanian seperti gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa, dan mangga dengan kolam ikan yang berisi jenis ikan mujair dan ikan nila, bibit ikan tersebut di peroleh dari dinas perikanan dan peternakan Sementara pola Agrosilvopastura kombinasi D yang juga di tanam dalam lahan milik dengan memadukan jenis tanaman, mangga,

pinus, sengon, kayu karet, jabon putih dan rumput gajah dengan ternak sapi sistem kandang.

4.2. Komposisi Jenis Tumbuhan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka analisis struktur dan komposisi jenis tumbuhan dilakukan pada 4 variasi atau kombinasi penyusun tanaman dominan yang ditetapkan berdasarkan hasil orientasi lapangan.

Pola Agrosilviculture kombinasi A di dominasi kemiri (Aleuritus moluccana), Pinus (Pinus mercusi), kakao dan kopi Pola Agrosilviculture kombinasi B Suren (Toona sureni), Gmelina (Gmelina arborea), alpukat, pisang dan papaya. Pola Agrosilvofishery kombinasi C di dominasi oleh Mangga, sukun, nangka, tanaman holtikultura yang dikombinasikan dengan system kolam ikan mujair dan nila. Pola Agrosilvopastura kombinasi D di dominasi oleh Pinus (Pinus mercusi) Jati (Tectona grandis Sp), Jabon putih (Anacardium occidentale), Gmelina (Gmelina arborea) dan pakan ternak yaitu rumput gajahPerbedaan komposisi tanaman tersebut disebabkan karena perbedaan tempat tinggi, jenis tanah dan pengalaman masyarakat selama bertahun-tahun dalam mengelolah lahan pertanian

Jumlah jenis tumbuhan setiap pola agroforestri dan Indeks Nilai Penting (INP) dominan untuk keempat pola disajikan pada Tabel di bawah, sedangkan Komposisi jenis tumbuhan dan INP untuk masing-masing pola berdasarkan tingkat pertumbuhan secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.

Tabel 2. Jumlah Jenis Tumbuhan Setiap Pola Agroforestri Pola

Agroforestri

Tk. Pertumban

AGROSILVICU LTURE

(A)

AGROSILVICUL TURE

(B)

AGROSILV OFISHERY

(C)

AGROSILV OPASTURA(

D)

Pohon 7 3 10 8

Tiang 9 4 10 6

Pancang 3 4 6 5

Anakan/tumbuhan

bawah 2 3 5 3

Jumlah Jenis 21 14 31 22

Sumber: Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan Tabel di atas jumlah jenis tumbuhan pada pola Agrosilviculture (A) sebanyak 21, pola Agrosilviculture (B) sebanyak 14 jenis, dan pola Agrosilvofishery (C) sebanyak 31 jenis dan Agrosilvopastura (D) sebanyak 22 jenis,. Komposisi jenis tanaman pada setiap pola agroforestri bervariasi di setiap pola, jenis komersial yang dikembangkan oleh masyarakat adalah untuk tanaman kayu-kayuan adalah suren, jabon, gmelina, sengon, jati super, tanaman MPTS (Multi perpuse tree spesies) adalah nangka, kapuk, kemiri, mangga, alpukat, durian, tanaman perkebunan adalah kakao, karet, kopi, langsat, kelapa, jeruk, dana tanaman pertanian adalah salak, papaya, pisang, terong. Lombok dan ubi kayu sedangkan tanaman untuk pakan ternak adalah rumput gajah

4.3. Indeks Nilai Penting Dan Indeks Keanekaragaman 4.3.1. Agrosilviculture (Kombinasi A)

Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilviculture (Kombinasi A) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 3 s/d Tabel 6

Tabel 3. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat pohon

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%) D (m2)

DR (%)

INP (%) H 1 Kemiri 33.33 20.00 1.00 27.25 8584.834 16 63.25 0.322 2 Pinus 58.33 35.00 0.67 18.17 7485.055 13.95 67.11 0.367 3 Pulai 16.67 10.00 0.67 18.17 11516.76 21.46 49.63 0.230 4 Mangga 8.33 5.00 0.33 9.08 10698.2 19.94 34.02 0.150

5 Jati 33.33 20.00 0.33 9.08 3321.1 6.189 35.27 0.322

6 Nangka 8.33 5.00 0.33 9.08 3732.086 6.955 21.04 0.150 7 Tobo-Tobo 8.33 5.00 0.33 9.08 8322.718 15.51 29.59 0.150

Jumlah 166.67 100 3.67 100 53660.75 100 300 1.691

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 3, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah Pinus sebesar 67,11% dan kemiri 63.25 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis Pinus sebesar 58 individu/ha dan kemiri 33 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 1.691 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 4. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat tiang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%) D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Jati 8.33 7.14 0.33 11.11 1861.74 14.65 32.90 0.189

2 Pinus 16.67 14.29 0.33 11.11 1899.05 14.94 40.34 0.278

3 Mappala 8.33 7.14 0.33 11.11 883.28 6.95 25.20 0.189

4 Suren 8.33 7.14 0.33 11.11 1343.32 10.57 28.82 0.189

5 Rita 8.33 7.14 0.33 11.11 2079.65 16.36 34.62 0.189

6 Mangga 25.00 21.43 0.33 11.11 1636.66 12.88 45.42 0.330 7 Pinang 16.67 14.29 0.33 11.11 1114.06 8.77 34.16 0.278

8 Biraeng 8.33 7.14 0.33 11.11 907.78 7.14 25.40 0.189

No Jenis K(ind /ha)

KR

(%) F FR

(%) D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

9 Nangka 16.67 14.29 0.33 11.11 983.26 7.737 33.13 0.278

Jumlah 116.67 100 3.00 100 12708.82 100 300 2.107

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 4, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang adalah manga (mangifera indica) sebesar 45,42% dan pinus 40,34 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis mangga sebesar 25 individu/ha dan pinus 17 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat tiang sebesar 2,107 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 5. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat pancang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%) D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Kakao 141.67 73.91 1.00 59.88 164.85 15.98 149.77 0.223 2 Kopi 33.33 17.39 0.33 19.96 366.01 35.48 72.83 0.304 3 Biraeng 16.67 8.70 0.33 19.96 500.85 48.55 77.20 0.212

Jumlah 191.67 100 1.67 100 1031.71 100 300 0.740

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 5, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 149.77% dengan kategori cukup baik dan biraeng 40,34 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting.

Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 141 individu/ha dan pinus 17 individu/ha

sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 0,740 dengan kategori rendah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 6. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat anakan

NO Jenis

K(ind /ha)

KR

(%) F FR

(%)

INP

(%) H

1 Pulai 8.33 9.09 0.33 25.06 34.15 0.218

2 Pisang 83.33 90.92 1.00 75.19 166.10 0.087

Jumlah 92 100 1 100.25 200.26 0.305

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 6, pola Agrosilviculture memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan anakan/tumbuhan bawah adalah tanaman pisang sebesar 166.10 % dengan kategori cukup baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pisang sebesar 83 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 0.305 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.

4.3.1.1. Agrosilviculture (Kombinasi B)

Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilviculture (Kombinasi A) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 7 s/d Tabel 10

Tabel 7. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Jabon 8.33 12.50 0.33 33.33 4570.73 21.55 67.38 0.260 2 Mangga 16.67 25.00 0.33 33.33 12911.52 60.86 119.19 0.347 3 Jatih putih 41.67 62.50 0.33 33.33 3732.09 17.59 113.42 0.294

Jumlah 66.67 100 1.00 100 21214.34 100 300 0.900

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 7, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis mangga sebesar 119.19 % dan jatih putih 113.42 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis manga sebesar 17 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 0.900 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 8. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat tiang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Suren 116.67 46.67 0.33 25.06 1267.87 22.50 94.23 0.356 2 Jabon 41.67 16.67 0.33 25.06 1934.71 34.33 76.06 0.299 3 Jatih putih 41.67 16.67 0.33 25.06 1148.20 20.38 62.11 0.299 4 Alpukat 50.00 20.00 0.33 25.06 1284.50 22.80 67.86 0.322

Jumlah 250.00 100 1.33 100 5635.28 100 300 1.275

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 8, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis suren sebesar 94,23 % dan jabon 76,06 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis suren sebesar 116 individu/ha dan jenis jabon sebesar 42 individu/ha, sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 0.900 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 9. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat pancang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Suren 33.33 9.52 0.33 14.31 457.18 35.04 58.87 0.224 2 Mahoni 8.33 2.38 0.33 14.31 292.60 22.42 39.11 0.089 3 Kakao 266.67 76.19 1.00 42.92 140.43 10.76 129.87 0.207 4 Alpukat 41.67 11.90 0.67 28.61 414.68 31.78 72.30 0.253 Jumlah 350.00 100 2.33 100 1304.88 100.00 300 0.773

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 9, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 129,87% dengan kategori baik dan alpukat (Percea Americana) 72,30 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 270 individu/ha dan alpukat 42 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 0,773 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 10. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat anakan/tumbuhan bawah

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

INP

(%) H

1 Salak 41.67 18.52 0.67 28.61 47.13 0.312

2 Pisang 100.00 44.44 0.67 28.61 73.06 0.360 3 Pepaya 83.33 37.04 1.00 42.92 79.96 0.368

Jumlah 225.00 100 2.33 100 200 1.041

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 10, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan

79,96 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pepaya (Carica papaya) sebesar 84 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 1,041 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener

4.3.1.2. Pola Agrosilvofishery (Kombinasi C)

Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 11 s/d Tabel 14

Tabel 11. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Gmelina 25.00 10.71 0.33 6.67 6947.96 8.21 25.59 0.239 2 Durian 8.33 3.57 0.33 6.67 11386.01 13.45 23.69 0.119 3 Sengon 16.67 7.14 0.33 6.67 6765.82 7.99 21.80 0.189 4 Sukun 41.67 17.86 1.00 20.00 16158.51 19.09 56.95 0.308 5 Kelapa 8.33 3.57 0.33 6.67 8472.00 10.01 20.25 0.119 6 Mangga 50.00 21.43 0.67 13.33 10984.02 12.98 47.74 0.330 7 Bitti 25.00 10.71 0.67 13.33 3282.10 3.88 27.93 0.239 8 Nangka 41.67 17.86 0.67 13.33 4861.57 5.74 36.93 0.308 9 Kapuk 8.33 3.57 0.33 6.67 10533.44 12.44 22.68 0.119

10 Jati 8.33 3.57 0.33 6.67 5255.44 6.21 16.45 0.119

Jumlah 233.33 100 5.00 100.00 84646.86 100 300 2.09 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 11, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C)tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis sukun (Artocarpus atilis) sebesar 56.95 % dan mangga 47.74 % dengan kategori sangat kurang berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis mangga (Mangifera indica) 42 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 2.09 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 12. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Tiang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Gmelina 16.67 13.33 0.33 10.01 1624.80 11.97 35.32 0.269 2 Mangga 16.67 13.33 0.67 20.02 983.45 7.25 40.60 0.269 4 Bitti 8.33 6.67 0.33 10.01 2550.42 18.80 35.47 0.181 5 Suren 33.33 26.67 0.33 10.01 1759.72 12.97 49.65 0.352 6 Sengon 16.67 13.33 0.33 10.01 1061.57 7.82 31.17 0.269 7 Langsat 8.33 6.67 0.33 10.01 1115.31 8.22 24.90 0.181 8 Durian 8.33 6.67 0.33 10.01 1725.72 12.72 29.40 0.181 9 Kelapa 8.33 6.67 0.33 10.01 1934.71 14.26 30.94 0.181

10 Jati 8.33 6.67 0.33 10.01 812.77 5.99 22.67 0.181

Jumlah 125.00 100.00 3.33 100.10 13568.47 100.00 300 2.06 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 12, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat Tiang memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang adalah jenis mangga (Mangifera indica) sebesar 40.60 % dan bitti 35.47 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis suren sebesar 17 individu/ha dan jenis bitti sebesar 9 individu/ha, sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 2.09 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 13. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Pancang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%) D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Kakao 50.00 30.00 0.67 22.22 136.31 11.16 63.38 0.361 2 Kopi 41.67 25.00 0.67 22.22 120.20 9.84 57.06 0.347 3 Suren 8.33 5.00 0.33 11.11 520.17 42.58 58.69 0.150 4 Jeruk 50.00 30.00 0.67 22.22 125.44 10.27 62.49 0.361 5 Langsat 8.33 5.00 0.33 11.11 149.28 12.22 28.33 0.150 6 Gamal 8.33 5.00 0.33 11.11 170.15 13.93 30.04 0.150

Jumlah 166.67 100 3.00 100 1221.55 100 300 1.52

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 13, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 63.38 % dan jeruk (Percea Americana) 62.49% dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting.

Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 42 individu/ha dan alpukat 50 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 1.52 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener

Tabel 14. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Anakan/tumbuhan bawah

NO Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

INP

(%) H

1 Pisang 25.00 0.13 0.33 14.31 14.44 0.249

2 Terong 5833.33 30.40 0.33 14.31 44.70 0.353

3 Rumput gajah 4166.67 21.71 0.33 14.31 36.02 0.317

4 Lombok 5833.33 30.40 0.67 28.61 59.01 0.353

5 Ubi kayu 3333.33 17.37 0.67 28.61 45.98 0.288

Jumlah 19191.67 100 2.33 100 200 1.56

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 10, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan

anakan/tumbuhan bawah adalah tanaman lombok sebesar 59.01 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pepaya sebesar 59 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 1.56 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener

4.3.1.3. Pola Agrosilvopastural (Kombinasi D)

Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilvopastural (Kombinasi D) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 15 s/d Tabel 18

Tabel 15. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvopastural (Kombinasi D) tingkat pohon

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Gentungan 8.33 3.57 0.33 10.01 5255.44 8.78 22.36 0.1190

2 Pinus 75.00 32.14 0.67 20.02 12473.10 20.84 73.01 0.3648

3 Kemiri 25.00 10.71 0.33 10.01 7738.85 12.93 33.66 0.2393

4 Jati Super 41.67 17.86 0.33 10.01 4461.25 7.46 35.32 0.3076

5 Gmelina 41.67 17.86 0.67 20.02 4983.49 8.33 46.21 0.3076

6 Nangka 8.33 3.57 0.33 10.01 5138.00 8.59 22.17 0.1190

7 Manga 25.00 10.71 0.33 10.01 14994.77 25.06 45.78 0.2393

8 Kapuk 8.33 3.57 0.33 10.01 4793.63 8.01 21.59 0.1190

Jumlah 233.33 100 3.33 100 59838.54 100 300 1.8157

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 15, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah Pinus sebesar 73.01% dan gmelina 46.21% dengan kategori kurang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994. Kerapatan untuk jenis Pinus sebesar 75 individu/ha dan gmelina 42 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 1.815 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 16. Indeks Nilai Penting Dan Indeks Keanekaragaman Pola Agrosilvopastural (Kombinasi D)Tingkat Tiang

No Jenis K(ind /ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Bilalang 25.00 27.27 0.67 28.61 1207.83 14.49853 70.39 0.354 2 Suren 16.67 18.18 0.33 14.31 1115.31 13.38796 45.88 0.310 3 Jati Super 8.33 9.09 0.33 14.31 2468.82 29.63509 53.03 0.218 4 Gmelina 16.67 18.18 0.33 14.31 1863.72 22.37167 54.86 0.310 5 Sengon 16.67 18.18 0.33 14.31 767.26 9.210067 41.70 0.310 6 Jambu mete 8.33 9.09 0.33 14.31 907.78 10.89674 34.29 0.218 Jumlah 91.67 100 2.33 100 8330.72 100 300 1.720 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 16, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang dalah Bilalang sebesar 70.39 % dan gmelina 54.86 % dengan kategori kurang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 . nilai Kerapatan untuk bilalang sebesar 25 individu/ha dan gmelina sebesar 17 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat tiang sebesar 1.72 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 17. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola A Agrosilvopastural (Kombinasi D) tingkat pancang

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

D (m2)

DR (%)

INP

(%) H

1 Sengon 25.00 21.43 0.67 28.61 507.86 40.09 90.14 0.330

2 Pinus 16.67 14.29 0.33 14.31 47.94 3.78 32.38 0.278

3 Jabon 16.67 14.29 0.33 14.31 99.50 7.86 36.45 0.278

4 Jambu Mete 25.00 21.43 0.33 14.31 507.74 40.09 75.82 0.330 5 Kayu Karet 33.33 28.57 0.67 28.61 103.62 8.18 65.37 0.358

Jumlah 116.67 100 2.33 100 1266.66 100 300.15 1.574

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 5, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah sengon sebesar 90.14 % kategori cukup baik dan jambu mete 75.82 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994.

Kerapatan untuk jenis sengon dan jambu mete sebesar 25 individu/ha dan Jambu mete sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 1.574 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.

Tabel 18. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvopastura tingkat anakan/tumbuhan bawah

No Jenis K(ind

/ha)

KR

(%) F FR

(%)

INP

(%) H

1 Jabon 258.33 2.32 1.00 42.92 45.24 0.282

2 Kayu Karet 33.33 0.30 0.67 28.61 28.91 0.207

3 Rumput Gajah 10833.33 97.38 0.67 28.61 125.99 0.354

Jumlah 11125.00 100 2.33 100 200.14 0.843

Sumber :Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 18, pola Agrosilvopastura Indeks nilai penting tertinggi di tingkat pertumbuhan anakan/tumbuhan bawah adalah rumput gajah sebesar 125.99 % kategori baik dan jabon 45.24 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994. Kerapatan untuk jenis jabon sebesar 258 individu/ha dan rumput gajah sebesar 10.833 rumpun/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 0.843 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.

Penguasaan suatu jenis atau suatu spesies terhadap jenis atau spesies yang lain salah satunya ditunjukkan dengan indek nilai penting yang tinggi.

Tingginya nilai INP menujukkan besarnya kemampuan jenis tersebut beradaptasi dan bersaing memanfaatkan sumberdaya lingkungan disekitarnya, dibandingkan jenis yang lain (Soerianegara, 1998).

Keanekaragaman jenis suatu komunitas tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis, sebaliknya dengan jumlah jenis yang sedikit dan sedikit pula jenis yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah (Soerianegara, 1996;

Soegianto 1994).

Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas terjadi interaksi spesies yang tinggi pula berupa kompetensi dan pembagian ruang yang lebih kompleks. Keadaan ini juga menunjukkan keadaan komunitas yang lebih stabil dan mantap, walaupun hal ini dapat diaplikasikan pada komunitas tertentu saja (Odum, 1993; Sugianto, 1994).

4.4. Struktur Tegakan

Gambaran dari struktur yang umum bagi semua hutan hujan tropis, terlihat dalam gambaran umum dari arsiteksturnya, yaitu stratifikasi dari tegakan pohon (Richards, 1988). Kershaw (1964) dalam Mueller dan Ellenberg (1974) membedakan komponen struktur vegetasi menjadi tiga yaitu struktur vertikal (stratifikasi), struktur horizontal (distribusi ruang dari jenis-jenis dan individu-individu) dan struktur kuantitatif (kelimpahan masing- masing jenis dalam komunitas), pada pembahasan ini di batasi hanya dengan strukur vertikal tegakan.

Struktur vertical tegakan keempat pola agroforestri tersusun atas beberapa strata. Penyusunan strata dalam pola agroforestri ini didasarkan pada aturan home garden dengan ketentuan sebagai berikut: Srata I dengan tinggi >

15 m ; Srata II dengan tinggi 6 – 15 m; Srata III dengan tinggi 1 – 5 m; dan

Srata IV dengan tinggi < 1 m. Skala yang digunakan dalam penggambaran diagram profil dan dan proyeksi tajuk setiap pola adalah 1: 200. Data yang digunakan dalam penggambaran tersebut didasarkan pada salah satu plot pengamatan yang mewakili tiap pola agroforestri sehingga kemungkinan ada jenis tanaman pada plot pengamatan yang lain tidak tercantum dalam gambar profil vegetasi

4.4.1. Agrosilviculture (Kombinasi A)

Struktur vegetasi pada pola Agrosilviculture (Kombinasi A) untuk Srata tinggi > 15 m adalah kemiri dengan tinggi antara 18 – 19 m, Pinus dengan tinggi antara 17 – 20 m dan Mangifera indica dengan tinggi 19 m. Srata II dengan tinggi 6 – 15 m antara lain pulai dengan tinggi 14,3 m, pinus dengan tinggi 11-14 m, mapala dengan tinggi 14 m dan suren dengan tinggi 8 m. Srata III dengan tinggi 1 – 5 m yaitu Theobroma cacao dengan tinggi antara 3 – 5 m dan tanaman pisang tinggi diatas 1 m. Berdasarkan hasil pengukuran kesuluruhan penutupan tajuk pada plot pengamatan yang mewakili pola Agrosilviculture (Kombinasi A) maka luas penutupan tajuk keseluruhan 56,52 %. Gambar diagram profil vegetasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Dokumen terkait