Judul: Analisis Komponen Jenis dan Struktur Tegakan Agroforestri di Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Analisis komponen jenis dan struktur tegakan agroforestri di Desa Baturappe, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
Bagaimana komposisi jenis dan struktur tegakan pola agroforestri di Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan pola agroforestri di Desa Baturappe, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa.
TINJAUAN PUSTAKA
- Agroforestri
- Stratifikasi Tajuk
- Biodiversitas, Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan
- Kerangka Pikir
Beberapa peran sistem agroforestri antara lain: (a) menjaga sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) menjaga fungsi hidrologi kawasan, (c) menjaga stok karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e) melestarikan keanekaragaman hayati. Salah satu upaya untuk meningkatkan stok karbon, terutama pada tanah terdegradasi, adalah melalui agroforestri, yaitu sistem pertanian berbasis pohon yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian alam. Oleh karena itu, potensi agroforestri dalam mengurangi karbon dari udara diukur dengan mengukur jumlah cadangan karbon yang benar-benar ada.
Hasil pengukuran cadangan karbon per siklus tanaman (Mg ha-1) pada setiap sistem penggunaan lahan akan menunjukkan dampak perubahan penggunaan lahan dengan selisih antara “stok karbon (sesudah)” dan “stok karbon (sebelum)” perubahan lahan . Artinya, estimasi stok karbon bergantung pada konteks dan jenis perbandingan yang akan diuji, misalnya. sistem penggunaan lahan pertanian menyebabkan emisi CO2 ke atmosfer dibandingkan dengan hutan alam; atau mungkin sistem pertanian berbasis tanaman semusim dengan sistem penggunaan lahan berbasis sistem agroforestri. Agroforestri juga terdiri dari spesies alami yang berbeda dengan hutan, sehingga agroforestri sering dianggap mampu menjaga keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati atau keanekaragaman hayati adalah suatu istilah yang menunjukkan adanya berbagai variasi bentuk, kenampakan, jumlah dan sifat derajat keanekaragaman alam, termasuk jumlah dan frekuensi ekosistem serta spesies dan gen yang terdapat pada suatu wilayah tertentu. Selain itu, keanekaragaman hayati adalah jumlah spesies yang dapat dilihat dari tiga tingkat keanekaragaman alam, termasuk jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies, atau gen dalam suatu koleksi. Kekayaan flora merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang berkaitan erat dengan kondisi lingkungan, seperti iklim, tanah dan cahaya, dimana faktor-faktor tersebut membentuk tegakan hutan klimaks (MuellerDombois & Ellenberg 1974).
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Tempat Penilitian
- Alat dan Bahan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Jenis Data
- Analisis Data
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H') pola kehutanan (kombinasi A) pada masing-masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3 sampai Tabel 6. Berdasarkan Tabel 4, pola kehutanan (kombinasi A) ) mempunyai indeks nilai Jenis-jenis penting tertinggi pada laju pertumbuhan kutub adalah manga (mangifera indica) sebesar 45,42% dan pinus sebesar 40,34% dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 200/Kept-IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Penting. Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H') pola agroforestri (kombinasi A) pada masing-masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 7 sampai dengan Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 9, model Agrosilvikultur (Kombinasi B) mempunyai indeks nilai penting jenis tertinggi terhadap laju pertumbuhan bibit yaitu kakao (Theobroma cacao sp) dengan kategori baik sebesar 129,87% dan alpukat (Percea Americana) sebesar 72,30%. dalam kategori miskin berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 200/Kept-IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Penting. Berdasarkan Tabel 10, model Agroforestri (Kombinasi B) mempunyai nilai indeks kepentingan spesies tertinggi dalam laju pertumbuhan. 79,96% masuk kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 200/Kept-IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Penting.
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H') pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) pada masing-masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 11 sampai dengan Tabel 14. Berdasarkan Tabel 10, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) ) mempunyai nilai indeks spesies penting yang paling tinggi laju pertumbuhannya. Keadaan indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H') pola Agrosilvopastural (Kombinasi D) pada masing-masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 15 sampai dengan Tabel 18.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola-pola Agroforestri
Berdasarkan observasi di lapangan, sistem pola Agroforestri yang diterapkan masyarakat Desa Batu Rappe Keamata Biring Bulu digolongkan menjadi tiga pola berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu Agrisilvikultur (Agrisilviculture system), Agrosilvofishery (Agrosilvofishery System). Agrisilvikultur merupakan suatu sistem agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat dengan memadukan komponen kehutanan dengan komponen pertanian (atau tanaman bukan kayu). Dalam pola Agrosilvikultur terbagi menjadi dua bentuk kombinasi tanaman yaitu kombinasi kemiri, mappala, rita, pinus, coklat kemerah-merahan dan coklat (Kombinasi A), kombinasi coklat kemerah-merahan, jabon, mahoni, pepaya, coklat dan salak (Kombinasi B).
Kombinasi tanaman antara lain gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa dan mangga dipadukan dengan sistem tambak nila dan mujair (Kombinasi C). Masyarakat beternak sapi dengan sistem kandang di pekarangan dengan kombinasi tanaman antara lain guntung, mangan, pinus, dan bilalang. Pola Agrisilvikultur kombinasi A dikembangkan masyarakat di negeri sendiri dengan kombinasi tanaman candelabra, mappala, rita, pine, sorrel dan kakao. Keenam jenis ini banyak dikembangkan masyarakat karena mempunyai nilai jual yang tinggi di pasaran. memiliki. dan pemeliharaannya tidak begitu sulit serta tidak memerlukan perhatian khusus.
Begitu pula dengan pola usahatani kombinasi B yang dikembangkan masyarakat pada lahan milik jenis tanaman yang dikembangkan yaitu suren, jabon, mahoni, pepaya, kakao dan salak pada lahan milik Pak Abdul Gani. lahan yang benihnya diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Agrosilvo Pola Mancing Kombinasi C banyak dikembangkan masyarakat di lahan milik sendiri dengan kombinasi tanaman gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa dan mangan. Lahan milik Pak Zulkili sama dengan lahan Pak Abd Gani yang juga merupakan lahan percontohan dimana tanaman kehutanan dan pertanian seperti gmelina, durian, sengon, sukun, kelapa dan mangga dipadukan dengan kolam ikan mujair dan nila - ikan. Benih ikan tersebut diperoleh dari hasil perikanan dan peternakan. Sedangkan Agrosilvopastura pola kombinasi D juga ditanam pada lahan milik pribadi dengan memadukan varietas tanaman mangga.
Komposisi Jenis Tumbuhan
Berdasarkan tabel di atas, jumlah jenis tanaman pada model Agrosilvikultur (A) sebanyak 21 jenis, model Agrosilvikultur (B) sebanyak 14 jenis, dan model Agrosilvofishery (C) sebanyak 31 jenis, dan model Agrosilvopasture (D) sebanyak 22 jenis. Komposisi jenis tumbuhan pada setiap model agroforestri berbeda-beda pada tiap model, jenis komersial yang dikembangkan masyarakat untuk tanaman berkayu yaitu suren, jabon, gmelina, sengon, jati super, MPTS (jenis pohon serba guna) adalah nangka, kapuk, kemiri, mangga, alpukat, durian, tanaman perkebunan kakao, karet, kopi, langsat, kelapa, jeruk, dan tanaman pertanian saluca, pepaya, pisang, terong.
Indeks Nilai Penting Dan Indeks Keanekaragaman
Berdasarkan Tabel 3, pola Agroforestri (kombinasi A) mempunyai indeks nilai jenis tertinggi pada laju pertumbuhan pohon yaitu pinus sebesar 67,11% dan kemiri sebesar 63,25% termasuk dalam kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri. Peraturan Kehutanan No. 200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks nilai signifikan. Berdasarkan Tabel 5, pola Agrosilvikultur (Kombinasi A) mempunyai indeks nilai penting spesies tertinggi pada laju pertumbuhan pohon muda yaitu kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 149,77% dengan kategori cukup baik dan biraeng 40,34% dengan kategori buruk. berdasarkan. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. .200/Kept-IV/1994 Kriteria indeks nilai penting. Berdasarkan Tabel 6, pola Agrosilvikultur mempunyai indeks nilai jenis yang paling tinggi pada laju pertumbuhan anakan/semak yaitu tanaman pisang sebesar 166,10% dengan kategori cukup baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Signifikansi.
Berdasarkan Tabel 7, model Agrosilvikultur (Kombinasi B) pada tingkat pohon mempunyai nilai indeks kepentingan jenis terhadap laju pertumbuhan pohon tertinggi yaitu jenis mangga sebesar 119,19% dan jati putih sebesar 113,42% yang termasuk dalam kategori buruk berdasarkan Kementerian. Keputusan Kehutanan No. 200/Held-IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Penting. Berdasarkan Tabel 8, model Agrosilvikultur (Kombinasi B) pada tingkat pohon mempunyai indeks nilai penting jenis terhadap laju pertumbuhan pohon yang paling tinggi yaitu jenis aman sebesar 94,23% dan jabon 76,06% yang masuk dalam kategori miskin. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 200/Held -IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Penting. Berdasarkan Tabel 12, model Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat Tiang mempunyai indeks nilai jenis laju pertumbuhan tiang tertinggi yaitu jenis mangga (Mangifera indica) sebesar 40,60% dan bitti sebesar 35,47% yang termasuk dalam kategori buruk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 200/Diadakan -IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting.
Berdasarkan Tabel 13, model Agrosilvofishery (Kombinasi C) mempunyai indeks nilai kepentingan spesies tertinggi terhadap laju pertumbuhan bibit yaitu kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 63,38% dan jeruk (Percea Americana) 62,49% yang termasuk dalam kategori buruk. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan no. 200 /Held-IV/1994 Kriteria Indeks Nilai Signifikan. Berdasarkan Tabel 15, model Agrosilvopastura mempunyai indeks nilai jenis tertinggi pada laju pertumbuhan pohon yaitu Pinus sebesar 73,01% dan gmelina sebesar 46,21% dengan kategori paling kecil berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan no.200/Kept -IV/1994. . Berdasarkan tabel 16, model Agrosilvopastura mempunyai indeks nilai penting jenis tertinggi terhadap laju pertumbuhan tiang dalah Bilalang sebesar 70,39% dan gmelina sebesar 54,86% dengan kategori paling kecil berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan. No.200/ Diadakan. -IV/1994.
Struktur Tegakan
Data yang digunakan dalam uraian ini didasarkan pada salah satu petak pengamatan yang mewakili masing-masing pola agroforestri, sehingga ada kemungkinan terdapat jenis tumbuhan pada petak pengamatan lainnya yang tidak tercantum pada foto profil vegetasi. Struktur vegetasi pada Pola Agroforestri (Kombinasi A) untuk Srata tinggi > 15 m adalah Kemiri dengan tinggi antara 18 – 19 m, Pinus dengan tinggi antara 17 – 20 m dan Mangifera indica dengan tinggi 19 m. Hasil pengukuran seluruh tutupan kanopi pada petak pengamatan yang menggambarkan pola Agroforestri (Kombinasi A) diperoleh luas kanopi total sebesar 56,52.
Berdasarkan hasil pengukuran seluruh tutupan kanopi pada petak pengamatan yang mewakili pola Agrosilvikultur (kombinasi B), diperoleh luas tutupan kanopi total sebesar 43,50. Struktur vegetasi pada pola Agrosilvofishery (kombinasi C) untuk Srata tinggi >15 m adalah Gmelina dengan tinggi antara 20-22 m, durian dengan tinggi 17 m, sukun dengan tinggi 21 m, dan sengon dengan tinggi 21 m. 22 m Berdasarkan hasil pengukuran seluruh tutupan kanopi pada petak pengamatan yang mewakili pola Agrosilvofishery (kombinasi C), luas tutupan kanopi total adalah 50,26.
Struktur vegetasi pada pola Agrosilvopastura (Kombinasi D) untuk Srata tinggi > 15 m adalah pinus dengan tinggi antara 17 -22 m dan sengon dengan tinggi 16 m Berdasarkan hasil pengukuran seluruh tutupan tajuk pada pengamatan grafik yang mewakili pola Agrosilvopastura (Kombinasi D), luas tutupan tajuk total sebesar 20,25. Pola yang persentase tutupan kanopinya paling luas adalah Agrosilvikultur (Kombinasi A) sebesar 56,52% dan Agrosilvofishing (Kombinasi C) sebesar 50,26% yang merupakan tingkat sosial budaya tinggi dibandingkan pola lain yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. hutan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bentuk-bentuk agroforestri yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Batu Rappe ditinjau dari komponen penyusunnya terdiri dari Agrisilvikultur (sistem Agrisilvicultur), Silvofishery (sistem Silvofishery) dan Silvopastur (sistem Silvopastural). Pola Agrosilvofishery (kombinasi C) mempunyai jumlah jenis terbanyak yaitu 31 jenis dengan kombinasi tanaman mangga, sukun, nangka, tanaman hortikultura dipadukan dengan sistem tambak ikan nila dan mujair. Pola Agrosilvofishery (kombinasi C) mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi pada setiap tahap pertumbuhan dibandingkan pola lainnya yaitu tingkat pohon 2,09, pancang 2,06, pancang 1,52, tumbuhan bawah/bibit 1,56.
Saran
Pengembangan Teknologi Pasca Panen dan Diseminasi Produk Berbasis Agroforestri, Presentasi Workshop Agroforestri 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bagan Kerangka Pikir
Skema Plot Pengumpulan Data Vegetasi Di Lapangan
Model Struktur Tegak
Diagram Profil Vegetasi Pola Agrisilviculture (Kombinasi A)
Diagram Profil Vegetasi Pola Agrisilviculture (Kombinasi B)
Diagram Profil Vegetasi Pola Agrisilvofishery (Kombinasi C)
Diagram Profil Vegetasi Pola Agrosilvopasture (Kombinasi D)