IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3. Indeks Nilai Penting Dan Indeks Keanekaragaman
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilviculture (Kombinasi A) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 3 s/d Tabel 6
Tabel 3. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat pohon
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%) D (m2)
DR (%)
INP (%) H 1 Kemiri 33.33 20.00 1.00 27.25 8584.834 16 63.25 0.322 2 Pinus 58.33 35.00 0.67 18.17 7485.055 13.95 67.11 0.367 3 Pulai 16.67 10.00 0.67 18.17 11516.76 21.46 49.63 0.230 4 Mangga 8.33 5.00 0.33 9.08 10698.2 19.94 34.02 0.150
5 Jati 33.33 20.00 0.33 9.08 3321.1 6.189 35.27 0.322
6 Nangka 8.33 5.00 0.33 9.08 3732.086 6.955 21.04 0.150 7 Tobo-Tobo 8.33 5.00 0.33 9.08 8322.718 15.51 29.59 0.150
Jumlah 166.67 100 3.67 100 53660.75 100 300 1.691
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 3, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah Pinus sebesar 67,11% dan kemiri 63.25 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis Pinus sebesar 58 individu/ha dan kemiri 33 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 1.691 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 4. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat tiang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%) D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Jati 8.33 7.14 0.33 11.11 1861.74 14.65 32.90 0.189
2 Pinus 16.67 14.29 0.33 11.11 1899.05 14.94 40.34 0.278
3 Mappala 8.33 7.14 0.33 11.11 883.28 6.95 25.20 0.189
4 Suren 8.33 7.14 0.33 11.11 1343.32 10.57 28.82 0.189
5 Rita 8.33 7.14 0.33 11.11 2079.65 16.36 34.62 0.189
6 Mangga 25.00 21.43 0.33 11.11 1636.66 12.88 45.42 0.330 7 Pinang 16.67 14.29 0.33 11.11 1114.06 8.77 34.16 0.278
8 Biraeng 8.33 7.14 0.33 11.11 907.78 7.14 25.40 0.189
No Jenis K(ind /ha)
KR
(%) F FR
(%) D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
9 Nangka 16.67 14.29 0.33 11.11 983.26 7.737 33.13 0.278
Jumlah 116.67 100 3.00 100 12708.82 100 300 2.107
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 4, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang adalah manga (mangifera indica) sebesar 45,42% dan pinus 40,34 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis mangga sebesar 25 individu/ha dan pinus 17 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat tiang sebesar 2,107 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 5. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat pancang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%) D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Kakao 141.67 73.91 1.00 59.88 164.85 15.98 149.77 0.223 2 Kopi 33.33 17.39 0.33 19.96 366.01 35.48 72.83 0.304 3 Biraeng 16.67 8.70 0.33 19.96 500.85 48.55 77.20 0.212
Jumlah 191.67 100 1.67 100 1031.71 100 300 0.740
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 5, pola Agrosilviculture (Kombinasi A) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 149.77% dengan kategori cukup baik dan biraeng 40,34 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting.
Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 141 individu/ha dan pinus 17 individu/ha
sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 0,740 dengan kategori rendah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 6. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi A) tingkat anakan
NO Jenis
K(ind /ha)
KR
(%) F FR
(%)
INP
(%) H
1 Pulai 8.33 9.09 0.33 25.06 34.15 0.218
2 Pisang 83.33 90.92 1.00 75.19 166.10 0.087
Jumlah 92 100 1 100.25 200.26 0.305
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 6, pola Agrosilviculture memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan anakan/tumbuhan bawah adalah tanaman pisang sebesar 166.10 % dengan kategori cukup baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pisang sebesar 83 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 0.305 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.
4.3.1.1. Agrosilviculture (Kombinasi B)
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilviculture (Kombinasi A) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 7 s/d Tabel 10
Tabel 7. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Jabon 8.33 12.50 0.33 33.33 4570.73 21.55 67.38 0.260 2 Mangga 16.67 25.00 0.33 33.33 12911.52 60.86 119.19 0.347 3 Jatih putih 41.67 62.50 0.33 33.33 3732.09 17.59 113.42 0.294
Jumlah 66.67 100 1.00 100 21214.34 100 300 0.900
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 7, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis mangga sebesar 119.19 % dan jatih putih 113.42 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis manga sebesar 17 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 0.900 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 8. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat tiang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Suren 116.67 46.67 0.33 25.06 1267.87 22.50 94.23 0.356 2 Jabon 41.67 16.67 0.33 25.06 1934.71 34.33 76.06 0.299 3 Jatih putih 41.67 16.67 0.33 25.06 1148.20 20.38 62.11 0.299 4 Alpukat 50.00 20.00 0.33 25.06 1284.50 22.80 67.86 0.322
Jumlah 250.00 100 1.33 100 5635.28 100 300 1.275
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 8, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis suren sebesar 94,23 % dan jabon 76,06 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis suren sebesar 116 individu/ha dan jenis jabon sebesar 42 individu/ha, sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 0.900 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 9. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat pancang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Suren 33.33 9.52 0.33 14.31 457.18 35.04 58.87 0.224 2 Mahoni 8.33 2.38 0.33 14.31 292.60 22.42 39.11 0.089 3 Kakao 266.67 76.19 1.00 42.92 140.43 10.76 129.87 0.207 4 Alpukat 41.67 11.90 0.67 28.61 414.68 31.78 72.30 0.253 Jumlah 350.00 100 2.33 100 1304.88 100.00 300 0.773
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 9, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 129,87% dengan kategori baik dan alpukat (Percea Americana) 72,30 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 270 individu/ha dan alpukat 42 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 0,773 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 10. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilviculture (Kombinasi B) tingkat anakan/tumbuhan bawah
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
INP
(%) H
1 Salak 41.67 18.52 0.67 28.61 47.13 0.312
2 Pisang 100.00 44.44 0.67 28.61 73.06 0.360 3 Pepaya 83.33 37.04 1.00 42.92 79.96 0.368
Jumlah 225.00 100 2.33 100 200 1.041
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 10, pola Agrosilviculture (Kombinasi B) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan
79,96 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pepaya (Carica papaya) sebesar 84 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 1,041 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener
4.3.1.2. Pola Agrosilvofishery (Kombinasi C)
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 11 s/d Tabel 14
Tabel 11. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Gmelina 25.00 10.71 0.33 6.67 6947.96 8.21 25.59 0.239 2 Durian 8.33 3.57 0.33 6.67 11386.01 13.45 23.69 0.119 3 Sengon 16.67 7.14 0.33 6.67 6765.82 7.99 21.80 0.189 4 Sukun 41.67 17.86 1.00 20.00 16158.51 19.09 56.95 0.308 5 Kelapa 8.33 3.57 0.33 6.67 8472.00 10.01 20.25 0.119 6 Mangga 50.00 21.43 0.67 13.33 10984.02 12.98 47.74 0.330 7 Bitti 25.00 10.71 0.67 13.33 3282.10 3.88 27.93 0.239 8 Nangka 41.67 17.86 0.67 13.33 4861.57 5.74 36.93 0.308 9 Kapuk 8.33 3.57 0.33 6.67 10533.44 12.44 22.68 0.119
10 Jati 8.33 3.57 0.33 6.67 5255.44 6.21 16.45 0.119
Jumlah 233.33 100 5.00 100.00 84646.86 100 300 2.09 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 11, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C)tingkat Pohon memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis sukun (Artocarpus atilis) sebesar 56.95 % dan mangga 47.74 % dengan kategori sangat kurang berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis mangga (Mangifera indica) 42 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 2.09 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 12. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Tiang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Gmelina 16.67 13.33 0.33 10.01 1624.80 11.97 35.32 0.269 2 Mangga 16.67 13.33 0.67 20.02 983.45 7.25 40.60 0.269 4 Bitti 8.33 6.67 0.33 10.01 2550.42 18.80 35.47 0.181 5 Suren 33.33 26.67 0.33 10.01 1759.72 12.97 49.65 0.352 6 Sengon 16.67 13.33 0.33 10.01 1061.57 7.82 31.17 0.269 7 Langsat 8.33 6.67 0.33 10.01 1115.31 8.22 24.90 0.181 8 Durian 8.33 6.67 0.33 10.01 1725.72 12.72 29.40 0.181 9 Kelapa 8.33 6.67 0.33 10.01 1934.71 14.26 30.94 0.181
10 Jati 8.33 6.67 0.33 10.01 812.77 5.99 22.67 0.181
Jumlah 125.00 100.00 3.33 100.10 13568.47 100.00 300 2.06 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 12, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat Tiang memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang adalah jenis mangga (Mangifera indica) sebesar 40.60 % dan bitti 35.47 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis suren sebesar 17 individu/ha dan jenis bitti sebesar 9 individu/ha, sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 2.09 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 13. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Pancang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%) D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Kakao 50.00 30.00 0.67 22.22 136.31 11.16 63.38 0.361 2 Kopi 41.67 25.00 0.67 22.22 120.20 9.84 57.06 0.347 3 Suren 8.33 5.00 0.33 11.11 520.17 42.58 58.69 0.150 4 Jeruk 50.00 30.00 0.67 22.22 125.44 10.27 62.49 0.361 5 Langsat 8.33 5.00 0.33 11.11 149.28 12.22 28.33 0.150 6 Gamal 8.33 5.00 0.33 11.11 170.15 13.93 30.04 0.150
Jumlah 166.67 100 3.00 100 1221.55 100 300 1.52
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 13, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah kakao (Theobroma cacao sp) sebesar 63.38 % dan jeruk (Percea Americana) 62.49% dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting.
Kerapatan untuk jenis kakao sebesar 42 individu/ha dan alpukat 50 individu/ha sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 1.52 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener
Tabel 14. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) tingkat pohon Anakan/tumbuhan bawah
NO Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
INP
(%) H
1 Pisang 25.00 0.13 0.33 14.31 14.44 0.249
2 Terong 5833.33 30.40 0.33 14.31 44.70 0.353
3 Rumput gajah 4166.67 21.71 0.33 14.31 36.02 0.317
4 Lombok 5833.33 30.40 0.67 28.61 59.01 0.353
5 Ubi kayu 3333.33 17.37 0.67 28.61 45.98 0.288
Jumlah 19191.67 100 2.33 100 200 1.56
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 10, pola Agrosilvofishery (Kombinasi C) memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan
anakan/tumbuhan bawah adalah tanaman lombok sebesar 59.01 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept- IV/1994 kriteria Indeks Nilai Penting. Kerapatan untuk jenis pepaya sebesar 59 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 1.56 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener
4.3.1.3. Pola Agrosilvopastural (Kombinasi D)
Kondisi indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman (H’) pola Agrosilvopastural (Kombinasi D) pada setiap tingkat pertumbuhan dapat di lihat pada Tabel 15 s/d Tabel 18
Tabel 15. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvopastural (Kombinasi D) tingkat pohon
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Gentungan 8.33 3.57 0.33 10.01 5255.44 8.78 22.36 0.1190
2 Pinus 75.00 32.14 0.67 20.02 12473.10 20.84 73.01 0.3648
3 Kemiri 25.00 10.71 0.33 10.01 7738.85 12.93 33.66 0.2393
4 Jati Super 41.67 17.86 0.33 10.01 4461.25 7.46 35.32 0.3076
5 Gmelina 41.67 17.86 0.67 20.02 4983.49 8.33 46.21 0.3076
6 Nangka 8.33 3.57 0.33 10.01 5138.00 8.59 22.17 0.1190
7 Manga 25.00 10.71 0.33 10.01 14994.77 25.06 45.78 0.2393
8 Kapuk 8.33 3.57 0.33 10.01 4793.63 8.01 21.59 0.1190
Jumlah 233.33 100 3.33 100 59838.54 100 300 1.8157
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 15, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pohon adalah Pinus sebesar 73.01% dan gmelina 46.21% dengan kategori kurang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994. Kerapatan untuk jenis Pinus sebesar 75 individu/ha dan gmelina 42 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pohon sebesar 1.815 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 16. Indeks Nilai Penting Dan Indeks Keanekaragaman Pola Agrosilvopastural (Kombinasi D)Tingkat Tiang
No Jenis K(ind /ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Bilalang 25.00 27.27 0.67 28.61 1207.83 14.49853 70.39 0.354 2 Suren 16.67 18.18 0.33 14.31 1115.31 13.38796 45.88 0.310 3 Jati Super 8.33 9.09 0.33 14.31 2468.82 29.63509 53.03 0.218 4 Gmelina 16.67 18.18 0.33 14.31 1863.72 22.37167 54.86 0.310 5 Sengon 16.67 18.18 0.33 14.31 767.26 9.210067 41.70 0.310 6 Jambu mete 8.33 9.09 0.33 14.31 907.78 10.89674 34.29 0.218 Jumlah 91.67 100 2.33 100 8330.72 100 300 1.720 Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 16, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan tiang dalah Bilalang sebesar 70.39 % dan gmelina 54.86 % dengan kategori kurang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994 . nilai Kerapatan untuk bilalang sebesar 25 individu/ha dan gmelina sebesar 17 individu/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat tiang sebesar 1.72 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 17. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola A Agrosilvopastural (Kombinasi D) tingkat pancang
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
D (m2)
DR (%)
INP
(%) H
1 Sengon 25.00 21.43 0.67 28.61 507.86 40.09 90.14 0.330
2 Pinus 16.67 14.29 0.33 14.31 47.94 3.78 32.38 0.278
3 Jabon 16.67 14.29 0.33 14.31 99.50 7.86 36.45 0.278
4 Jambu Mete 25.00 21.43 0.33 14.31 507.74 40.09 75.82 0.330 5 Kayu Karet 33.33 28.57 0.67 28.61 103.62 8.18 65.37 0.358
Jumlah 116.67 100 2.33 100 1266.66 100 300.15 1.574
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 5, pola Agrosilvopastura memiliki indeks nilai penting jenis tertinggi di tingkat pertumbuhan pancang adalah sengon sebesar 90.14 % kategori cukup baik dan jambu mete 75.82 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994.
Kerapatan untuk jenis sengon dan jambu mete sebesar 25 individu/ha dan Jambu mete sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pancang sebesar 1.574 dengan kategori agak melimpah menurut Shannon-Wiener.
Tabel 18. Indeks Nilai Penting dan indeks keanekaragaman pola Agrosilvopastura tingkat anakan/tumbuhan bawah
No Jenis K(ind
/ha)
KR
(%) F FR
(%)
INP
(%) H
1 Jabon 258.33 2.32 1.00 42.92 45.24 0.282
2 Kayu Karet 33.33 0.30 0.67 28.61 28.91 0.207
3 Rumput Gajah 10833.33 97.38 0.67 28.61 125.99 0.354
Jumlah 11125.00 100 2.33 100 200.14 0.843
Sumber :Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan pada Tabel 18, pola Agrosilvopastura Indeks nilai penting tertinggi di tingkat pertumbuhan anakan/tumbuhan bawah adalah rumput gajah sebesar 125.99 % kategori baik dan jabon 45.24 % dengan kategori kurang baik berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.200/Kept-IV/1994. Kerapatan untuk jenis jabon sebesar 258 individu/ha dan rumput gajah sebesar 10.833 rumpun/ha sedangkan untuk dengan indeks keanekaragaman jenis pada tingkat anakan/tumbuhan bawah sebesar 0.843 dengan kategori sedikit atau rendah menurut Shannon-Wiener.
Penguasaan suatu jenis atau suatu spesies terhadap jenis atau spesies yang lain salah satunya ditunjukkan dengan indek nilai penting yang tinggi.
Tingginya nilai INP menujukkan besarnya kemampuan jenis tersebut beradaptasi dan bersaing memanfaatkan sumberdaya lingkungan disekitarnya, dibandingkan jenis yang lain (Soerianegara, 1998).
Keanekaragaman jenis suatu komunitas tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis, sebaliknya dengan jumlah jenis yang sedikit dan sedikit pula jenis yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah (Soerianegara, 1996;
Soegianto 1994).
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas terjadi interaksi spesies yang tinggi pula berupa kompetensi dan pembagian ruang yang lebih kompleks. Keadaan ini juga menunjukkan keadaan komunitas yang lebih stabil dan mantap, walaupun hal ini dapat diaplikasikan pada komunitas tertentu saja (Odum, 1993; Sugianto, 1994).