• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Balita Stunting

YANKES DASAR

Gmbar 3 Gmbar 3 Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi

5.1.3. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Balita Stunting

Tabel 14 : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Balita Stunting Penduduk Miskin di Kab. Poso dan Kab. Sigi Indonesia

Variabel Kategori Frekwensi Persen (%) Χ²(CI 95%)

Dukungan Keluarga Kurang 27 30.0 0.000

Cukup 63 70.0 14.400

Media Informasi Kesehatan Kurang 35 38.9

0.035

Cukup 55 61.1 4.444

Fasilitas Kesehatan Kurang 19 21.1 0.000

Cukup 71 79.9 30.044

Pengetahuan ttg Pemantauan Berat Badan

Kurang 13 14.4

0.000

Cukup 77 85.6 45.511

Pengetahuan ttg Gizi Kehamilan

Kurang 8 8.89

0.000

Cukup 82 91.1 60.844

Pengetahuan ttg Imunisasi TT Kurang 8 8.89

0.000

Cukup 82 91.1 60.844

Pengetahuan ttg Pemeriksaan Kehamilan

Kurang 11 12.2

0.000

Cukup 79 87.8 51.378

Sikap ttg Pemantauan Berat Badan

Negatif 13 14.4

0.000

Positif 77 85.6 45.511

Sikap ttg Gizi Kehamilan Negatif 23 25.6 0.000

Positif 67 74.4 21.511

Sikap Ttg Imunisasi TT Negatif 41 45.6 0.399

Positif 49 54.4 0.711

Sikap ttg Pemeriksaan Kehamilan

Negatif 29 32.2

0.001

Positif 61 67.8 11.378

Pemenuhan Gizi Kehamilan Tdk Dilakukan 8 8.9

0.000

79

Dilakukan 82 91.1 60.844

Pemenuhan Gizi Trimester 1 Tdk Dilakukan 21 23.3

0.000

Dilakukan 69 76.7 25.600

Pemenuhan Gizi Trimester 2 Tdk Dilakukan 21 23.3

0.000

Dilakukan 69 76.7 25.600

Pemenuhan Gizi Trimester 3 Tdk Dilakukan 18 20.0

0.000

Dilakukan 72 80.0 32.400

Sumber : Data Primer 2019

Kemiskinan sangat berhubungan dengan kejadian gizi buruk pada anak balita, disebbakan karena kurang asupan makanan di dalam pemenuhan gizi pada pertumbuhan anak yang lambta (Stunting). (UNICEF, 2012).

Stunting atau anak pendek adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

stunting terjadi mulai janin masih dalam Rahim ibu dan terlihat ketika anak berusia dua tahun. Stunting dapat berpengaruh secara signifikan terhadap derajat kesehatan dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas dalam perjalanan hidup seseorang (MCA Indonesia, 2013).

Anak dengan stunting dapat memperlambat perkembnagan kognitif, perkembangan anak lamabat di dalam tubuh, menurunnya produktifita dan mengalami penuurnan kesehatan termasuk penyakit kardiometabolik yang berdampak pada generasi berikutnya (Mohamed , Micklesfield L, Pettifor M dan Noris, S. 2014). Di negara berkembnag yaitu sekitar 165 juta anak dan

80

sekitar 80% negara berkembang menyumbangkan untuk kasus sunting (MCA-Indonesia, 2013). Berdasarkan hasil uju statisti pada tabel 14 menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan balita stunting bagi penduduk miskin di Kab Poso dan Kab Sigi memiliki beberapa variabel dan kategori- kategori yaitu ditemukan dukungan keluarga sebanyak 70%

kategori cukup dan kategori kuran sebanyak 30%. Dengna Chi Square di dapatkan nilai X2 sebesar 14.400. Sedangkan media informasi kesehatan sebanyak 38,9% dikategorikan masih kurang, dan fasilitas kesehatan dikatergikan kurang sebanyak 21,1%, pengetahuan gizi ibu hamil dianggap masih rendah dikategorikan rendah sebanyak 8,89%, Cakupan pengetahuan imunisasi dikategorikan rendah sebanyak 8,89%,, pengetahuan tentang kehmailan masih rendah sebanyak 87,8%, dan pemantaun berat badan dikategorikan rendah sebanyak 85,6%.

Hasil uji statistik Ch- Square hubungan sikap tentang imunisasi Tetanus Toxoid (TT) berhubungan negative sebnayak 45,6% dengan Chi- Square didapatkan nilai X2 sebesar 0,399 berarti ada hubungan negative kejadian stunting dengan imunisasi pada balita, jika dilihat pada variabel penelitian kejadian stunting dengan pemeriksaan kehamilan berhubungan positif dengan Chi-Square didapatkan X2 sebesar 11,378 atau kategori cukup. Variabel Gizi kehmailan tidak dilakukan dan pemenuhan gizi yakni terdiri atas trisemester 1, trisemester 2, dan trisemester 3 dilakukan oleh

81

setiap responden sebanyak rata-rata- 76-80%, dan Chi Square X2 32.400 berarti ada hubungan positip pemenuhan gizi per trisemester dengan kejadian stunting. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pormes dkk ( 2014), yang mngatakan pemenuhan gizi berpengaruh positip dengan kejadian stunting . Penelitian yang lain mendukung hasil penelitian ini yaitu Hesningtyas (2013) mengatakan bahwa ibu yangapat mempunyai anak stunting dapat diberikan konseling mengenai gizi yang memiliki perubahan dalam pengetahuan pemberian nutrisi pada anak, sehingga dengan pengetahuan yang baik mengenai gizi dapat mencegah terjadinya stunting pada anak.

Pemenuhan nutrisi yang harus dikethui ibu disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi anak yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan bekal atau penyuluhan melalui pendidikan kesehatan masyarakat, komunikasi , informasi dan edukasi serta upaya kesehatan berbasis masyarakat. Sebagai informasi stunting merupakan kondidi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2008) menunjukkan sekitar 9 juta balita di Indonesia mengalami stunting.Untuk cegah stunting diperlukan investasi untuk masa depan anak bangsa, upaya dilakukan meningkatkan kapasitas program kesehatan yang terkait dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan. Dampak sunting sangat berpengaruh terhadap kualitas

82

sumber daya manusia.(SDM) dan perkembangan anak pendapatan yang rendah dan kemiskinan sangat berhubungan dengan stunting. Kemiskinan yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan rumah tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kuantitas dan kualitas yang baik.penurunan kualitas konsumsi pangan keluarga sangat menentukan keterh tangga yang dicirikan oleh daya beli pangan, sumber protein, vitamin dan mineral lain berakibat pada kekurangan gizi, baik zat gizi makro maupun mikro. Jumlah angota yang banyak di dalam satu rumah tangga sangat berpengaruh pada pangan untuk setiap anak dan tanggungan kebutuhan nutrisis dalam keluarga cukup besar jumlahnya,.

Besarnya jumlah anggota keluarga dapat menyebabkan distribusi makanan pada anak dan baita semakin berkurang sehingga anak kekurangan gizi. Pemeriksaan trisemester sangat berpengaruh pada kejadian sunting, hal ini berarti bahwa pemenuhan gizi balita akan membawa dampak terhadap pada pertumbuhan dan perkembnagan saat dewasa.Balita yang kekurangan gizi menyebabkan penurunan IQ, penurunan imunitas, dan produktivitas masalah kesehatan mental dan emosional, serta kegagalan pertumbuhan (Kesuma, 2012, Fleek, 2010). Salah satu penyebab stunting adalah kondisi ekonomi kleuarga yang rendah (miskin) Kemiskinan mengakibatkan keluarga tersebut mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga dari segi kualitas dan kuantitas. Persentase tingkat kemiskinan di

83 Sulawesi Tengah sekitar 12,73%.

5.1.4. Analisis Faktor yg Berhubungan dgn Balita Stunting dengan Kategori (Sangat Pendek dan Pendek)

Tabel 15 : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kategori Stunting Sangat Pendek dan Pendek di Kab. Posos dan Kab. Sigi Indonesia

Sulawesi Tengah

Variabel Kategori

Balita Stunting

Tota l

OR, CI 95%

Sangat Pendek

%

Pende k

%

Dukungan Keluarga Kurang 8 29.6 19 70.4 27 0.06 3.368

Cukup 7 11.1 56 88.9 63 (1.077-

10.533) Media Informasi

Kesehatan

Kurang 10 28.6 25 71.4 35 0.033

4.000

Cukup 5 9.1 50 90.9 55 (1.234-

12.965)

Fasilitas Kesehatan Kurang 5 26.3 14 73.7 19 0.295 2.179

Cukup 10 14.1 61 85.9 71 (0.643-

7.383) Pengetahuan ttg

Pemantauan Berat Badan

Kurang 8 61.5 5 38.5 13 0.000

16.000

Cukup 7 9.1 70 90.9 77 (4.103-

62.397) Pengetahuan ttg Gizi

Kehamilan

Kurang 4 50.0 4 50.0 8 0.024

6.455

Cukup 11 13.4 71 86.6 82 (1.405-

84

29.644) Pengetahuan ttg

Imunisasi TT

Kurang 8 100.

0

0 0.0 8 0.000

11.714

Cukup 7 8.5 75 91.5 82 (5.768-

23.790) Pengetahuan ttg

Pemeriksaan Kehamilan

Kurang 5 45.5 6 54.5 11 0.017

5.57

Cukup 10 12.7 69 87.3 79 (1.476-

22.393) Sikap ttg Pemantauan

Berat Badan

Negatif 6 46.2 7 53.8 13 0.007

6.476

Positif 9 11.7 66 88.3 77 (1.777-

23.602)

Sikap ttg Gizi Kehamilan Negatif 8 34.8 15 65.2 23 0.019 4.571

Positif 7 10.4 60 89.6 67 (1.431-

14.604)

Sikap Ttg Imunisasi TT Negatif 10 24.4 31 75.6 41 0.13 2.839

Positif 5 10.2 44 89.8 49 (0.883-

9.126) Sikap ttg Pemeriksaan

Kehamilan

Negatif 9 31.0 20 69.0 29 0.017

4.125

Positif 6 9.8 55 90.2 61 (1.302-

13.064) Pemenuhan Gizi

Kehamilan

Tdk Dilakukan

6 75.0 2 25.0 8 0.000

24.333

Dilakukan 9 11.0 73 89.0 82 (4.255-

139.147 ) Pemenuhan Gizi

Trimester 1

Tdk Dilakukan

9 42.9 12 57.1 21 0.001

7.875

85

Dilakukan 6 8.7 63 91.3 69 (2.364-

26.235) Pemenuhan Gizi

Trimester 2

Tdk Dilakukan

8 38.1 13 61.9 21 0.006

5.451

Dilakukan 7 10.1 62 89.9 69 (1.679-

17.693) Pemenuhan Gizi

Trimester 3

Tdk Dilakukan

9: 50.0 9 50.0 18 0.000

11.000

Dilakukan 9 8.3 66 91.7 72 (3.165-

38.234)

Sumber : Data Primer 2019

a). Variabel Dukungan Kleuarga

Analisa faktor yang berhubungan dengan kategori stunting sangat pendek dan pendek dengan variabel dukungan keluarga dan jumlah anggota dalam rumah tanga secara tidak langsung berhubungan dengan kejadian stunting, pendapatan akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi keluarga dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal. Pendidikan yang rendah disertainya rendahnya pemenuhan gizi dapat dihubungkan dengan keadaan malnutrisi.

Prevalensi data stunting salah satu masalah kesehatan masyarakat di propinsi Sulawesi Tengah dapat dilakukan dengan pendekatan perbaikan gizi yakni stunting. Prevalensi balita stunting turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Prevalensi baduta stunting juga mengalami penurunan dari 32,8 persen tahun 2013 menjadi 29,9 persen, data stunting ini, masih berada diatas rata-rata nasional sekitar 28%. .

Pada tahun 2018. Hasil uji statistic dengan metode Ch- Square diperoleh bahwa dukungan keluarga dengan kategori sangat pendek sebanyak 29,6% dan pendek 70,4%

dengan kategori kurang, dan OR- Cl 95% 3.368 dan ( 1.077-10.533), Masalah sunting dalam

86

jangka pendek, akan mendapatkan kekurangan gizi dan gangguan kecerdasan, titik optimalnya ukuran fisik tubuh, serta gangguan metabolime tubuh balita. Sebab itu dukungan keluarga sangat penting didalam mencegah dan menangani stunting, denrikan makanan upaya yang dilakukan yaitu memberikan tambahan bagi ibu hamil dan balita keluarga miskin, yang disalurkan langsung oleh Puskesmas.

b), Media Informasi Kesehatan

Masalah stunting di Sulawesi Tengah merupakan jumlah stunting masih cukup besar, mencapai 30,8% masih berada diatas rata-rata nasional 28%. Faktor media informasi sangat penting dan berpengaruh dengan kejadian stunting hal ini dapat diupayakan melalui koordinasi antar sektor yang dapat menjadi model pelaksanaan kegiatan lintas sektor yang terintegrasi di masa yang akan datang. Hasil uji statistic dengan Chi- Square bahwa Faktor media informasi sangat berpengaruh pada kategori stunting sangat pendek dan pendek. Faktor riisko stunting dengan kategori kurang balita sangat pendek sebanyak 28,6% dan pendek 71,4% dikategorikan kurang dengan pengujian statistic Chi-Square OR Cl 95% 4.000 ( 1,.234 - 12,.965).

Media informasi kesehatan perlu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil bagaimana cara pemenuhan gizi yang baik untuk kesehatan balita yang normal, dan tidak normal di dalam pertumbuhan balitanya dan asupan makanan empat sehat lima sempurna perlu diberikan pengetahuan kepada ibu hamil agar ibu hamil dapat informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil., dan perlu ada terobosan tentang pembuatan stiker, poster dibagikan kepada anggota-anggota rumah tangga

87

agar keluarga mengetahui cara asupan gizi yang baik dan bermanfaat untuk malnutrisi, dan masing – masing Kabupaten mempunyai inovasi terhadap penurunan stunting dan terkait dengan warga jumlah penduduk miskin didaerahnya.

c). Fasilitas Kesehatan

Faktor fasilitas kesehatan sangat berpengaruh dengan faktor risiko kejadian stunting, masyarakat miskin ini dapat dibuktikan dengan masalah fasilitas kesehatan sarana dan prasarana di daerah tinggal sangat berjauhan dengan tempat berobat seperti puskesmas dan klinik dapat mempengaruhi peningkatan jumlah stunting yang masih cukup besar diatas rata- rata nasional sekitar 30%.Hasil uji Statistik Chi-Square ditemukan bahwa fasilitas kesehatan dengan risiko kejadian stunting kategori kurang sangat pendek sebanyak 26,3% dan balita stunting sangat pendek 73,7% dengan OR (Cl-95% 2,179 atau 0,643-7,383).

Kegiatan upaya yang dapat dilakukan kerjasama antar sektor Badan Pusat stastik bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan melaksanakan integrasi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) yang merupakan perwujudan koordinasi antar sektor yang dapat menjadi model pelaksanaan kegiatan lintas sektor yang terintegrasi di masa yang akan datang. Terobosan besar ini tidak terlepas dari One data terutama dibidang kesehatan.

Fasilitas Kesehatan sangat penting untuk dapat bekerjasama dengan lintas sektor.Upaya yang dapat dilakukan yaitu dibuatkan buku saku desa dalam penanganan stunting secara gratis dibagi-bagikan kepada ibu hamil yang berobat ke puskesmas dan Klinik yang tidak jauh dari daerah tempat tinggalnya di pedesaan. Buku saku desa dibuat point-piont penting sebanyak 10 lembar saja sebagai bacaan ibu hamil di dalam proses kehamilan did alam pencegahan

88

stunting. Namun, upaya merujuk stunting pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi badan seumurnya, yang disebabkan kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Stunting dalam arti kurangnya asupan gizi yang diterima bayi/janin, terutama di daerah pedesaan pada kelompok masyarakt miskin.

d). Pengetahuan ibu hamil tentang gizi terhadap pemeriksaan kehamilan

Faktor kemiskinan sangat berpengaruh pada tingkat pendidikan ibu hamil rata-rata tamat SD sebanyak (1,11%), tamat SMP sebanyak (13,33%), tamat SMA sebanyak (58,89%), Diploma (7,18%), dan Perguruan tinggi (17,78%). dan pengetahuan ibu hamil tentang gizi pada kehamilan masih relative rendah dengan faktor risiko kejadian stunting. Hasil analisa bivariate dengan pengujian statistik Chi-Square menunjukkan bahwa balita stunting sangat pendek sebanyak (45,5%) dan pendek (54,5% ) dengan OR (odd rasio ) .Cl -95% 5.57 (1,476-22,393).

Analisis ini menunjukkan pengetahuan ibu hamil berpengaruh dengan kejadian risiko sunting., hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu hamil tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dengan pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat menyediakan makanan untuk bayinya ketika lahir. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat rendah sehingga didalam pemenuhan kebutuhan yang dimakan ibu hamil tidak mempunyai standar pola makanan yang bergizi, karena ketidaktahuan pengetahuan dasar gizi ibu hamil, meskipun secara tidak langsung status gizi balita diantaranya pola konsumsi makan, penyakit infeksi dan pendapatan perkapita secara tidak langsung mempengaruhi kejadian risiko stunting. Upaya yang harus dilakukan pencegahan dan penurunan stunting perlu harapan jadi media efektif penyampaian pesan gizi ke masayarakat, khususnya dalam menyukseskan program-program

89

pencegahan stunting pada balita dilingkungan keluarga, dengan membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi dengan Tema,” Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif dan Slogan,” Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang”. .

e). Pengetahuan Tentang Pemantauan Berat Badan pada Masyarakat Miskin Hasil penelitian Nasikhah, R dan Margawati, A ( 2012) mengatakan bahwa pemantauan berat badan ibu yang pendek, ayah yang pendek, tingkat pendidikan ayah yang rendah dan pendapatan perkapita yang rendah merupakan faktor riisko yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-36 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pembuktian haisl uji Statistic dengan Chi- Square ditemukan bahwa sikap tentang pemantauan berat badan berhubungan negative dengan faktor riisko kejadian stunting yang tidak bermakna dengan kategori pendek sebanyak (46,2%), dan pendek sebanyak (52,8%) dengan OR (Odd Rasio ) 6.476 (1.277-23.602).

Kondisi ini disebabkan ada beberapa faktor-faktor lain secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi balita diantaranya pola konsumsi makan,pengetahuan dasar mengenai gizi yang cukup tanpa diikuti dengan siakp , ketrampilan dan kemauan untuk bertindak tidak dapat membawa perubahan perbaikan gizi balita dimasa yang akan datang. Besar anggota keluarga turut menentukan ketersediaan pangan dalam keluarga miksin. Kemiskinan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan rumah tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kuantitas dan kualitas yang baik akan mempengaruhi konsumsi makanan

90

dan pengaruhnya terhadap berat badan balita, dan distribusi makanan yang tidak merata sehingga menyebabkan balita dalam keluarga tersebut menderita kekurangan gizi, yang akan berdampak pada berat badan balita.

f). Sikap tentang Kesehatan ibu hamil dengan Risko Kejadian Stunting

Sejak tahun 2015 sebenarnya penanganan stunting di Sulawesi Tengah sudah lebih baik, terutama digalakkan “Program Posyandu pra-Konsepsi” . Posyandu Pra-Konsepsi adalah rangkaian program penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang diharapkan akan memberi hasil positif berkelanjutan pada kesehatan ibu hamil sampai anaknya mencapai usia dua tahun (baduta). Pendampingan sejak prakonsepsi akan menambah pengetahuan ibu tentang sikap perawatan kehamilan dan bayi mereka. Sementara waktu kontak yang lama dan insentif dengan petugas kesehatan diharapkan akan menambah pengetahuan ibu pentingnya inisiasi dini (IMD), ASI ekslusif, serta makanan pendmaping ASI yang tepat. Haisl BPS (2017) mengatakan bahwa kasus stunting di Poso Sulawesi Tengah telah berhasil ditekan 1.175 kasus pada tahun 2016 menjadi berkurang 603 kasus pada tahun 2017.

Hasil pengujian statistik dengan metode Chi-Square ditemukan bahwa sikap tentang kesehatan ibu hamil dengan risiko kejadian stunting berhubungan tidak bermakna (negative) yang dikategorikan sangat pendek sebanyak (34,8%), dan kategori pendek ( 65%) dengan Odd Rasio (OR) CL-95% ; 4,751 (1,431-14.604).

Karena itulah kekurangan gizi dapat memicu stunting, suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek disbanding orang lain yang seusianya, Karena itu

91

Gizi jadi bagian penting bagi kesinambungan daur kehidupan manusia sekaligus bagi pertumbuhan pembangunan bangsa Indonesia.

g). Sikap kesehatan Ibu Hamil hubungan dengan Imunisasi

Program kesehatan untuk imunisasi bagi kesehatan ibu hamil sangat penting di dalam pencegahan penangann stunting. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, ada 37 persen atau hamper Sembilan juta balita di Indoensia yang mengalami stunting. Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia. Tingginya angka stunting ini berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan , kesehatan dan produktivitas, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperlebar jurang ketimpangan distribusi pendapatan yang akan meningkatkan kemiskinan di daerah khususnya di negara-negara berkembang.

Perilaku kesehatan ibu hamil setiap tri semester memeriksa kehamilannya yang dimulai dari semester 1 sampai dengan trisemester empat yang dikenal dengan pemeriksaan antenatal care. Perilaku ibu dalam mengasuh balitanya memiliki kaitan yang erat dengan kejadian stunting pada balita. Perilaku sendiri akan menciptakan sikap yang baik, informasi yang baik didapatkan dari pendidikan formal maupun dari media (non formal), seprti radio, TV, internet, Koran dan majalah, jurnal Gizi, dan lain-lain sebagainya. Perilaku yang kurang baik tidak memeriksakan imunisasi pada kehamilan mengakibatkan balitanya kekurangan gizi, dan mudah terkena penyakit infeksi. Hasil pengujian statistik dengan Chi-Square didapatkan hasil bahwa sikap tentang sikap imunisasi pada pemeriksaan kehamilan hubungannya dengan risiko

92

kejadian stunting berhubungan negative secara tidak bermakna dengan kategori kejadian risiko stunting yang terdiri sangat pendek sebanyak 24,4% dan kategori pendek 75,9% dengan OR (Odd Rasio) 2.839 ( 1,883-7.126). Faktor imunisasi secara langsung tidak berhubungan, dengan risiko kejadian stunting, ada faktor lain yang berhubungan langsung misalnya pola makan, pendapatan, dan faktor gizi.

h). Sikap tentang Pengetahuan Pemeriksaan Kehamilan dengan Risiko Kejadian Stunting

Usia kehamilan yang tidak beresiko yaitu usia antara 20-35 tahun, tidak ada hubungan antara umur ibu hmail dengan perilaku ibu hamil dalam perencanaan persalinan untu pencegahan komplikasi kehmailan. Hasil uji statistik dengan Chi- Square membuktikan bahwa sikap tentang pemeriksaan kehamilan dengan kejadian risiko stunting beresiko stunting berhubungan negative secara tidak bermakna dengan kategori balita stunting sangat pendek 31% dan balita pendek sebanyak 69% atau OR, CL-95% sebanyak 4,125 (1.302-13.06).dilihat dari segi umur bahwa balita stunting berada pada umur kehamilan yang tidak beresiko.

Menurut Green (2000) ada tiga faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap perubahan perilaku pemeriksaan kehmailan yaitu 1). Faktor prediposing yang meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, 2). Faktor reinforcing yang meliputi sikap dan perilaku orang lain diluar diri pribadi, 3). Faktor enabling yang meliputi ketersediaan sumberdaya, keterjangkauan akses, aturan dan kebijakan ,keahlian,dan lain-lain. Dengan mengacu pada teori-teori tentang sikap

93

pengetahuan ,da[at disimpulkan bahwa semakin baik sikap ibu hmail tentang pemeriksaan kehamilan, maka akan semakin baik pula perilaku perawatan ibu hamil di dalam asupan gizi balita di dalam pencegahan jumlah penurunan stunting. Angka stunting di Sulawesi Tengah masih masih diatas 30%, yaitu diatas rata-rata nasional 28%.Kerugian ekonomi akibat stunting dapat mencapai kerugian Rp. 300 trilium per tahun (BAPENAS, 2019). Sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Naisonal (PPN) Kepala Bapenas, Bambang Bodjonegoro mengungkapkan dampak stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia dan perkembangan ekonomi suatu negara.Apabila hal ini terus dibiarkan dapat merugikan secara ekonomi untuk bangsa Indonesia. Stunting adalah kondisi anak dengan tinggi badan lebih rendah dari standar usianya. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama, dampak dari pemberian makanan asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama, dampak dari pemberian makanan balita yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi balita.

Stunting dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun.Jika PDB negara Indonesia mencapai Rp. 13.000 trilium pada 2017, maka diperkirakan potensi kerugian akibat stunting dapat mencapai Rp. 200-300 trilium per tahun, kata Bambang pada acara stunting di Hotel Brobudur,Jakarta 23 Maret 2018.

Dalam RJPM 2015-2019, Pemerintah menargetkan penurunan stunting pada usia dibawah dua tahun dari 32,9% di tahun 2013 menjadi 28% di tahun 2019, penurunan stunting sebagai salah satu proyek prioritas nasional. Dalam pelaksanaan

94

penurunan stunting perlu direncanakan dan dianggarkan dalam dokumen perencanaan di daerah. Kepala daerah harus turun tangan mengawal dan memantau pelaksanaan setiap kegiatan penuurnan pervalensi stunting di Indonesia, khususnya di daerah masing-masing agar berjalan baik dan tepat sasaran .salah satu terobosan yang dilakuan yaitu meningkatkan kapasitas program di daerah terkait termasuk puskesmas dan Dinas Kesehatan.

95 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

1) . Berdsarkan hasil penelitian ditemukan bahwa stunting dapat berpengaruh secara tidak langsung dengan pengujian sttaistik Chi-Square OR (Odd Rasio), bahwa variabel dengan keluarga (suami) mengapa harus keluarga, sebab jika keluarga sudah menyadari akan pentingnya gizi maka akan merubah dan meningkatkan perilaku- perilaku sadar gizi untuk mencegah stunting, sebab jika stunting terlalu tinggi pada suatu periode waktu tertentu dapat memicu munculnya satu generasi yang kuran produktif. Variabel yang berikutnya yaitu variabel faktor media informasi kesehatan , fasilitas kesehatan , berpengaruh secara tidak langsung atau tidak bermakna dan pengetahuan tentang kehamilan , pemantauan berat badan , pengetahuan gizi ibu hmail berpengaruh secara positive pada balita stunting.

2) Faktor sosial ekonomi yaitu masyarakat miskin; lingkungan, asupan gizi , makanan, pendapatan perkapita, jumlh anggota keluarga dapat mempengaruhi sttaus gizi balita stunting. Gizi merupakan bagian yang penting bagi kesinambungan daur kehidupan manusia sekaligus bagi pertumbuhan pembangunan bangsa Indonesia ynag berkualitas dengan menghasilkan sumberdaya manusia yang cerdas.

Dokumen terkait