YANKES DASAR
IV. Intervensi stunting pada pelayanan kesehatan 1. Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih
5.4. Jumlah Pendapatan Keluarga
Pendapatan rumah tangga belum cukup untuk menjelaskan kesengsaraan yang diderita kaum wanita . Karena keluarga yang dikepalai oleh wanita umumnya ditemui pada segmen masyarakat termiskin. Selain itu hnaya sedikit diantara mereka yang bisa meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, karena mereka sejak dini sudah harus turut bekerja , atau mencari sedikit penghasilan tambahan , dalam rangka menegakkan tiang ekonomi keluarga., dan tingkat kesulitan ekonomi yang dialami oleh masing- masing anggota keluarga di dalam sebuah rumah tangga sangat bervariasi.
52
Pendapatan rumah tangga belum cukup untuk menjelaskan kesengsaraan yang diderita kaum wanita . Karena keluarga yang dikepalai oleh wanita umumnya ditemui pada segmen masyarakat termiskin. Selain itu hanya sedikit diantara mereka yang bisa meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, karena mereka sejak dini sudah harus turut bekerja , atau mencari sedikit penghasilan tambahan , dalam rangka menegakkan tiang ekonomi keluarga. Selain itu, tingkat kesulitan ekonomi yang dialami oleh masing-masing anggota keluarga di dalam sebuah rumah tangga sangat bervariasi. Tingkat pendapatan rumah tangga (household income) merupakan indicator yang tidak bisa diandalkan untuk mengukur tinggi atau rendahnya kesejahtraan seseorang, karena distribusi pendapatan di dalam keluarga berbeda-beda. Lebih dari itu, sesunggunya status ekonomi dari kaum wanita di kalangan miskin merupakan sebuah indikator yang lebih baik, karena lebih mampu mencerminkan sejauhmana tingkat kesejahtraan yang sesungguhnya yang ada pada diri mereka dan anak-anak.
Berbagai penelitian tentang alokasi sumber daya dalam setiap rumah tangga menunjukkan secara jelas bahwa dibanyak kawasan warisan yang diterima di dunia, kecukupan gizi, pelayanan kesehatan, taraf pendidikan dan warisan yang diterima oleh wanita anak perempuan mengalami kekurangan gizi
53
Pelayanan kesehatan, taraf pendidikan, dan warisan yang diterima oleh wanita lebih rendah daripada yang dinikmati oleh kaum pria .Bias-bias internal atau ketimpangan distribusi pendapatan dalam masing-masing rumah tangga ini banyak dipengaruhi oleh status ekonomi kaum wanita, berbagai penelitian ditemukan bahwa sumbangan financial wanita di suatu keluarga meningkat atau relative lebih tinggi, maka diskriminasi yang berlangsung trehadap anak-anak perempuan akan lebih rendah, dan kaum wanita atau ibu-ibu mereka mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan sendiri dan juga kebutuhan anak-anak mereka. Jika pendapatan dari keluarga itu sangat rendah sekitar 55,7% mempunyai penghasilan < Rp. 1.500.000 dan 44,83% mempunyai penghasilan 44,83%., maka boleh dikatakan seluruh hasil kerja atau pendapatan sang ibu akan dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kekurangan gizi yang dibutuhkan. Kenyataan bahwa kesenjangan wanita dan anak- anak sangat dipengaruhi oleh rancangan kebijakan ekonomi pemerintah yang menggarisbawahi pentingnya memasukan kaum wanita kedalam berbagai program pembangunan, guna memperbaiki taraf hidup penduduk termiskin, peran kaum wanita harus diperhitungkan melalui peningkatan partisipasi kaum wanita dalam pendidikan dan pelatihan, penciptaan lapangan kerja disketor formal, serta dalam pengembangan pertanian.
54
Tabel 6 Penghasilan Keluarga
Sumber: Data Primer 2019
Pemerintah harus dituntut untuk membuka akses yang sama besar kepada kaum wanita dalam program-program pendidikan , bidang pelayanan sosial, penyediaan kesempatan kerja dan kesejahtraan sosial. Sektor-sektok lapangan kerja informal, dimana kaum wanita banyak berkiprah, juga perlu dilegalisasikan agar status ekonomi kaum wanita benar-benar terangkat. Dalam jangka panjang, rendahnya status ekonomi kaum wanita pada gilirannya akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.Dengan demikian investasi sumber daya manusia
Kabupaten
Penghasilan
< Rp.
1.500.000
Penghasilan =>
Rp. 1.500.000
Persentase
Poso Count 28 16 44
% within Kabupaten
63,64% 36,36% 100,00%
% of Total 32,18% 18,39% 50,57%
Sigi Count 20 23 43
% within Kabupaten
46,51% 53,49% 100,00%
% of Total 22,99% 26,44% 49,43%
Total Count 48 39 87
% within Kabupaten
55,17% 44,83% 100,00%
% of Total 55,17% 44,83% 100,00%
55
hanya akan berhasil diteruskan kegenerasi mendatang jika menyertakan upaya-upaya perbaikan status dan kesejahtraan wanita ke dalam proses pertumbuhan. Karena sumber daya manusia itu sendiri mungkin merupakan syarat penting bagi tercapainya proses pertumbuhan yang berkesinambungan maka pendidikan dan upaya-upaya peningkatan kesejahtraan serta status ekonomi kaum wanita jelas merupakan faktor yang sangat penting demi tercapainya berbagai tujuan pembangunan jangka panjang.
.5.6. Prioritas Kegiatan Pembinaan Gizi
Peningkatan dan kesejahtraan masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dilakukan dengan pendekatan continuum of care menurut siklus hidup sejak dari kehamilan, persalinan dan ibu nifas, bayi, balita, remaja, dewasa, dan lansia. Prioritas intervensi pada periode 1000 hari pertama kehidupan, yaitu selama masa kehamilan sampai anak usia 23 bulan. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi digambarkan sebagai mana diagram berikut:
Kegiatan promotif adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di tingkat masyarakat oleh masyarakat dan pertugas. Kegiatannya meliputi pemantauan pertumbuhan penyuluhan dan konseling tentang pemberian makanan bayi dan anak, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, promosi garam beriodium, pelacakan dan tindak lanjut kasus
56
gizi buruk. Kegiatan preventif adalah pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap anak-anak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan lokal, dengan resep-resep yang dianjurkan. Kegatan kuratif, berupa tatalaksana gizi buruk atau rawat inap maupun rawat jalan, menggunakan protocol yang telah ditetapkan.
Keadaan gizi merupakan salah satu penyebab dasar kematian bayi dan anak.
Gizi buruk seringkali disertai penyakit seperti TB, ISPA, diare dan lain-lain. Risiko kematian anak gizi buruk 17 kali lipat dibandingkan dengan anak normal.oleh karena itu setiap anak gizi buruk harus dirawat sesuai standar. Pemerintah telah mengembangkan prosedur perawatan gizi buruk, dengan dua pendekatan .. Kasus gizi buruk yang disertai dengan salah satu atau lebih tanda komplikasi medis seperti anoreksia, anemia berat, dehidrasi, demam sangat tinggi dan penanak di rumah dilakukan melalui penurunan kesadaran perlu penanganan secara rawat inap, baik dirumah sakit , puskesmas maupun “Theurapeutic Feeding Centre (TFC)”.
Sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak dirumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader.
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2013 terdiri dari petugas kesehatan dan at 40. 775 kasus gizi buruk yang ditemukan dan dilaporkan, yang semuanya telah mendapat perawatan sesuai standar tatalaksana anak gizi buruk, baik rawat inap maupun rawat jalan. Kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan kasus gizi buruk anatara lain:
57
1). Melaksanakan pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk bagi petugas kesehatan dari Puskesmas yang telah dilatih tatalaksana anak gizi buruk sampai September ada sebanayk 397 RSUD atau sekitar 67,4% dari 685 RSUD yang ada, dan 1576 Puskesmas Perawatan atau sekitar 58,7% dari 3152 Puskesmas Perawatan yang ada.
2). Mendrikikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC) atau pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM). TFC melayani balita di daerah yang banyak ditemukan gizi kurang akut Pusat Pemulihan Gizi (PPG) berfungsi sebagai tempat perawatan dan Pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu ruangan khusus. Di ruangan khusus ini, ibu atau keluarga terlibat dalam perawatan anak tersebut. Tahun 2011 terdapat 153 PPG yang tersebar di 28 provinsi dan pada tahun 2012 jumlah PPG meningkat menjadi 168 PPG yang tersebar di 28 Provinsi. Sampai akhir tahun 2013 terdapat 184 PPG yang tersebar di 115 kabupaten dan Kota di 28 Provinsi. Rata –rata usia kehamilan ibu di dalakm pemeriksaan kehamalan persentase tertinggi sebanyak 34.44% dan 4-6 bulan (trisemester 2) sebanyak 34,44% dan persentase terendah pemriksaan kehamilan ibu hamil dari 1-3 bulan trisemester 1 sebanyak 13,33%
5.7. Usia Kehamilan Ibu
Usia kehmailan ibu sangat menentukan di dalam pemeriksaan kehamilan antenatal care yang dimulai dari 1-3 bulan (Trisemester 1) sebesar13,3% dan usia kehamilan ibu yang
58
dimulai dari usai kehmailan 4-6 bulan (trisemester 2) sebanyak 34,5% dan usia kehamilan ibu 7-9 bulan (Trisemester 3) sebanyak 42,2%, dan responden menjawab ketidak tahun sebesar 10%.
Salah satu upaya menurunkan angka kematian ibu hamil yang dikembangkan WHO di dalam upaya safe motherhood adalah Antenatal Care/ANC (asuhan antenatal), (WHO 2008). Melalui pelayanan antenatal ini petugas kesehatan memberikan Pendidikan dan pengetahuan kepada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam amsa hamil, membantu wanita hamil dan keluarganya mempersiapkan kelahiran, meningkatkan kesadaran tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan atau persalinan, dan cara mengenalinya sedini mungkin.
Tabel 7. Usia Kehamilan Ibu
Kabupaten
Usia kehamilan ibu Hamil
Total 1 - 3 bulan
(Trisemester 1)
4 - 6 bulan (Trisemester
2)
7 - 9 bulan (Trisemester
3)
Tidak tahu
Poso Count 6 14 19 6 45
% within Kabupate n
13,33% 31,11% 42,22% 13,33% 100,00
%
% of Total 6,67% 15,56% 21,11% 6,67% 50,00%
Sigi Count 6 17 19 3 45
% within Kabupate n
13,33% 37,78% 42,22% 6,67% 100,00
%
% of Total 6,67% 18,89% 21,11% 3,33% 50,00%
Tota l
Count 12 31 38 9 90
% within Kabupate n
13,33% 34,44% 42,22% 10,00% 100,00
%
59
% of Total 13,33% 34,44% 42,22% 10,00% 100,00
% Sumber : data primer 2019
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat ) untuk ibu selama masa kehamilan sesuai standar pelayanan antenatal. Depkes menentukan paket minimal meliputi ST yaitu timbnag berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi, tetanus, toxoid, ukur tinggi fundus uteri, dan pemberian tablet besi, minimal 90 tablet selama masa kehamilan (Depkes 2009).
Pelayanan Antenatal care ditargetkan delapan kali selama kehamilannya, dimana standar waktu ditentukan untuk menjaga mutu pelayananya, khususnya memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus risiko ditemukan.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas program KIA, Departemen Kesehatan dalam Kebijaksanaanya menentukan bahwa bahwa seorang ibu hamil mendapatkan pemeriksaan kehamilannya. Kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tempat pelayanan harus dilakukan dalam umur kehamilan tiga bulan pertama (tri semester) dan minimal mendapat 1 kali pemeriksaan dalam trisemester tersebut.
Pada trisemester II (Umur kehamilan 4-6) minimal 2 kali dalam se bulan dan ibu hamil minimal dipereiksa 1 kali dalam trisemester III (umur kehamilan 7-9) bulan minimal 2 kali (K4 adalah kunjungan ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal yang ke 4 atau lebih pada tri semester III dengan kunjungan pertama pada tri semester (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal untuk ibu hamil ditargetkan delapan kali selama kehamilannya, dimana standar waktu ditentukan
60
oleh mutu pelayanannya, khususnya memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus risiko yang ditemukan.
5.8. Penggunaan Konsumsi Tablet Besi
Prevalensi anemia gizi pada masa kehamilan cukup tinggi di Indonesia sekitar 60% pada tahun 2007, sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah menunjukkan prevalensi sebesar 69
% bagi ibu hamil. Untuk mengatasi masalah ini tablet besi yang dianjurkan untuk diberikan kepada ibu hamil selama masa pelayanan antenatal, setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan meminum 90 butir tablet besi dari trisemester 1.
Tabel 8. Konsumsi Tablet Besi
Kabupaten
Apakah mendapatkan tablet
tambah darah
Total Tidak Ya
Poso Count 21 24 45
% within Kabupaten
46,67% 53,33% 100,00%
% of Total 23,33% 26,67% 50,00%
Sigi Count 12 33 45
% within Kabupaten
26,67% 73,33% 100,00%
% of Total 13,33% 36,67% 50,00%
Total Count 33 57 90
% within Kabupaten
36,67% 63,33% 100,00%
61
Sumbe; Data Primer 2019
Hasil dari tabel 7 bahwa sekitar 63,3% wanita hamil mengkonsumsi tablet besi untuk penambah darah, dan sekitar 36,67% wanita hamil yang tidak mendapatkan tablet besi untuk penambah darah, Pemeriksaan tekanan darah dalam pelayanan antenatal untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya preeklamsia yang menjadikan ibu-ibu hamil dan jaminanya mempunyai risiko tinggi terhadap kematianibu dan bayi .