• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Metode Analisis Data

2. Analisis Fisik Dasar Kawasan

Analisis fisik dasar kawasan merupakan analisis dasar yang akan menentukan arah perkembangan suatu kawasan, pelaksanaan penentuan kawasan yang akan direncanakan untuk dikembangkan. Analisis fisik dasar kawasan diperlukan untuk mengetahui daya dukung lingkungan obyek wisata Air Terjun Lacolla itu sendiri.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi linier berganda, uji F dan uji t. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu : “Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla Kabupaten Maros?”. Analisis ini digunakan untuk mencari pengaruh dari dua atau lebih variabel independent (variabel bebas / variabel X) terhadap variabel dependent (variabel terikat / variabel Y).

Rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn dimana:

Y = Variabel terikat a = Konstanta

b1b2 = Koefisien regresi X1X2 = Variabel bebas 4. Analisis SWOT

Metode analisis SWOT adalah metode analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu :

Bagaimana strategi pengembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla Kabupaten Maros?”. Untuk mengetahui strategi dalam pengembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla, digunakan analisis SWOT yang bertujuan untuk menyusun dan merumuskan konsep

strategi pengembangan Air Terjun Lacolla. Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), serta secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).

Berikut adalah cara membuat personal analisis SWOT:

a. Menentukan indikator-indikator kekuatan (Strength), dengan cara mengidentifikasi semua indikator yang dapat kita kendalikan. Semua indikator yang mendukung tujuannya merupakan indikator-indikator kekuatan. Sebaliknya, indikator yang menghambat atau mengganggu tujuan merupakan indikator kelemahan.

b. Menentukan indikator-indikator kelemahan (Weakness) yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla dengan tujuan menentukan indikator ini adalah untuk meningkatkan kinerja.

Dengan mengidentifikasi kelemahan, maka dapat memperbaiki obyek wisata Air Terjun Lacolla.

c. Menentukan indikator-indikator peluang (Opportunities) yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla.

d. Menentukan indikator-indikator ancaman (Threat) yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla.

Menentukan indikator-indikator tersusun tersebut berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan

datang. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap faktor internal yaitu semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla, penentuan indikator peluang dan ancaman disusun berdasarkan tujuan dalam membuat strategi pengembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla.

Berikut ini cara membuat Strategi SO, WT, ST dan WT.

Setelah masing-masing indikator analisis SWOT ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah membuat formulasi strategi dengan menggabungkan S dengan O, W dengan O, S dengan T dan W dengan T. Cara ini dilakukan dengan tujuan merumuskan strategi pengembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla.

Sebelum melakukan pilihan strategi maka perlu mengetahui pengertian masing-masing kuadran dari hasil gabungan, yaitu SO strategi, WT strategi, ST strategi dan WT strategi.

a. Kuadran S-O : strategi yang digunakan seluruh kekuatan yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla untuk merebut peluang.

b. Kuadran W-O : strategi yang di minimalkan kelemahan untuk merebut peluang yang artinya banyak peluang yang dapat diraih tetapi tidak ditunjang dengan kekuatan yang memadai (lebih banyak kelemahan) sehingga kelemahan tersebut perlu di minimalisasi terlebih dahulu.

c. Kuadran S-T : strategi yang disusun dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla untuk mengatasi ancaman yang akan terjadi.

d. Kuadran W-T : strategi yang disusun dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

Model Analisis SWOT:

a. Pembobotan tetap menggunakan skala 1 (sangat penting) hingga 0 (tidak penting), akan tetapi penentuan nilai skala untuk masing-masing situasi total berjumlah 1.

b. Urutkan faktor situasi berdasarkan skala prioritas (SP) (tertinggi nilainya 16 dari 4×4, urutkan 2 nilainya 3×4 = 12 dan terendah nilai dari 1×4) lalu kalikan dengan konstanta (K) nilai tertinggi 4.

c. Peringkat tetap menggunakan skala 1 (rendah) sampai 4 (tinggi) untuk kekuatan dan peluang. Sedangkan skala 4 (rendah) sampai 1 (tinggi) untuk kelemahan dan ancaman.

Namun jika tidak ada perbandingan, maka nilai skala ditentukan berdasarkan prioritas dari masing-masing situasi (misalnya berdasarkan prioritas dari masing-masing situasi) (misal skala 4 untuk peluang yang paling tinggi).

d. Nilai tertinggi untuk bobot X peringkat adalah 1 sampai 2 (kuat) dan terendah adalah 0 sampai 1 (lemah).

Tabel 3.2 Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

Strategi S-O (Strategi yang menggunakan seluruh kekuatan dan memanfaatkan

peluang)

Strategi W-O (Strategi yang meminimalkan

kelemahan dan memanfaatkan

peluang)

Ancaman (T)

Strategi S-T (Strategi yang menggunakan kekuatan dan mengatasi ancaman)

Strategi W-T (Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman)

Tabel 3.3 Penentuan Nilai Strategi Internal

Faktor Strategi Internal

(Kekuatan) SP K SP × K Bobot

Total SP × FX Faktor Strategi Internal

(kelemahan) SP K SP × K Bobot

Total SP × FX

Tabel 3.4 Nilai Skor IFAS

Faktor Strategi Internal

Bobot Rating Skor Kekuatan (S)

Total Skor

Kelemahan (W) Bobot Rating Skor

Total Skor

Tabel 3.5 Penentuan Nilai Strategi Eksternal

Faktor Strategi Eksternal (Peluang)

SP K SP × K Bobot

Total SP × FX Faktor Strategi Eksternal

(Ancaman)

SP K SP × K Bobot

Total SP × FX

Tabel 3.6 Nilai Skor EFAS

Faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating Skor Peluang (O)

Total SP × FX

Ancaman (T) Bobot Rating Skor

Total SP × FX

Kesimpulan :

Koordinat X (IFAS) hasil Kekuatan – Kelemahan Koordinat Y (EFAS) hasil Peluang – Ancaman

Diagram 3.1 Analisis SWOT

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang mempunyai keindahan serta nilai berupa alamiah maupun buatan manusia yang dapat menjadi tujuan wisatawan. Daya tarik wisata yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla yakni pesona keindahan air terjun ini sendiri. Terdapat tiga air terjun yakni air terjun utama, air terjun tengah (air terjun kedua) dan air terjun paling bawah serta pesona alam sekitar yakni view pegunungan, hutan dan udara yang sejuk serta keindahan sederet bebatuan dan tebing. Untuk mengetahui apakah daya tarik yang dimiliki obyek wisata Air Terjun Lacolla menarik dan/atau tidak menarik digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur digunakan dengan penilaian menarik dan/atau kurang menarik serta menjadi indikator penelitian diantaranya data pengunjung, wisata bahari dan aktraksi budaya.

2. Sarana wisata merupakan segala sesuatu atau unsur pelengkap yang bertujuan memudahkan kegiatan pariwisata contohnya seperti sarana olahraga dan atraksi wisata. Untuk mengetahui kondisi sarana wisata yang ada di obyek wisata Air Terjun digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur yang digunakan dengan penilaian lengkap dan/atau kurang lengkap serta yang menjadi indikator penelitian diantaranya bantalan renang.

3. Prasarana wisata merupakan sumber daya alam ataupun sumber daya manusia yang dibutuhkan wisatawan untuk mencapai obyek tujuan wisata contohnya seperti jalan, listrik, telekomunikasi dan lain-lain. Untuk mengetahui apakah prasarana wisata di obyek wisata Air Terjun Lacolla sudah memadai digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur yang digunakan dengan penilaian lengkap dan/atau kurang lengkap serta yang menjadi indikator penelitian diantaranya rumah makan, area parkir, toilet (wc), kamar ganti, tempat sampah dan gazebo.

4. Promosi wisata adalah sejumlah informasi yang bersifat memberitahukan serta membujuk wisatawan bersangkutan berkeinginan untuk datang pada suatu obyek wisata yang dipromosikan. Promosi yang dilakukan oleh pengelola obyek wisata Air Terjun Lacolla dilakukan sekali dalam setahun. Untuk mengetahui apakah promosi (informasi) yang dilakukan sudah memberikan informasi kepada wisatawan dari luar wilayah penelitian buruk atau baik, digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur digunakan dengan penilaian baik dan/atau kurang baik.

5. Aksesibilitas merupakan suatu hal yang berkaitan dengan akses atau tingkat kemudahan wisatawan untuk mencapai suatu obyek wisata. Aksesibilitas menuju obyek wisata Air Terjun Lacolla perlu diperhatikan guna memberikan keamanan serta kenyamanan untuk

wisatawan selama berada dalam perjalanan menuju lokasi obyek wisata. Untuk mengetahui kondisi akses menuju obyek wisata Air Lacolla digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur digunakan dengan penilaian baik dan/atau kurang baik.

6. Perkembangan obyek wisata merupakan segala sesuatu usaha maupun upaya dalam mengembangkan suatu obyek wisata agar obyek wisata tersebut dapat menambah minat para wisatawan untuk datang berkunjung. Perkembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla, untuk mengetahui apakah obyek wisata Air Terjun Lacolla berkembang atau tidak berkembang digunakan alat ukur kuisioner dan hasil ukur digunakan dengan penilaian berkembang dan/atau tidak berkembang.

7. Wisata menarik adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan kekayaan alam serta budaya yang merupakan hasil buatan manusia yang menjadikan Air Terjun Lacolla sebagai tujuan kunjungan wisatawan.

8. Wisata kurang menarik adalah diakibatkan dari sesuatu/cara menjamu wisatawan yang kurang baik, kenyamanan dan keamanan juga kebersihan yang sudah tidak diperhatikan lagi mengakibatkan menurunnya minat wisatawan untuk datang berkunjung di Air Terjun Lacolla.

9. Sarana wisata lengkap adalah terpenuhi atau tersedianya fasilitas wisata seperti tersedianya bantalan renang sebagai sarana penunjang wisata di kawasan Air Terjun Lacolla.

10. Sarana kurang lengkap adalah apabilah tidak terpenuhi atau tidak tersedianya fasilitas penunjang wisata yaitu bantalan renang di kawasan Air Terjun Lacolla.

11. Prasarana wisata lengkap adalah terpenuhi atau tersedianya fasilitas wisata seperti tersedianya area parkir, rumah makan, gazebo, toilet, kamar ganti dan tempat sampah sebagai prasarana penunjang wisata di kawasan Air Terjun Lacolla.

12. Prasarana wisata tidak lengkap adalah tidak terpenuhi atau kurang tersedianya fasilitas wisata seperti tersedianya area parkir, rumah makan, gazebo, toilet, kamar ganti dan tempat sampah sebagai prasarana penunjang wisata di kawasan Air Terjun Lacolla.

13. Promosi atau informasi yang baik adalah tersedianya atau tersebar luasnya informasi mengenai kawasan wisata Air Terjun Lacolla baik itu di media cetak maupun media sosial (internet).

14. Promosi atau informasi yang kurang baik adalah tidak tersedianya atau kurangnya informasi mengenai kawasan wisata Air Terjun Lacolla baik itu di media cetak maupun media sosial (internet).

15. Adanya pengaruh terhadap daya tarik wisata adalah salah satu variabel yang penting dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk

berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla dimana keunikan, keindahan dan masih alamiahnya kawasan Air Terjun Lacolla sebagai daya tarik itu sendiri.

16. Adanya pengaruh terhadap sarana wisata adalah salah satu variabel yang penting dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla dimana bantalan renang merupakan fasilitas penunjang di kawasan Air Terjun Lacolla.

17. Adanya pengaruh terhadap sarana wisata adalah salah satu variabel yang penting dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla dimana area parkir, rumah makan, gazebo, toilet, kamar mandi dan tempat sampah merupakan fasilitas penunjang di kawasan Air Terjun Lacolla.

18. Tidak adanya pengaruh terhadap prasarana wisata adalah bukan merupakan suatu hal dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla.

19. Adanya pengaruh terhadap promosi wisata adalah salah satu variabel yang penting dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla dimana media sosial yakni pemanfaatan media internet untuk menyebarkan

informasi merupakan fasilitas penunjang di kawasan Air Terjun Lacolla.

20. Adanya pengaruh terhadap aksesibilitas adalah salah satu variabel yang penting dalam meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Air Terjun Lacolla dimana tersedianya akses atau jaringan jalan merupakan fasilitas penunjang untuk mencapai kawasan wisata Air Terjun Lacolla.

21. Jaringan jalan adalah suatu fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk mencapai lokasi tujuan wisata.

22. Kondisi akses jalan yang baik adalah tersedia atau terpenuhinya akses atau jaringan jalan menuju lokasi wisata Air Terjun Lacolla dengan kondisi jalan beraspal dan lainnya.

23. Kondisi akses jalan yang kurang baik adalah tidak tersedia atau kurang terpenuhinya akses atau jaringan jalan menuju lokasi wisata Air Terjun Lacolla dengan kondisi jalan beraspal dan lainnya.

H. Kerangka Pemikiran

STRATEGI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA AIR TERJUN LACOLLA

ISU STRATEGIS

1. Akses jalan menuju obyek wisata Air Terjun Lacolla yang buruk.

2. Fasilitas penunjang yang belum memadai.

3. Kurangnya informasi (promosi obyek wisata Air Terjun Lacolla).

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Gamal Suwantoro (2004), lima unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata yaitu : Daya Tarik Wisata, Prasarana Wisata, Sarana Wisata, Promosi dan Aksesibilitas.

ALAT ANALISIS

1. Analisis Regresi Linear Berganda (Uji F dan Uji T) untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla Kabupaten Maros.

2. Analisis Deskriptif Kualitatif (SWOT) digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan obyek wisata Air Terjun Lacolla Kabupaten Maros.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Maros

1. Aspek Fisik Dasar

a. Letak Geografis dan Administratif

Secara astronomis, Kabupaten Maros terletak antara 40°45’”- 50°07’” Lintang Selatan dan 109°205’- 129°12’ Bujur Timur. Secara geografis Kabupaten Maros berbatasan dengan:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa

• Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone

Secara administratif Kabupaten Maros memiliki luas wilayah 1.619,12 km2 terdiri atas 14 kecamatan dan 103 desa/kelurahan dengan luas yang berbeda-beda yakni Kecamatan Mandai (49,11 km2), Kecamatan Moncongloe (46,87 km2), Kecamatan Maros Baru ( 53,76 km2), Kecamatan Marusu (53,73 km2), Kecamatan Turikale (29,93 km2), Kecamatan Lau (73,83 km2), Kecamatan Bontoa (93,52 km2), Kecamatan Bantimurung (173,70 km2), Kecamatan Simbang (105,31 km2), Kecamatan Tanralili (89,45 km2), Kecamatan Tompobulu

(287,66 km2), Kecamatan Camba (145,36 km2), Kecamatan Cenrana (180,97 km2), Kecamatan Mallawa (235,92 km2). Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Luas Kecamatan dan Persentase Terhadap Luas Kabupaten Maros Tahun 2019

No. Kecamatan Luas Area (km2)

Persentase Terhadap Luas Kab.Maros (%)

1 Mandai 49,11 3,03

2 Moncongloe 46,87 2,89

3 Maros Baru 53,76 3,32

4 Marusu 53,73 3,32

5 Turikale 29,93 1,85

6 Lau 73,83 4,56

7 Bontoa 93,52 5,78

8 Bantimurung 173,70 10,73

9 Simbang 105,31 6,50

10 Tanralili 89,45 5,52

11 Tompobulu 287,66 17,77

12 Camba 145,36 8,98

13 Cenrana 180,97 11,18

14 Mallawa 235,92 14,57

Kabupaten Maros 1.619,12

Sumber: Kabupaten Maros dalam Angka 2020

Berdasarkan tabel diatas, Kecamatan Tompobulu adalah kecamatan yang paling luas di Kabupaten Maros. Luas wilayahnya ± 287,66 km2 atau sama dengan 14,57% dari total luas Kabupaten Maros. Sedangkan kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Turikale dengan luas wilayah 29,93 km2 atau sama dengan 1,84% dari total luas Kabupaten Maros.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Maros

b. Topografi

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai bergunung-gunung.

Hamper semua wilayah di Kabupaten Maros terdapat daerah daratan dengan kemiringan lereng 0 – 2% merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah sekitar 70.882 Ha atau sebesar 43,8% dari total luas wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang memiliko kemiringan 2 – 5% dengan luas wilayah 9.165 Ha atau sebesar 6% dari luas total wilayah Kabupaten Maros dan sisanya sebesar 26,2% merupakan wilayah pantai.

Tabel 4.2 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Maros Tahun 2019

No. Kecamatan Tinggi Wilayah (mdpl)

Jarak ke Ibu Kota Kab.Maros (km)

1 Mandai 5 – 6 4

2 Moncongloe 10 – 122 22

3 Maros Baru 0 – 10 2

4 Marusu 5 – 35 8

5 Turikale 0 – 20 1

6 Lau 5 – 38 4

7 Bontoa 15 – 187 6

8 Bantimurung 50 – 700 7

9 Simbang 15 – 350 10

10 Tanralili 20 – 450 10

11 Tompobulu 50 – 340 18

12 Camba 75 – 881 47

13 Cenrana 65 – 639 32

14 Mallawa 100 – 800 60

Sumber: Kabupaten Maros dalam Angka 2020

Berdasarkan tabel diatas, Kecamatan Turikale merupakan wilayah yang memiliki jarak paling dekat ke Ibu Kota Kabupaten Maros. Hal ini disebabkan letak Ibu Kota Kabupaten Maros yang berada di wilayah Kecamatan Turikale. Sedangkan Kecamatan Camba merupakan wilayah yang memiliki jarak paling jauh dari Ibu Kota Kabupaten Maros yakni 47 km.

c. Hidrologi

Hidrologi di wilayah Kabupaten Maros dibedakan menurut jenisya yaitu air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air di bawah permukaan (air tanah). Air dibawah permukaan adalah air tanah merupakan sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat, sumur dangkal dapat diperoleh dengan tingkat kedalaman rata-rata 10 sampai 15 meter, sedangkan sumur dalam yang diperoleh melalui pengeboran dengan kedalaman antara 75 – 100 meter.

d. Klimatologi

Kabupaten maros termasuk daerah yang beriklim tropis karena letaknya yang berada pada daerah khatulistiwa dengan kelembapan berkisar antara 60 – 90%. Curah hujan tahunan rata-rata-rata 285 mm3/bulan dengan rata-rata hujan sekitar 15 hari. Temperatur udara rata-rata 27°C. kecepatan angin rata-rata 3-4 knot/jam. Daerah Kabupaten Maros memiliki dua musim

berdasarkan curah hujan yakni musim hujan pada periode bulan Oktober sampai juni dan Musim kemarau pada bulan juli sampai September. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Maros Tahun 2018

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

Januari 523 25

Februari 667 19

Maret 594 25

April 213 18

Mei 109 15

Juni 150 15

Juli 51 5

Agustus 1 2

September 8 4

Oktober 116 9

November 184 20

Desember 798 28

Sumber; Kabupaten Maros dalam Angka 2019

Berdasarkan tabel curah hujan dan hari hujan menurut bulan diatas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 798mm2 dengan hari hujan sebanyak 28 hari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 1mm2 dengan hari hujan sebanyak 2 hari.

Tabel 4.4 Rata-rata Tekanan Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Maros Tahun 2019

Bulan

Suhu Udara (°C) Kelembaban Udara(%) Maks Min Rata-

rata Maks Min Rata- rata

Januari 31,5 22,4 26,7 97 76 86

Februari 32,2 23,2 26,9 94 79 85

Maret 32,0 22,4 27,0 92 80 85

April 33,8 23,7 27,9 90 73 82

Mei 34,4 23,1 28,0 87 65 78

Juni 33,2 19,9 26,9 95 72 81

Juli 33,8 18,4 26,7 89 55 71

Agustus 34,8 20,5 27,2 78 44 64

September 35,6 19,5 28,0 75 44 62

Oktober 38,3 21,2 28,9 77 50 64

November 35,2 22,8 28,6 83 67 74

Desember 33,3 24,0 27,9 90 76 83

Sumber: Kabupaten Maros dalam Angka 2020

e. Geologi

Aspek geologi merupakan aspek yang mempunyai kaitan yang erat hubungannya dengan potensi sumberdaya tanah.

Struktur geologi tertentu berasosiasi dengan ketersedian air tanah, minyak bumi dan lain-lain. Selain itu struktur geologi selalu dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu wilayah misal pengembangan daerah dengan pembangunan jalan, permukiman, bendungan, selalu

menghindari daerah yang berstruktur sesar, kekar, struktur yang miring dengan lapisan yang kedap air dan tidak kedap air. Di Kabupaten Maros terdapat beberapa jenis batuan seperti batu pasir, batu bara, lava, breksi, batu gamping dan batu sedimen.

Keadaan geologi secara umum menggambarkan jenis, kedudukan, sebaran, proses dan waktu pembentukan batuan induk, serta kemampuan morfologi tanah seperti sesar tebing kaldera dan lain-lain.

Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Maros terdapat lima jenis tanah yang tersebar dibeberapa daerah seperti jenis tanah alluvial, litosol, mediteran dan podsolik. Jenis tanah alluvial biasanya berwarna kelabu, coklat atau hitam. Jenis tanah ini tidak peka terhadap erosi karena terbentuk dari endapan laut, sungai atau danau dan jenis tanah ini terdapat pantai sebelah barat Kabupaten Maros luas penyebarannya 56.053 Ha atau 34%. Jenis litosol terbentuk dari terbentuk dari batu endapan,batuan beku, jenis tanah ini mempunyai sifat beraneka ragam dan sangat peka terhadap erosi serta kurang baik untuk tanah pertanian, luasnya penyebarannya 51.498 Ha atau 31%.

Jenis tanah mediteran terbentuk dari endapan berkapur, batuan baku basis, intermediondan metamorf, jenis tanah ini berwarna merah sampai coklat dan kurang peka terhadap erosi, luas

persebarannya 45.632 Ha atau 28%. Jenis tanah podsolik terbentuk dari batuan endapan dan bekuan berwarna kuning sampai merah mempunyai sifat asam dan peka terhadap erosi.

Jenis tanah ini dapat dijadikan tanah pertanian dan perkebunan. Jenis tanah ini terdapat di daerah berbukit sampai bergunung, luas persebarannya 8.729 Ha atau 5% dan jenis tanah latosol mempunyai dan luas persebaran 17.862 Ha atau 11%. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Maros Tahun 2019

No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Alluvial 38.191 23,5

2 Mediteran 51.498 32

3 Litosol 45.632 28,1

4 Podsolik 8.729 5,4

5 Latosol 17.862 11

Kabupaten Maros 1.619,12 100

Sumber: Kabupaten Maros dalam Angka 2019

Berdasarkan tabel jenis tanah diatas, Kabupaten Maros memiliki 5 jenis tanah yaitu tanah alluvial dengan luas 38.191 Ha atau 23,5% dari luas Kabupaten Maros, jenis tanah Mediteran dengan luas 51,4 Ha atau 32% dari luas Kabupaten Maros, jenis tanah Litosol dengan luas 45.632 Ha atau 28,1% dari luas

atau 5,4% dari luas Kabupaten Maros dan jenis tanah Latosol dengan luas 17.862 Ha atau 11% dari luas Kabupaten Maros.

Adapun Kabupaten Maros di dominasi dengan jenis tanah Mediteran.

2. Gambaran Umum Pariwisata di Kabupaten Maros

Secara umum Kabupaten Maros memiliki kawasan wisata yang tersebar hamper di seluruh kecamatan. Obyek wisata yang ada di Kabupaten Maros bervariasi diantaranya obyek wisata alam, budaya, bahari dan sebagainya. Begitu banyak obyek wisata yang menjadi destinasi wisata di Kabupaten Maros sehingga sangat menarik menarik minat para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung dan berwisata ke Kabupaten Maros.

Untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Kabupaten Maros maka pembangunan fasilitas penunjang menjadi prioritas utamanya agar sektor pariwisata di Kabupaten Maros mampu menjadi penyumbang pendapatan/devisa bagi daerah Kabupaten Maros selain sektor pertambangan, pertanian dan perikanan serta sektor jasa lainnya.

Adapun kegiatan serta tempat-tempat wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan yang dating di Kabupaten Maros antara lain wisata Atraksi Alam yakni Kawasan Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung, Air Terjun Bonto Somba, Sungai Pute/Rammang-rammang, Pantai Kuri, Air Terjun Lacolla dan sebagainya serta Atraksi Budaya yakni Tamana Prasejarah Leang- leang, Situs Prasejarah Rammang-rammang, Situs Prasejarah Bulu Sipong dan Atraksi Kesenian dan Ritual Masyarakat.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Aspek Fisik Dasar

a. Letak Geografis dan Administratif

Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Cenrana memiliki batas-batas sebagai berikut:

• Utara : Kecamatan Camba

• Selatan : Desa Laiya da Kabupaten Bone

• Barat : Desa Rompegading, Desa Baji Pa’’mai, Desa Lebbotengngae dan Desa Limapoccoe

• Timur : Kecamatan Camba

Kecamatan Cenrana merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Maros. Luas wilayah Kecamatan Cenrana yaitu 180,97 km2. Secara administratif Kecamatan Cenrana terdiri dari 7 desa yaitu Desa Labuaja, Desa Lebbotengae, Desa Laiya, Desa Cenrana Baru, Desa Limampoccoe, Desa Rompegading dan Desa Baji Pa’mai.

Dokumen terkait