• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hambatan-Hambatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

BAB III PEMBAHASAN

B. Analisis Hambatan-Hambatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Pendidikan Rendah

Suatu lembaga pendidikan, terutama pendidikan formal dibentangkan harapan tentang tingkat dan jenis perubahan tingkah laku sasaran pendidikan, antara lain perubahan pengetahuan sukap, dan kemampuan mereka. Sudah tentu bukan sembarang perubahan tingkah laku, sebagai akibat dari berlangsungnya proses pendidikan. Dengan kata lain tujuan pendidikan adalah rumusan pada tingkah dan jenis tingkah laku yang lazimnya dirumuskan dalam kategori pengetahuan,

kecerdasan, sikap, keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki oleh sasaran pendidikan setelah menyelesaikan program pendidikan.58

Rendahnya pendidikan di Desa Sigar Penjalin bukan hanya berdampak pada pengangguran, namun juga berdampak ketika setelah bekerja. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya proses pemberdayaan terutama untuk pemberdayaan pada karyawan di Lombok Wildlife Park. Rendahnya pendidikan berdampak pada tingkah laku individu pada karyawan di obyek wisata ini yang dapat menghambat proses pemberdayaan masyarakat.

Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi.Sedangkan pelatihan lebih berkaitan kepada peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.59

Pendidikan untuk karyawan merupakan hal yang terpenting.

Hal tersebut menggambarkan tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu digambarkan pada harapan masyarakat atau Negara tentang cirri-ciri seorang manusia yang terdidik sehingga mampu menghasilkan karateristik yang baik pula. Hal tersebut yang masih dialami oleh obyek wisata Lombok Wildlife Park yang menggambarkan tingkat

58Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 37-38

59Ibid., hlm. 26.

pendidikan yang rendah dan menyebabkan terhambatnya proses pengembangan menuju pemberdayaan pada karyawan.

2. Rendahnya Sumber Daya Manusia

Kebutuhan atau permintaan akan sumber daya manusia oleh suatu organisasi adalah merupakan ramalan kebutuhan organisasi itu untuk waktu yang akan datang. Ramalan kebutuhan akan sumber daya ini bukan sekedar kuantitas atau jumlah saja namun juga menyangkut soal kualitas.60

Kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat menjadi masalah yang mendasar yang dapat mengahambat pembangunan dan perkembangan ekonomi terutama dalam pemberdayaan masyarakat desa ataupun bagi obyek wisata Lombok Wildlife Park karena semakin tinggi kualitas sumber daya manusia pada suatu organisasi, maka akan semakin baik pula proses perkembangan dan pemberdayaan itu sendiri.

Begitupun pada obyek wisata Lombok Wildlife Park sebagai obyek pemberdayaan masyarakat sekitar yang mengalami hambatan pada kualits sumber daya manusia yang rendah.

Dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah tersebut, kebiasaan-kebiasaan buruk akan menjadi pemicu terhambatnya proses pemberdayaan seperti kebiasaan buruk yang menyebabkan datang

60Ibid., hlm 13.

terlambat, tidak tertarik dengan pelatihan-pelatihan yang terus-menerus karena kebiasaan yang buruk, dan lain sebagainya.

3. Pemberdayaan dipandang sebagai produk sampingan

Di dalam suatu organisasi atau institusi, bentuk dari sumber daya adalah tenaga kerja, pegawai atau karyawan.Sumber daya manusia sangat penting bagi peningkatan produktivitas atau kemajuan organisasi. Karena hal tersebut dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang mampu berperan dalam pemenuhan produktivitas kerja.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas umber daya manusia.

Tenaga atau sumber daya yang telah diperoleh oleh suatu organisasi perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan pengembangan organisasi tersebut.Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.61

Pemberdayaan dalam tujuan meningkatkan suber daya manusia harus dilakukan dengan optimal dengan rangkaian proses pemberdayaan agar tujuan tercapai. Namun, hal tersebut menjadi tidak berjalan jika organisasi tersebut hanya memandang pemberdayaan sebagai pelengkap dalam kegiatan dunia kerja. Begitupun jika

61Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia,…hlm. 115.

pemimpin tidak berinisiatif dalam pengarahan yang menuju pemberdayaan itu sendiri.

Salah satu hal yang menjadi kendala dalam proses pemberdayaan di obyek wisata Lombok Wildlife Park adalah pemilik yang merupakan pemimpin dari obyek wisata tersebut tidak sering mengunjungi karyawan untuk pembinaan atau pengawasan dalam pemberdayaan. Hal tersebut tentunya menjadi hambatan dalam proses pemberdayaan itu sendiri.

4. Kebiasaan

Salah satu kendala yang menyebabkan suatu program dalam pemberdayaan adalah hambatan yang bersifat internal yaitu hambatan yang muncul dari kepribadian individu diantaranya adalah adanya kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyebabkan proses pemberdayaan menjadi terhambat.

Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif strukturalis adalah suatu agenda perjuangan yang lebih menantang karena tujuan pemberdayaan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk ketimpangan struktural deliminasi. Umumnya masyarakat menjadi tidak berdaya lantaran adanya sebuah struktur soaial yang mendominasi dan menindas mereka, baik karena alasan kelas sosial, gender, rasa tau etnik. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah pembebasan,

perubahan struktural secara fundamental serta berupaya menghilangkan penindasan struktural.62

Suatu pembebasan dalam pemberdayaan dimaksud untuk membebaskan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan atau pemenuhan pengetahuan tanpa didasari dengan adanya struktur sosial yang menjadikan masyarakat menjadi tidak bebas dalam peningkatan diri.Adanya kebiasaan-kebiasaan aktivitas derajat sosial menjadikan masyarakat tidak dapat mengubah potensi yang ada dalam diri masyarakat itu sendiri.

Begitupun dengan pemberdayaan pada obyek wisata Lombok Wildlife Park.Dengan adanya suatu kebiasaan-kebiasaan buruk dari internal baik itu karyawan maupun pemimpin itu sendiri.Maka hal tersebut dapat menjadi pemicu dalam pengembangan masyarakat menuju pemberdayaan bagi para pekerja di obyek wisata tersebut.

5. Rasa Tidak Percaya Diri

Dalam pemberdayaan dibutuhkan dorongan dan komitmen manajemen dalam memotivasi dan mendorong prestasi optimal karyawan.Kurangnya dorongan dan komitmen manajamen dapat menjadi kendala bagi pemberdayaan masyarakat.Hal tersebut menyebabkan adanya rasa tidak percaya diri atas potensi yang dimiliki.

62Zubaedi, Pegembangan Masyarakat,… hlm. 26.

Karenanya, proses pengembangan memerlukan partisipasi penuh dari manajemen agar tujuan pengembangan dan pemberdayaan tersebut dapat tercapai.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Kontribusi obyek wisata Lombok Wildlife Park dalam memberdayakan masyarakat, yaitu:

Mampu memberdayakan masyarakat terutama bagi karyawan dilihat dari peran aktif obyek wisata tersebut dalam penyediaan tenaga kerja yang memprioritaskan masyarakat sekitar dan mengembangkan kemampuan masyarakat dengan mengadakan beberapa pelatihan- pelatihan.

Kontribusi tersebut berupa penciptaan lapangan pekerjaan, pengembangan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan masyarakat.Suatu kelompok dikatakan telah mampu memberikan kontribusi pada masyarakat apabila telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Salah satunya adalah memberikan peluang kerja pada masyarakat yang memang sangat membutuhkan pekerjaan.Industri pariwisata dikatakan mampu memberikan kontribusi besar dalam bidang ekonomi dikarenakan mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat meminimalkan angka pengangguran terutama pada masyarakat desa yang membutuhkan.

2. Hambatan yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat Desa Sigar Pejalin Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, yaitu:

Dari semua kontribusi obyek wisata Lombok Wildlife Park dalam memberdayakan masyarakat Desa Sigar Penjalin Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara tersebut terdapat beberapa faktor penghambat dalam proses pemberdayaan terutama dalam proses pemberdayaan pada karyawan Lombok Wildlife Park. Hambatan- hambatan tersebut adalah rendahnya pendidikan di masyarakat, rendahnya kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan dipandang sebagai produk sampingan, kebiasaan masyarakat, dan rasa tidak percaya diri pada masyarakat.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan mengenai kontribusi obyek wisata Lombok Wildlife Park dalam memberdayakan masyarakat Desa SIgar Penjalin Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, maka saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Hendaknya obyek wisata Lombok Wildlife Park untuk lebih menganggap proses pemberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan karyawan sebagai hal yang penting untuk meningkatkan kualitas karyawan dalam bekerja.

2. Hendaknya Lombok Wildlife Park diharapkan mampu mengorganisir hambatan-hambatan yang diperkirakan terjadi dalam proses pemberdayaan karyawan tersebut. juga lebih meningkatk.yan

keamanan agar para wisatawan meresa aman dan nyaman di obyek wisata tersebut.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan bahan penelitian selanjutnya.Hendaknya untuk mengembangkan penelitian ini dengan lebih ditekankan pada objek dan sudut pandang yeng lebih kompleks sehingga dapat meperkaya pengetahuan tentang kajianpemberdayaan.

78

Bagyono, Pengetahuan Dasar Pariwisata Dan Perhotelan, (Bandung: Alfabeta, 2005).

Edi Soeharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT.

RafikaAditama, 2005).

Firmansyah Nurul Huda, Peran PNMP Mandiri dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Sidoharjo Kabupaten Pacitan, (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2012).

Hasan Basri, “Kontribusi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) bagi Pemberdayaan Masyarakat di desa Mekar Sari kecamatan Suela kabupaten Lombk Timur”, (Skripsi, FDK IAIN Matram, Mataram, 2016).

Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:

Bumi Aksara, Cet. Ke-4, 2011).

Harsuko Riniwati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB Press, 2016).

I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Jakarta:PT Raja Geafindo Persada,2016).

Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2000).

Melda Yuli Haryani, “Strategi Pengembangan Jasa Pariwisata Kota Bengkulu”,(Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu, Bengkulu,2007).

Monografi Desa Sigar Penjalin

Nely Mardiana, ”Kontribusi Usaha Bambu terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di desa Wanasaba kabupaten Lombok Timur Persfektif Ekonomi Islam”, ( Skripsi, FSEI IAIN Mataram, Mataram, 2016).

Nur Rika Puspita Sari, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo di Desa Bejiharjo Kecamatan Karang mojo, Kabupaten Gunung Kidul” (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012).

Nyoman Pendit, IlmuPariwisata, (Jakarta: PT PradnyaParamita, 2003).

Oka A. Yoeti, Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya, (Jakarta:PT. Pradnya Paramita, 2006).

Oka A. Yoeti, Industri Pariwisata dan Peluang KesempatanKerja, (Jakarta: PT Pertja, 1999).

Sudirman Suparmin, “Strategi Pengembangan Pariwisata Halal Di Propinsi Sumatera Utara”, Tansiq, Vol. 1, Nomor 2, Juli-Desember 2018.

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, Penelitian Tindakan Penelitian Evaluasi (Bandung: alfabeta, CV, 2014).

Sudirman Suparmin, Yusrizal, Strategi Pengembangan Pariwisata Halal Di Propinsi Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara., Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2018 201.

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998).

WildanSaugi, Sumamo, “pemberdayaan perempuan melalui pelatihan pengolahan bahan pangan lokal”, Vol. 2, Nomor 2, November 2015.

Zubaedi, Pegembangan Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013).

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Bagaimana potensi obyek wisata Lombok Wildlife Park dan apa kelebihannya dibandingkan dengan obyek wisata lain?

2. Bagaimana partisipasi Lombok Wildlife Park bagi masyarakat sekitar?

3. Bagaimana sistem perekrutan karyawan?

4. Mengapa Lombok Wildlife Park merekrut masyarakat desa sekitar sebagai karyawan di obyek wisata tersebut?

5. Berapa jumlah karyawan di Lombok Wildlife Park ?

6. Apa saja langkah yang dilakukan dalam pemberdayaan karyawan?

7. Apa saja langkah pengembangan sumber daya manusia bagi karyawan sebagai bentuk pemberdayaan ?

8. Apa saja hambatan dalam pengembangan karyawan dalam proses pemberdayaan?

9. Berapa volume pengunjung setiap hari?

10.Berapa harga tiket masuk di Lombok Wildlife Park?

11.Berapa perkiraan pendapatan dan pengeluaran obyek wisata Lombok Wildlife Park?

Wawancara dengan Taupik (pawang ular) Lombok Wildlife Park

Harga tiket masuk Lombok Wildlife Park

3 Sugianto L SD

4 Muhammad L SD

5 Samsudin L S1

6 Muhammad Yamin L SMP

7 Rianto L SMA

8 Mahrudin L SMP

9 Rahmat L SD

10 Herianto L SMP

11 Azmi L SMA

12 Ariyadi L SD

13 Anto L SD

14 Winda P SMQ

15 Khaerani P SD

16 Irma Wati P SMA

17 Suryani P SD

18 Nursadi L SMP

19 Nila Wati P SMA

20 Muhammad Amin L SD

21 Ria Astuti P SMA

22 Wandi L SD

23 Maryati P SMA

24 Sapturi L SD

25 Suparman L SD

26 Muhammad Gani L S1

27 Hendra L SMA

28 Amiri L SD

29 Mutamat L SMP

30 Ismail L SMP

31 Linda Wati P SD

32 Munawar L SMP

33 Saripah P SMP

34 Hasbullah L SD

35 Noviyanti P SMP

Dokumen terkait