BAB III GAMBARAN UMUM MUSHAF MADINAH RIWAYAT
B. Analisis Perbandingan Dhabth Kedua Mushaf
105
1. Faktor periwayatan rasm yang digunakan.
Rasm pada Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia mengikuti apa yang dinukil Abu Amr ad-Dani dan Abu Daud Sulaiman bin Najah dengan mengunggulkan pendapat kedua jika terjadi perbedaan. Abu „Amr ad-Dani cenderung memberlakukan kaidah itsbat huruf, sedangkan Abu Daud Sulaiman cenderung berlaku hadzf huruf jika terdapat perbedaan antara keduanya.41 Hal ini memberikan pengaruh dalam pemberian tanda baca pada mushaf Al-Qur`an. Sebagai contoh pada lafazh
ي ِب ػي َّنلا
surah Al-Baqarah ayat 61 danانتا ق ػيِم
surah An-Naba` ayat 17. Ad-Dani mengitsbatkan huruf ya` ganda dan alif pada qaf dari kedua lafazh tersebut, sehingga pemberian tanda dhabth pada ad-Dani hanya akan berupa harakah fathah pada qaf dan kasrah pada ya` ganda. sedangkan pada Abu Daud dihapuskan huruf ya` dan huruf alif, sehingga diberikan dhabth dengan alif kecil pada huruf qaf lafazh
انتا ق ػيِم
dan ya` kecil pada huruf ya` lafazhي ِب ػي َّنلا
.2. Faktor periwayatan dhabth yang digunakan pada beberapa tanda baca
Penggunaan periwayatan ini tentu saja menimbulkan adanya persamaan dan perbedaan pada kedua mushaf. Jarang sekali ditemui periwayatan dhabth sebuah mushaf secara utuh sama atau berbeda dengan mushaf yang lain terutama pada
41 Muh. Kailâni Er, dkk., Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Dengan Rasm Usmani, (Jakarta: Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama Departemen Agama, 1999), cet. ke-1, h. 18-106
107 mushaf qira`at. Karena terkadang pada kaidah-kaidah qira`at- nya pihak Lajnah menggunakan ikhtiar dari ulama dhabth negara tersebut. Akan tetapi penyataan ini mengandung pengecualian jika mushaf tersebut dicetak pada penerbit yang sama.
Jika dibahas mengenai persamaan, maka akan ditemukan beberapa aspek yang disebabkan oleh periwayatan. Misalnya pada tanda fathah dan kasrah, kedua mushaf sama-sama mengikuti tanda yang diusung oleh Khalil al-Farahidi, bukan tanda yang digagas oleh Abu al-Aswad ad-Du`ali yaitu dengan titik. Kemudian pada tanda sukûn, kedua mushaf sama menggunakan tanda yang masyhur di wilayah maghâribah.
Selanjutnya tanda tasydîd, penempatan tanda mad, bentuk hamzah dan tanda ziyâdah merupakan tanda baca dengan periwayatan yang sama pada kedua mushaf.42
3. Faktor qira`at
Pembubuhan dhabth sangat penting dalam hal perbedaan qira`at. Perbedaan tersebut terjadi pada lafazh yang mirip rasm- nya namun memiliki perbedaan dari cara membacanya oleh para qurra`. Hal ini tidak akan terlihat kecuali dengan dibubuhkannya dhabth pada mushaf. Namun dalam hal ini berbeda. Kedua mushaf menggunakan qira`at dengan imam dan perawi yang sama yaitu riwayat Abu Musa „Isa bin Mina bin Wardan bin „Isa az-Zuraqi al-Madani yang dijuluki Qalun (w. 220 H), dari Nafi bin Abdurrahman bin Abu Nu‟aim al-Madani (w. 169 H) dan
42 Penjelasan mengenai kesamaan periwayatan yang digunakan pada harakah fathah dan kasrah, sukun, tasydid, mad, hamzah, dan huruf ziyadah bisa dilihat pada BAB IV poin A yakni pada nomor 1, 2, 4, 5 dan 10.
dari thâriq Abu Nasyith Muhammad bin Harun (w. 258 H).
Sehingga peletakan dhabth pada kaidah-kaidah ushûliyyah maupun farsy al-hurûf cenderung sama.
Sebagai contoh, kedua mushaf membubuhkan tanda titik tanpa harakah sebagai penanda adanya tashîl pada hamzah dan memberikan alif kecil sebagai penanda adanya idkhâl di antara 2 hamzah fathah yang berkumpul dalam satu kata seperti pada lafazh pada surah Yasin ayat 22. Hal ini tidak akan sama jika periwayatan qira`at yang digunakan berbeda. Misalnya qira`at riwayat Warsy akan diberikan tanda baca sebab Warsy membaca dengan ibdâl hamzah kedua disertai mad 6 harakat.43 Faktor qira`at ini juga memberikan pengaruh pada pemberian tanda mad pada mad jaiz munfashil dan mim jama‟.
Untuk Qalun tidak diberikan tanda mad pada kedua bacaan tersebut karena menggunakan wajh pertamanya44, sedangkan pada qira`at Warsy diberikan tanda mad pada keduanya karena hanya memiliki satu wajh yaitu dengan 6 harakat pada mad jaiz munfashil dan shilah mim jama‟ yang setelahnya berupa hamzah qatha‟. Oleh karena itu qira`at merupakan salah satu sebab dari aspek-aspek persamaan yang ada pada kedua mushaf.
Poin 2, 3, 4 pada klasifikasi di atas, penulis merangkumnya mnjadi satu bahasan, karena pada dasarnya ketiga kategori ini merupakan aspek-aspek perbedaan yang terletak pada dhabth kedua
43 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis Kalimat al-Farsyiyah Plus Surah Ibrahim s/d Al-Kahfi Qira‟at Nafi„ Riwayat Warsy, h. 432
44 Lihat pada BAB IV poin A yakni pada nomor 4 dan 5 mengenai tanda mad dan mim jama‟
109 mushaf. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut diantaranya:
1. Faktor periwayatan dhabth
Seperti yang telah dijelaskan pada aspek persamaan di atas, dalam periwayatan dhabth kedua mushaf juga terdapat perbedaan. Mushaf Madinah cenderung menggunakan tanda dhabth yang pada mazhab maghâribah, seperti penggunaan tanda dhammah yang dihapus kepalanya hingga menyerupai huruf dal kecil, letak fathah tanwîn ketika berada pada kalimat tanwîn yang ghairu maqshûr maka diberi di atas alif, dan tanda waqf dengan huruf shad. Sedangkan pada Mushaf Tunisia tanda- tanda tersebut mengikuti apa yang diamalkan oleh mazhab masyâriqah, seperti tanda dhammah dengan waw kecil, fathah tanwîn diletakkan di atas huruf yang ber-tanwîn, dan tanda waqf yang beragam. Sebagaimana diketahui, mushaf Tunisia merupakan mushaf yang dicetak di negara wilayah maghrîb yang masyhur padanya qira`at riwayah Qalun. Namun mushaf ini lebih condong menggunakan dhabth masyrîq pada beberapa tempat.
2. Jenis mushaf
Mushaf Tunisia yang penulis gunakan ini merupakan mushaf tajwid, sehingga banyak terdapat penjelasan-penjelasan mengenai tajwid serta keterangan qira`at pada bagian samping mushaf. Seperti pada bacaan surah Shad ayat 7, pada sisi mushaf dijelaskan secara singkat bahwa bacaan tersebut terdiri dari dua hamzah sebelum diganti dhabth titik. Hal ini memberi pengaruh pada pemberian tanda dhabth pada lafazh ةىروتلا.
Kedua mushaf sama memberikan dhabth pada wajh fath saja, namun pada bagian samping Mushaf Tunisia dijelaskan wajh keduanya, yaitu imâlah shughrâ dengan dhabth titik di bawah huruf ra`. Sehingga pada bacaan imâlah kubrâ yakni pada lafazh راه Mushaf Tunisia memberikan tanda titik dengan cincin pada sisi luarnya untuk membedakan antara imâlah shughrâ dan imâlah kubrâ walaupun tanda imâlah shughrâ sebelumnya tidak ditulis dalam teks Al-Qur`an yang utuh. Sedangkan Mushaf Madinah pada imâlah kubrâ hanya memberikan tanda titik sebab pada imâlah shughrâ tidak memberikan tanda apapun.
3. Pola berpikir yang digunakan oleh lajnah kedua mushaf
Dalam hal ini, terdapat beberapa perbedaan tanda baca pada Mushaf Madinah ataupun Mushaf Tunisia yang tidak tergabung dalam dua poin faktor perbedaan sebelumnya. Bentuk tanda baca tersebut tidak terdapat pada periwayatan dhabth yang ada. Menurut data yang penulis temukan dalam kitab-kitab dhabth, tanda-tanda tersebut memang tidak dijelaskan secara detail mengenai periwayatan yang digunakan. Maka dari itu penulis berasumsi bahwa tanda-tanda ini merupakan hasil dari bentuk pola pikir masing-masing lajnah kedua mushaf yang akhirnya melahirkan kesepakatan bersama, baik pada peletakan maupun bentuk dhabth-nya.
Misalnya pada penempatan hamzah ketika dhammah, Mushaf Madinah memilih untuk meletakkan hamzah pada tengah alif sebagai tanda dibaca dhammah. Ini sama halnya seperti peletakan titik pada ibtida` atau jarrah pada hamzah washal ketika dhammah. Sedangkan Mushaf Tunisia meletakkan
111 hamzah sama seperti ketika fathah yaitu di atas alif, yang membedakan hanya harakah-nya saja. Kemudian tanda hadzf alif yang sebelumnya berupa huruf lam, Mushaf Madinah meletakkannya dengan menyilang pada huruf lam baik lam tersebut berada di awal maupun di tengah kata. Sedangkan pada Mushaf Tunisia menggunakan dhabth seperti halnya hadzf alif pada huruf-huruf lainnya, yaitu dengan meletakkan huruf alif kecil. Demikian pula pola berpikir yang digunakan lajnah masing-masing mushaf pada tanda hadzf ya` pada selain ha`
dhamir, tanda hadzf nun, tanda isymâm dan tanda ikhtilâs.45
45 Lihat BAB IV poin A yakni pada nomor 5, 6, 7, 11 a, 11 d, dan 11 f mengenai tanda yang digunakan pada masing-masing mushaf.
112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaimana tertera pada rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
Pertama, persamaan dhabth pada Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia meliputi bentuk dan penempatan dhabth pada harakah fathah dan kasrah serta tanda tanwîn, sukûn, tanda mad, hamzah ketika tahqîq, tashîl dan ibdâl, hamzah washal dan ibtidâ`, dhabth pada lafazh ةىروتلا, dhabth pada huruf-huruf tambahan pada rasm, serta dhabth pada beberapa huruf yang dibuang pada rasm yakni pada hadzf alif, hadzf waw, hadzf ya` pada ha` dhamir.
Kemudian perbedaan dhabth kedua mushaf terletak pada bentuk dhammah, letak tanwîn pada alif „iwadh, huruf alif hadzf sebelumnya berupa huruf lam, hadzf ya` pada selain ha` dhamir, hadzf nun, lam alif, imâlah kubrâ, isymâm, ikhtilâs, penempatan hamzah ketika dhammah.
Kedua, adapun faktor yang mempengaruhi pada aspek persamaan kedua muhaf tersebut ialah 1) Faktor periwayatan rasm yang digunakan pada kedua mushaf, yakni mentarjih pendapat Abu Daud terutama pada huruf-huruf yang di-hadzf. 2) Faktor periwayatan dhabth yang digunakan pada beberapa tanda baca, yaitu pada harakah fathah dan kasrah, sukûn, tasydîd, mad, bentuk hamzah, huruf tambahan serta hamzah washal dan ibtidâ`. 3) Faktor qira`at, memberikan pengaruh pada pembubuhan tanda mad dan hamzah ketika tahqîq, tashîl dan ibdâl.
113 Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi adanya aspek perbedaan pada kedua mushaf diantaranya: 1) Faktor perbedaan mazhab periwayatan dhabth antara maghâribah dan masyâriqah.
Pada beberapa tempat Mushaf Madinah cenderung mengikuti mazhab maghâribah sedangkan Mushaf Tunisia mengikuti masyâriqah. 2) Jenis mushaf. Mushaf Tunisia merupakan mushaf yang memberikan penjelasan pada bagian sisinya ketika qira`at tersebut memiliki dua wajh, sehingga dapat memberikan perbedaan pada pembubuhan dhabth. 3) Pola berpikir yang digunakan oleh lajnah kedua mushaf pada tanda baca yang tidak mengikuti periwayatan manapun.
B. Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. masih banyak pembahasan yang perlu dikaji kembali dari pemaparan yang penulis sajikan. Sehingga kajian ini tidak dapat dikatakan telah selesai, masih banyak hal yang dapat dikaji lebih dalam lagi pada penelitian ini. Penulis menyarakan kepada beberapa pihak yang berkeinginan dan berkomitmen untuk mengkaji beragam isu dan perkembangan dalam ilmu dhabth khususnya, dalam berbagai produk yang mampu mencerahkan wawasan masyarakat pada umumnya. Adapun saran tersebut dikhususkan kepada:
1. Para peneliti. Penulis berharap, ada tindak lanjut dari penelitian skripsi ini. Artinya para peneliti diharapkan semakin giat dan gencar untuk meneliti mengenai hal perihal tanda baca pada mushaf-mushaf Al-Qur`an yang ada.
Mengingat, minimnya pengetahuan seputar dhabth dan singkatnya pembelajaran mengenai dhabth di akademisi.
Adapun kitab-kitab rujukan ilmu dhabth juga perlu ditinjau dan ditelusuri keberadaan dan kebenaran yang absolut. Selain itu, penulis berharap para peneliti untuk melanjutkan penelitian skripsi ini pada bahasan yang lebih luas, detil, dan juga menjangkau beberapa ranah yang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
2. Pihak penulis dan pencetakan mushaf atau Lajnah, diharapkan kajian ini dapat membantu pihak pemerhati dan pencetak mushaf Al-Qur`an untuk mempertimbangkan keselarasan tanda baca yang digunakan pada mushaf sesuai dengan qira`at yang digunakan sebelum dipublikasikan.
3. Kepada masyarakat, diharapkan kajian ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memperkaya pengetahuan perihal dhabth mushaf Al-Qur`an, yang kurang mendapat perhatian di mata masyarakat. Adapun dari adanya pemaparan perbedaan penulisan dhabth pada dua mushaf tersebut, dapat menjadi pertimbangan dan pedoman dalam menyikapi perbedaan yang ada pada mushaf terutama mushaf Al-Qur`an riwayat Qalun khususnya.
115 DAFTAR PUSTAKA
Abu Zihtar, Ahmad Muhammad, As-Sabîlu ilâ Dhabthi Kalimât at- Tanzîl, Cet. ke-1, Kuwait: Mahfuzah Jami„al Huqûq, 2009.
Albab, Ahmad Ulil, “Keragaman Manuskrip Mushaf Al-Qur`an Koleksi Pura Pakualaman: Kajian Filologi”, Skripsi, fakultas Ushuluudin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Al-Andalusi, Abu Abdullah Muhammad bin Syuraih al-Ru„aini, Al-Kafî fî al-Qira`at al-Sab„, Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2000.
AR, Didin Sorojuddin, Seni Kaligrafi Islam, Cet. ke-1, Jakarta: Amzah, 2016.
Arifin, M. Zaenal, Khazanah Ilmu Al-Qur`an, Tangerang: Pustaka Pelajar, 2018.
Arifin, Zaenal, “Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia Perspektif Ilmu Dhabth”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 7 No. 1 2014.
, “Mengenal Rasm Usmani”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 5 No. 1 2012.
, Perbedaan Rasm Utsmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah, Depok: Azza Media, 2018.
Ad-Dani, „Utsman bin Sa‟id, Al-Muhkam fî Naqth al-Mashâhifi, Damaskus: Dar al-Fikr, 1997.
, „Utsman bin Said, Al-Muqni„ fî Ma„rifati Marsum Mashâhifi Ahli al-Amshâr ma„a Kitâb al-Naqth, Beirut: Dar al-Bashair al- Islamiyah, 2011.
Adh-Dhabba‟, Ali Muhammad, Samîr ath-Thâlibîn fî Rasm wa Dhabth al-Kitâb al-Mubîn, Kuwait: Qitha‟u al-Masajid, t.t.
Er, Muh. Kailâni, dkk., Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Dengan Rasm Usmani, Cet. ke-1, Jakarta:
Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama Departemen Agama, 1999.
Faizin, Hamam, “Pencetakan Al-Qur`an dari Venesia hingga Indonesia”, dalam jurnal Esensia, Vol. 12 No.1 Januari 2011.
Al-Farmawi, „Abd al-Hayy, Qishshah al-Naqth wa asy-Syakl fî al- Mushaf al-Syarîf, Kairo: Dâr al-Nahdhah al-„Arabiyyah, t.t.
, „Abd al-Hayy, Rasm Al-Mushaf wa Naqthuh, Cet. ke-1, Makkah:
Dâr Nur al-Maktabat, 2004.
Fathoni, Ahmad, “Studi Komparasi Bacaan Riwayat Qalun dan Riwayat Hafsh QS. Al-Fatihah, Al-Baqarah dan Ali Imran”, Shuhuf, vol. 5, no.1, 2002.
, Kaidah Qiraat Tujuh 1 dan 2, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisuro dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2016.
, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisuro, Cet. ke- 10, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisuro dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2017.
, Tuntunan Praktis Kalimat al-Farsyiyah Plus Surah Al-Baqarah s/d Surah Ali Imran Qiraat Nafi„ Riwayat Qalun, Cet. ke-3, Tangerang: IIQ Jakarta Press, 2018.
, Tuntunan Praktis Kalimat al-Farsyiyah Plus Surah Ibrahim s/d Al- Kahfi Qira‟at Nafi„ Riwayat Warsy, Cet. ke-1, Tangerang Selatan:
Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, 2018.
Fitriadi, M., “Karakteristik Dhabth Mushaf Nusantara: Perbandingan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Aceh”, Skripsi, fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta, 2019.
117 Hakim, Abdul, “Metode Kajian Rasm, Qira‟at, Waqaf, dan Dabt Pada
Mushaf Kuno”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 11 No.1 2018.
Al-Hamad, Ghanim Qadduri, Al-Muyassar fî „Ilm Rasm al-Mushaf wa Dabthih, Cet. ke-2, Hayyu Rihab: Ma„had al-Imam al-Syathîbî, 2016.
Ibn al-Jazariy, Ghâyah al-Nihâyah fî Thabaqât al-Qurrâ`, Juz 1, Beirut:
Dâr al-Kitâb al-„ilmiyyah, 1971.
Ichsan, Muhammad, “Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur`an Pada Masa Nabi Muhammad saw dan Sahabat”, dalam jurnal Substantia, Vol. 14 No.1 2012.
Irwanto, Dedi Ahmad, “Karakteristik Dhobt Mushaf Riwayat Warsy:
Perbandingan Aplikasi Ayat dan Cetakan Madinah”, Skripsi, fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta, 2019.
Juned, Daniel, Antropologi Al-Qur`an, Jakarta: Erlangga, 2011.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Tanya Jawab Tentang Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia dan Layanan Pentashihan, Cet. ke-1, Jakarta: Kementrian Agama RI, 2019.
Majma„ al-Lughah al-„Arabiyyah, Mu„jam al-Wasith, Cet. ke-4, Mesir:
Maktabah asy-Syuruq ad-Dauliyah, 2008.
Al-Marshafi, „Abd al-Fattah al-Sayyid „Ajami, Hidâyah al-Qârî ilâ Tajwîd Kalâm al-Bârî, Madinah: Maktabah Thayyibah, t.t.
Muhaisin, Muhammad Salim, Irsyâd ath-Thâlibîn ilâ Dhabthi al-Kitâb al-Mubîn, Kairo: Al-Maktabah al-Azhariyyah li at-Turf, 1989.
Munawir, “Problematika Seputar Kodifikasi Al-Qur`an”, dalam jurnal Maghza, Vol. 3, No. 2, 2018.
Nashoih, Afif Kholisun, “Problematika Qira‟at Al-Qur`an: Pintu Masuk Munculnya Kajian Bahasa Arab”, dalam jurnal Dinamika, Vol. 1 No. 1 2016.
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur`an: Kajian Antropologi Budaya”, dalam jurnal Rihlah, Vol. 2 No. 1 Mei 2015.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. ke- 20, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Nugraha, Eva, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan Implikasinya Pada Penulisan Rasm”, dalam jurnal Refleksi, Vol. 13 No. 2 2012.
Purnomo, Mukhlisin, Sejarah Kitab-Kitab Suci, Cet. ke-1, Yogyakarta:
FORUM, 2014.
Al-Qattan, Manna, Mabahits fî „Ulum Al-Qur`an, Cet. ke-7, Kairo:
Maktabah Wahbah, t.t.
Ar-Rahman, „Abd bin Ismail bin Ibrahim, Ibrâz Ma„ânîy min Hirz al- Amânîy fî al-Qirâ`at as-Sab„, tt.p.: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.
Rayyasi, Abu „Abd ath-Tawwab „Abd al-Majid, Ilmu Rasm dan Dhabth, terj. Adawat adh-Dhabth Al-Qurani oleh Abu Ya‟la Kurnaedi, Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2017.
Ritonga, Asnil Aidah, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, Cet. ke-3, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2013.
Salim, Muhsin, Ilmu Qiraat Tujuh, Jakarta: Yayasan Tadris AL- QUR`ANI YATAQI Jakarta, 2008.
Ash-Shiddieqy, Teungku M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur`an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sulaiman bin Najah, Ushûl adh-Dhabth wa Kaifiyyatuh „„alâ Jihah al- Ikhtishâr, tt.p.: t.p., t.t.
119 Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,
1994.
Suwaid, Aiman Rusydi, At-Tajwîd al-Mushawwar, Damaskus: Maktabah Ibn Jazari, 2011.
As-Suyuthi, Jalaluddin, Al-Itqan fi „Ulum Al-Qur`an, Beirut: Dar el-Fikr, 2010.
At-Tanasi, Abu „Abdullah Muhammad bin „Abdullah, Ath-Thirâz fî Syarh Dhabth al-Khirâz, Madinah: Mujamma‟ al-Malik Fahd li Thabâ‟ah al-Mushaf al-Syarîf, 1420 H.
Thoharoh, Atifah, “Mushaf Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu Rasm”, Skripsi, fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2017.
Yusup, Bahtian, “Qira`at Al-Qur`an: Studi Khilâfiyah Qira`ah Sab„ah”, dalam jurnal Tadabbur, Vol. 4 No. 2 2019.
“Imam Qalun dan Jalur Ilmu Qira`atnya”,
https://islam.nu.or.id/post/read/101242/imam-qalun-dan-jalur-ilmu- ilmu-qiraatnya, diakses tanggal 28 Agustus 2020, pukul 06.33 wib.
“Qira‟at Imam Nafi‟ Riwayat Qalun Pada Mushaf Kuno ternate”, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/559-qiraat-imam-nafi-riwayat- qalun-pada-mushaf-kuno-ternate diaskes pada tanggal 13 Juli 2020, pukul 23.20 wib
“Qira‟at Nafi Riwayat Qalun Perlu Dikembangkan di Indonesia”
https://iiq.ac.id/artikel/details/570/Qiraat-Nafi-Riwayat-Qalun- Perlu-Dikembangkan-di-Indonesia diakses tanggal 17 mei 2020, pukul 12.46 wib.
https://orbitdigitaldayly.com diakses pada Rabu, 8 Juli 2020 pukul 11.24 wib.
https://qurancomplex.gov.sa/kfgqpc-quran-riwaiat/, diakses pada 27 Oktober 2019 pukul 19.23 wib
Mushaf al-Mu„allim: Al-Qur`an al-Karîm bi Riwâyah Qâlûn „an imâm Nâfi‟ al-Madanî ma‟a Ibrâz Ahammi Qawâ‟idi at-Tartîli
Mushaf Madînah Riwâyah Qâlûn, Ta‟rîf Hâdzâ al-Mushaf