• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Masalah Maksimum & Minimum

Dalam dokumen KALKULUS (Halaman 113-124)

4. BAB 4 : APLIKASI TURUNAN

4.5. Aplikasi Masalah Maksimum & Minimum

105 d. 𝑓(π‘₯) = (π‘₯ βˆ’ 2)3; [0,4]

e. 𝑓(π‘₯) = cos π‘₯ βˆ’ sin π‘₯ ; [0, πœ‹]

2. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum 𝑓 pada selang yang diberikan, jika ada.

a. 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯3βˆ’ 3π‘₯4; (βˆ’βˆž, +∞) b. 𝑓(π‘₯) = 1 βˆ’1

π‘₯; (0, +∞) c. 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯

π‘₯2+1; (0, +∞)

3. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari 𝑓(π‘₯) = { 4π‘₯ βˆ’ 2

(π‘₯ βˆ’ 2)(π‘₯ βˆ’ 3) π‘₯ < 1 π‘₯ β‰₯ 1 Pada [1

2,7

2].

Note : Gunakan fungsi sesuai dengan batasan yang diketahui.

106

Langkah-langkah yang harus dilakukan apabila menemukan persoalan yang berkaitan dengan aplikasi masalah maksimum atau minimum dengan selang tertutup berhingga antara lain :

1. Buatlah definisi, inisiasi atau permisalan untuk setiap variabel yang diketahui pada soal

2. Buatlah suatu gambar untuk masalah yang ada pada persoalan dengan memberikan variabel-varibel yang telah didefinisikan.

3. Menentukan hubungan antar variabel, sehingga dapat dibentuk suatu fungsi pada persoalan yang diberikan.

4. Tuliskan rumus untuk besaran yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan dalam bentuk variabel-variabel yang telah didefinisikan.

5. Gunakan kondisi-kondisi pada masalah yang ada dan nyatakan dalam satu variabel, misalnya π‘₯ atau 𝑦

6. Tentukan himpunan nilai-nilai π‘₯ yang mungkin, biasanya berupa suatu selang

7. Tentukan titik-titik kritis yaitu titik ujung, titik stationer, titik singular, dengan menghitung turunan dari fungsi 𝑓

8. Gunakan titik-titik kritis yang telah dihitung untuk menentukan titik kritis mana yang memberikan nilai maksimum dan minimum.

Contoh 4.8 :

Sebuah kotak kardus makanan dibuat dari selembar kertas karton yang berukuran 10 π‘π‘š Γ— 20 π‘π‘š dengan menggunting ke empat sudutnya sehingga membentu bujur sangkar yang berukuran sama dan melipatnya ke sisi bagian atas. Berapa ukuran bujur sangkar agar dapat diperoleh kotak dengan isi terbesar?

Penyelesaian :

107 Dimisalkan :

π‘₯ = panjang (dalam cm) sisi bujur sangkar yang digunting 𝑉 = isi (dalam π‘π‘š3) kotak kardus yang dihasilkan

Sketsa Gambar :

Gambar 4.14. Bujur Sangkar yang dipotong sebanyak π‘₯ Karena bujur sangkar bersisi π‘₯ dibuang dari masing-masing sudut, kotak yang dihasilkan mempunyai ukuran (10 βˆ’ 2π‘₯)(20 βˆ’ 2π‘₯)x (Gambar 4.14. (b)), maka diperoleh

𝑉 = (10 βˆ’ 2π‘₯)(20 βˆ’ 2π‘₯)π‘₯ = 200π‘₯ βˆ’ 60π‘₯2+ 4π‘₯3 (4.5.1) Dalam hal ini π‘₯ mempunyai batasan, yang artinya π‘₯ adalah suatu nilai potong (dalam hal ini kedalaman atau tinggi), sehingga nilai π‘₯ tidak bisa negatif. Dan ukuran pemotongannya pun tidak boleh lebih dari setengah dari lebarnya, sehingga peubah π‘₯ dalam (4.5.1) mempunyai batasan sebagai berikut

0 ≀ π‘₯ ≀ 5

20 cm x

x

x x x

x

x x

10 cm

20-2x

10-2x

(a) (b)

x

108

Karena sisi kanan pada (4.5.1) polinomial dalam π‘₯ yang kontinu pada selang tertutup [0,5], dan akibatnya dapat digunakan metode pasa sub bab sebelumnya untuk menemukan nilai maksimum.

𝑑𝑉

𝑑π‘₯ = 200 βˆ’ 120π‘₯ + 12π‘₯2= 4(50 βˆ’ 30π‘₯ + 3π‘₯2) Dengan 𝑑𝑉𝑑π‘₯= 0, sehingga diperoleh

(50 βˆ’ 30π‘₯ + 3π‘₯2) = 0

Yang dapat diselesaikan dengan menemukan akar-akarnya dengan rumus abc sebagai berikut :

π‘₯1,2= 30 ±√(βˆ’30)2βˆ’ 4(3)(50)

2(3) = 30 Β± 25.98

Didapatkan nilai akar yaitu π‘₯1= 4 dan π‘₯2 = 50,98, karena π‘₯ = 50,98 diluar selang [0,5] maka nilai maksimum 𝑉 hanya terjadi di π‘₯ = 4 atau salah satu titik π‘₯ = 0, π‘₯ = 5. Substitusi nilai π‘₯ tersebut pada (4.5.1) menghasilkan

𝑉(0) = 200(0) βˆ’ 60(0) + 4(0) = 0 𝑉(4) = 200(4) βˆ’ 60(4)2+ 4(4)3= 96

𝑉(5) = 200(5) βˆ’ 60(5)2+ 4(5)3= 0

Dengan melihat nilai diatas, isi 𝑉 terbesar adalah 𝑉 = 96 π‘π‘š3 dengan memotong bujur sangkar pada sisi π‘₯ = 4 cm.

Contoh 4.9 :

Apabila ada sebuah silinder yang berada didalam suatu kerucut dengan jari-jari kerucut 7 cm dan tinggi 14 cm. Tentukan volume

109

silinder terbesar yang didapat dari memksimalkan ukuran kerucut yang dapat ditempati oleh silinder!

Penyelesaian : Dimisalkan :

π‘Ÿ = jari-jari (dalam cm) silinder β„Ž = tinggi (dalam cm) silinder 𝑉 = volume (dalam cm3) silinder Rumus untuk Volume silinder adalah

𝑉 = πœ‹π‘Ÿ2β„Ž (4.5.2) Agar variabel pada rumus menjadi satu variabel, maka diperlukan hubungan antara π‘Ÿ dan β„Ž. Dengan menggunakan perbandingan pada Gambar 4.15 (b) diperoleh

14βˆ’β„Ž π‘Ÿ =14

7 atau

β„Ž = 14 βˆ’ 2π‘Ÿ (4.5.3)

110

Gambar 4.15. Silinder didalam Kerucut

Substitusi persamaan (4.5.3) kedalam persamaan (4.5.2) diperoleh : 𝑉 = πœ‹π‘Ÿ2(14 βˆ’ 2π‘Ÿ) = 14πœ‹π‘Ÿ2βˆ’ 2πœ‹π‘Ÿ3 (4.5.4) Yang menyatakan 𝑉 dalam π‘Ÿ. Karena π‘Ÿ adalah jari-jari, jelas π‘Ÿ tidak boleh negatif, sehingga variabel π‘Ÿ harus memenuhi

0 ≀ π‘Ÿ ≀ 7

Agar nilai 𝑉 menjadi maksimum. Dengan metode-metode yang telah dipelajari sebelumnya, maka nilai maksimum diperoleh jika

𝑑𝑉

π‘‘π‘Ÿ = 28πœ‹π‘Ÿ βˆ’ 8πœ‹π‘Ÿ2= 4πœ‹π‘Ÿ(7 βˆ’ 2π‘Ÿ) = 0 Sehingga didapatkan

4πœ‹π‘Ÿ(7 βˆ’ 2π‘Ÿ) = 0

Nilai π‘Ÿ = 7/2. Karena nilai ini berada pada selang [0,7], maka nilai maksimum terjadi di salah satu titik sebagai berikut :

14 cm

7 cm h

r

h

14-h

14 cm

(a) (b)

111 π‘Ÿ = 0, π‘Ÿ =7

2, π‘Ÿ = 7

Substitusi nilai π‘Ÿ pada persamaan (4.5.4) menghasilkan nilai sebagai berikut :

π‘Ÿ = 0 β†’ 𝑉 = 14πœ‹π‘Ÿ2βˆ’ 2πœ‹π‘Ÿ3= 14πœ‹(0) βˆ’ 2πœ‹(0) = 0 π‘Ÿ =7

2β†’ 𝑉 = 14πœ‹π‘Ÿ2βˆ’ 2πœ‹π‘Ÿ3= 14πœ‹ (7 2)

2

βˆ’ 2πœ‹ (7 2)

3

= 85.75 π‘Ÿ = 7 β†’ 𝑉 = 14πœ‹π‘Ÿ2βˆ’ 2πœ‹π‘Ÿ3 = 14πœ‹(7)2βˆ’ 2πœ‹(7)3= 0 Dengan demikian Volume maksimumnya adalah 85,75 terjadi jika π‘Ÿ =

7

2, dan ukuran ketinggian silinder yang diperlukan adalah β„Ž = 14 βˆ’ 2π‘Ÿ = 14 βˆ’ 2 (7

2) = 7

Note : Melihat persoalan ini, apabila ketinggian kerucut merupakan 2 kali dari jari-jarinya, maka ukuran maksimal suatu benda didalam kerucut yang diperlukan agar volume menjadi maksimal adalah setengah dari ukuran kerucut itu sendiri.

Aplikasi masalah maksimum dan minimum, yang mana kita ingin

memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi berupa

selang tertutup dapat kita selesaikan. Tetapi, selang-selang yang

muncul tidak selalu tertutup. Terkadang terbuka atau bahkan

setengah terbuka dan setengah tetutup. Kita akan menangani

aplikasi masalah ini jika kita menerapkan langkah-langkahnya

secara benar pada sub bab selanjutnya.

112

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN SELANG YANG TIDAK BERHINGGA ATAU SELANG BERHINGGA YANG TIDAK TERTUTUP Contoh 4.10 :

Apabila kaleng berbentuk silinder diisi dengan cairan pembersih sebanyak 1 lt (1000 cm3) cairan. Berapa tinggi dan jari-jari yang dipilih untuk meminimumkan banyaknya bahan yang diperlukan untuk pembuatannya?

Penyelesaian : Dimisalkan :

β„Ž = tinggi (dalam cm) kaleng π‘Ÿ = jari-jari (dalam cm) kaleng

𝑆 = luas permukaan (dalam cm2) kaleng

Kaleng berupa silinder dapat terdiri dari dua lempengan bulat berbentuk lingkaran dengan jari-jari π‘Ÿ dan sebuah empat persegi panjang dengan ukuran β„Ž kali 2πœ‹π‘Ÿ. Dengan demikian luas permukaan kaleng menjadi

𝑆 = 2πœ‹π‘Ÿ2+ 2πœ‹π‘Ÿβ„Ž (4.5.5) Eliminasi salah satu variabel pada (4.5.5) sehingga 𝑆 dinyatakan sebagai persamaan yang mengandung satu variabel. Karena isi kaleng 1000 cm3, dengan rumus silinder yaitu 𝑉 = πœ‹π‘Ÿ2β„Ž untuk isi tabung diperoleh

1000 = πœ‹π‘Ÿ2β„Ž

113 β„Ž =1000

πœ‹π‘Ÿ2 (4.5.6) Substitusi (4.5.6) kedalam persamaan (4.5.5), sehingga menghasilkan 𝑆 = 2πœ‹π‘Ÿ2+ 2πœ‹π‘Ÿ (1000

πœ‹π‘Ÿ2 ) = 2πœ‹π‘Ÿ2+2000

π‘Ÿ (4.5.7) Karena jari-jari harus positif, masalah ini direduksi dengan menentukan nilai π‘Ÿ pada (0, +∞) yang menyebabkan (4.5.7) minimum. Oleh karena 𝑆 merupakan fungsi kontinu dari π‘Ÿ pada (0, +∞) dengan

𝑑𝑆

π‘‘π‘Ÿ= 4πœ‹π‘Ÿ βˆ’2000 π‘Ÿ2 Dengan π‘‘π‘†π‘‘π‘Ÿ= 0, maka diperoleh

4πœ‹π‘Ÿ βˆ’2000

π‘Ÿ2 = 0 β†’ π‘Ÿ = 10

√2πœ‹3 (4.5.8) Karena π‘Ÿ pada (4.5.8) merupakan satu-satunya titik kritis pada selang (0, +∞), nilai π‘Ÿ menghasilkan nilai minimum 𝑆. Dari nilai β„Ž yang berhubungan ke π‘Ÿ ini adalah

β„Ž = 1000 πœ‹(10/√2πœ‹3 )2

= 2π‘Ÿ

bukan kebetulan bahwa tinggi kaleng sama dengan diameter dari dasarnya, yaitu sekitar π‘Ÿ = 10

3√2πœ‹β‰ˆ 5,4. Atau cara lain dapat menggunakan uji turunan kedua dari 𝑆, dengan catatan bahwa nilainya positif unutk π‘Ÿ > 0 dan π‘Ÿ = 10

3√2πœ‹ cm.

114 SOAL LATIHAN

1. Alkohol dibuat oleh perusahaan farmasi dan dijual borongan dengan harga Rp 200 per unit (takaran botol). Jika total produksi untuk π‘₯ unit adalah

𝐢(π‘₯) = 5.000.000 + 80π‘₯ + 0.003π‘₯2

Dan jika kapasitas produksi terbesar dari perusahaan 30.000 unit dalam suatu waktu tertentu. Berapa banyak unit alkohol yang harus diproduksi dan dijual agar memperoleh keuntungan yang maksimal?

2. Segiempat mempunyai dua sudut bawah pada sumbu π‘₯ dan dua sudut atas pada kurva 𝑦 = 4 βˆ’ π‘₯2. Berapa ukuran segiempat dengan luas terbesar?

3. Suatu segiempat dilukiskan dalam segitiga yang mempunyai sisi saling tegak lurus dengan panjang 6 cm dan 10 cm. Tentukan ukuran dari segiempat tersebut agar diperoleh luas terbesar dengan asumsi bahwa segitiga diposisikan seperti pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Segitiga 6 cm

8 cm

6 cm

10 cm

(a) (b)

115

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah :

1. Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan integral tak tentu 2. Mahasiswa dapat menerapkan

aplikasi integral dalam kaitannya dengan permasalahan teknik.

INTEGRASI

BAB 5 :

116

Dalam bab ini dibahas mengenai Kalkulus Integral beserta sifat- sifatnya dan proses perhitungannya secara luas. Pada dasarnya konsep integral sebagai kebalikan dari operasi differensial yaitu merupakan bentuk umum dari operasi antiturunan. Dan integral dapat pula diilustrasikan sebagai bentuk limit jumlahan Riemann yang merupakan pendekatan dari proses perhitungan luas pada masing- masing sub luasan.

5.1. KONSEP DASAR INTEGRAL

Turunan atau differensial adalah materi kalkulus yang banyak sekali diterapkan dalam bidang teknik dan ekonomi. Oleh karena itu, integral invers atau kebalikan dari turunan juga menjadi bagian yang tak kalah pentingnya. Penerapannya di bidang teknik dan ekonomi tidak dapat dipungkiri. Di bidang teknik, integral digunakan untuk menghitung luas bidang datar dan volume benda putar. Dan tentunya integral sangat berguna di kehidupan sehari-hari, misalnya banyak ditemui di bidang-bidang yang tidak teratur yang tidak dapat dihitung menggunakan rumus yang sudah dikenal sebelumnya, seperti luas persegi, segitiga, lingkaran dan sebagainya. Pada konsep dasar integral ini, dibahas mengenai integral dengan pendekatan luas oleh suatu kurva lengkung.

Fungsi 𝐹 disebut sebagai anti turunan dan anti differensial atau integral dari fungsi 𝑓 pada selang 𝐼, jika berlaku 𝐹(π‘₯) = 𝑓(π‘₯) untuk setiap π‘₯ di 𝐼.

Jika 𝑓 suatu turunan dari 𝐹, maka notasinya adalah 𝐹′(π‘₯) = 𝑓(π‘₯) atau dapat juga dituliskan sebagai 𝑑𝐹(π‘₯) = 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯. Sebaliknya, 𝐹 adalah anti turunan dari 𝑓 dan notasi atau simbol untuk operasi pengintegralannya adalah ∫. Kita dapat menuliskan sebagai

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = 𝐹(π‘₯) + 𝐢

117 Dengan

ο‚· 𝐹(π‘₯) adalah fungsi integral umum yang bersifat 𝐹′(π‘₯) = 𝑓(π‘₯)

ο‚· 𝑓(π‘₯) disebut fungsi integral

ο‚· 𝐢 adalah konstanta real sembarang MASALAH LUAS

Dalam bagian ini diberikan pengertian mengenai luas yang akan ditunjukkan dengan cara menghitung luas menggunakan limit dan dikembangkan dengan menggunakan definisi luas dibawah kurva tertentu. Diberikan fungsi 𝑓 yang kontinu tak negatif pada selang [π‘Ž, 𝑏], tentukan luas antara grafik yang dibatasi oleh fungsi 𝑓 dan selang [π‘Ž, 𝑏], pada sumbu π‘₯ seperti ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Luas Dalam Pendekatan (limit) fungsi

Pada Gambar 5.1. diatas menunjukkan bahwa luas daerah yang dibatasi dari π‘₯ = 𝑝 sampai π‘₯ = π‘ž, sedangkan bagian atas dibatasi oleh kurva 𝑣 = 𝑓(π‘₯), dengan 𝑓 kontinu dan tak negatif pada [𝑝, π‘ž].

DEFINISI LUAS

Teorema 5.1.1. jika suatu fungsi 𝑓 kontinu pada [𝑝, π‘ž], dan jika 𝑓(π‘₯) β‰₯ 0 untuk semua π‘₯ pada [𝑝, π‘ž], maka luas dibawah kurva 𝑦 = 𝑓(π‘₯) sepanjang selang [𝑝, π‘ž] didefinisikan sebagai

118 𝐿 = lim

π‘šπ‘Žπ‘₯βˆ†π‘₯π‘˜β†’0βˆ‘ 𝑓(π‘₯π‘˜βˆ—)βˆ†π‘₯π‘˜

𝑛

π‘˜=1

Jadi integral 𝑓(π‘₯) pada selang [π‘Ž, 𝑏] adalah luas di atas selang [π‘Ž, 𝑏], tetapi dibawah 𝑦 = 𝑓(π‘₯) dikurangi luas dibawah [π‘Ž, 𝑏] tetapi diatas 𝑦 = 𝑓(π‘₯) sehingga dapat didefiniskan dengan Gambar 5.2. berikut ini, dengan 𝑆 sebagai daerah yang ditanyakan luas daerahnya.

Gambar 5.2. Luas Kurva Dalam Selang [π‘Ž, 𝑏]

Teorema 5.1.2. Jika fungsi 𝑓 kontinu dalam selang [π‘Ž, 𝑏] yang bernilai positif, dan negatif, maka nilai integral tertentu dari 𝑦 = 𝑓(π‘₯) pada selang [π‘Ž, 𝑏] didefinisikan sebagai

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯

𝑏

π‘Ž

= lim

π‘šπ‘Žπ‘₯βˆ†π‘₯π‘˜β†’0βˆ‘ 𝑓(π‘₯π‘˜βˆ—)βˆ†π‘₯π‘˜

𝑛

π‘˜=1

Contoh 5.1.

Hitunglah ∫ (1 βˆ’ π‘₯)𝑑π‘₯24 Penyelesaian :

119

Integrannya negatif sepanjang selang [2,4], sehingga integral tersebut merupakan negatif dari luas trapesium yang di arsir pada gambar berikut ini. Luas Trapesium tersebut adalah 4, sehingga

Gambar 5.3. Luas Trapesium

5.2. INTEGRAL TAK TENTU

Integral atau anti diferensial merupakan operasi invers atau kebalikan dari diferensial atau turunan. Oleh karena itu, rumus- rumus integral dapat diturunkan dari rumus-rumus turunan. Berikut merupakan rumus dasar integral tak tentu fungsi aljabar.

1. ∫ π‘₯𝑛 𝑑π‘₯ = 1

𝑛+1π‘₯𝑛+1+ 𝐢 Contoh 5.2. :

Dapatkan integral pada fungsi 𝑓(π‘₯) = π‘₯5 Penyelesaian :

𝑓(π‘₯) = ∫ π‘₯5𝑑π‘₯ =1

6π‘₯6+ 𝐢 2. ∫ π‘˜π‘₯𝑛𝑑π‘₯ = π‘˜

𝑛+1π‘₯𝑛+1+ 𝐢, k= konstanta tertentu Contoh 5.3. :

x y

2 4

𝑦 = 1 βˆ’ π‘₯

120

Dapatkan integral pada fungsi 𝑓(π‘₯) = 3π‘₯10. Penyelesaian :

𝑓(π‘₯) = ∫ 3π‘₯10𝑑π‘₯ = 3 ∫ π‘₯10𝑑π‘₯ =3(1)

11 π‘₯11= 3

11π‘₯11+ 𝐢 3. ∫ 𝑑π‘₯ = π‘₯ + 𝐢

Contoh 5.4. :

Dapatkan integral pada fungsi 𝑓(π‘₯) = βˆ’2 Penyelesaian :

𝑓(π‘₯) = ∫ βˆ’2𝑑π‘₯ = βˆ’2π‘₯ + 𝐢 4. ∫ π‘˜π‘‘π‘₯ = π‘˜π‘₯ + 𝐢

∫ π‘˜π‘“(π‘₯)𝑑π‘₯ = π‘˜ ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = π‘˜πΉ(π‘₯) + 𝐢 Contoh 5.5. :

Dapatkan anti turunan dari fungsi βˆ’1001 Penyelesaian :

∫ βˆ’ 1

100𝑑π‘₯ = βˆ’ 1

100π‘₯ + 𝐢

5. ∫ 𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ + ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯ = 𝐹(π‘₯) + 𝐺(π‘₯) + 𝐢 Contoh 5.6. :

Dapatkan anti turunan dari π‘₯2+ 2π‘₯ + 1 Penyelesaian :

∫ π‘₯2+ 2π‘₯ + 1𝑑π‘₯ =1 3π‘₯3+2

2π‘₯2+ π‘₯ =π‘₯3

3 + π‘₯2+ π‘₯ + 𝐢 6. ∫ 𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ βˆ’ ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯ = 𝐹(π‘₯) βˆ’ 𝐺(π‘₯) + 𝐢 Contoh 5.7. :

Dapatkan integral dari fungsi π‘₯3βˆ’ 3π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 1 Penyelesaian :

121

∫ π‘₯3βˆ’ 3π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 1𝑑π‘₯ =1 3π‘₯3βˆ’3

3π‘₯3βˆ’3

2π‘₯2+ 𝐢 7. ∫1π‘₯𝑑π‘₯ = ln|π‘₯| + 𝐢

Contoh 5.8. :

Dapatkan penyelesaian integral pada fungsi berikut βˆ’5/π‘₯ Penyelesaian : ∫ βˆ’5

π‘₯𝑑π‘₯ = βˆ’5 ln π‘₯ + 𝐢 8. (Integral Sebagian / By Part)

Jika 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi fungsi yang terdeferensial, maka dengan aturan perkalian diperoleh

𝑑

𝑑π‘₯[𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯)] = 𝑓(π‘₯)𝑔′(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)𝑓′(π‘₯) Dengan mengintegralkan kedua ruas, diperoleh

∫ 𝑑

𝑑π‘₯[𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯)]𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑔′(π‘₯) 𝑑π‘₯ + ∫ 𝑔(π‘₯)𝑓′(π‘₯)𝑑π‘₯ Atau

𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) + 𝐢 = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑔′(π‘₯) 𝑑π‘₯ + ∫ 𝑔(π‘₯)𝑓′(π‘₯)𝑑π‘₯ Atau

∫ 𝑓(π‘₯)𝑔′(π‘₯) 𝑑π‘₯ = 𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) βˆ’ ∫ 𝑔(π‘₯)𝑓′(π‘₯)𝑑π‘₯ + 𝐢

Karena integral ruas kanan menghasilkan suatu konstanta integrasi lain, maka tidak perlu menambah konstanta 𝐢 dalam persamaan terakhir sehingga diperoleh :

∫ 𝑓(π‘₯)𝑔′(π‘₯) 𝑑π‘₯ = 𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) βˆ’ ∫ 𝑓′(π‘₯)𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯

Rumus diatas merupakan rumus integrasi sebagian/by part atau integral parsial. Untuk menyederhanakan penulisan, dengan pengambilan

𝑒 = 𝑓(π‘₯), 𝑑𝑒 = 𝑓′(π‘₯)𝑑π‘₯ 𝑣 = 𝑔(π‘₯), 𝑑𝑣 = 𝑔′(π‘₯)𝑑π‘₯ Diperoleh bentuk alternatif persamaan sebagai berikut :

122

∫ 𝑒𝑑𝑣 = 𝑒𝑣 βˆ’ ∫ 𝑣𝑑𝑒 Contoh 5.9 :

Selesaikan ∫ π‘₯𝑒π‘₯𝑑π‘₯ Penyelesaian :

Untuk menerapkan integrasi parsial atau sebagian, persoalan integrasi pada kasus ini harus ditulis dengan

∫ 𝑒𝑑𝑣

Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengambil

𝑒 = π‘₯ dan 𝑑𝑣 = 𝑒π‘₯𝑑π‘₯ Sehingga

𝑑𝑒 = 𝑑π‘₯ dan 𝑣 = ∫ 𝑑𝑣 = ∫ 𝑒π‘₯𝑑π‘₯ = 𝑒π‘₯ Jadi berdasarkan rumus diatas diperoleh

∫ π‘₯𝑒π‘₯𝑑π‘₯ = π‘₯𝑒π‘₯βˆ’ ∫ 𝑒π‘₯𝑑π‘₯ = π‘₯𝑒π‘₯βˆ’ 𝑒π‘₯+ 𝐢

9. Integral Trigonometri a. ∫ cos π‘₯ 𝑑π‘₯ = sin π‘₯ + 𝐢 b. ∫ sin π‘₯ 𝑑π‘₯ = βˆ’ cos π‘₯ + 𝐢 c. ∫ 𝑠𝑒𝑐2π‘₯ 𝑑π‘₯ = tan π‘₯ + 𝐢 d. ∫ π‘π‘œπ‘ π‘’π‘2π‘₯ 𝑑π‘₯ = βˆ’cot π‘₯ + 𝐢 e. ∫ tan π‘₯ sec π‘₯ 𝑑π‘₯ = sec π‘₯ + 𝐢 f. ∫ cot π‘₯ cosec π‘₯ 𝑑π‘₯ = βˆ’cosec π‘₯ + 𝐢 Contoh 5.10 :

Tentukan integral tak tentu berikut : a. ∫ 2 cos π‘₯ βˆ’ 3 sin π‘₯ 𝑑π‘₯

b. ∫ 2 𝑠𝑒𝑐2π‘₯ βˆ’ 5 tan π‘₯ sec π‘₯ 𝑑π‘₯

123 Penyelesaian :

Penyelesaian (a)

∫ 2 cos π‘₯ βˆ’ 3 sin π‘₯ 𝑑π‘₯

= 2 ∫ cos π‘₯ 𝑑π‘₯

βˆ’ 3 ∫ sin π‘₯ 𝑑π‘₯ = 2 sin π‘₯ + 3 cos π‘₯ + 𝐢 Penyelesaian (b)

∫ 2 𝑠𝑒𝑐2π‘₯ βˆ’ 5 tan π‘₯ sec π‘₯ 𝑑π‘₯

= 2 ∫ 𝑠𝑒𝑐2π‘₯ 𝑑π‘₯ βˆ’ 5 ∫ tan π‘₯ sec π‘₯ 𝑑π‘₯

= 2 tan π‘₯ βˆ’ 5 sec π‘₯ + 𝐢

10. Integrasi Fungsi Rasional dan Pecahan Parsial

Sebagaimana telah diketahui bahwa fungsi rasional adalah hasil bagi polinomial. Pada umumnya, fungsi rasional sukar untuk di integralkan.

Pada sub bab ini diberikan suatu metode untuk menyajikan fungsi rasional sebagai jumlahan fungsi rasional sederhana yang dapat di integrasikan dengan metode yang telah dipelajari sebelumnya.

PECAHAN PARSIAL

Sebagai ilustrasi, sebelum sampai pada pokok pembahasan, terlebih dahulu perlu diperhatikan fungsi berikut :

2

π‘₯ βˆ’ 4+ 3

π‘₯ + 1=2(π‘₯ + 1) + 3(π‘₯ βˆ’ 4)

(π‘₯ βˆ’ 4)(π‘₯ + 1) = 5π‘₯ βˆ’ 10 π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 4

124

Terlihat bahwa sisi sebelah kiri lebih mudah untuk diintegralkan daripada sisi sebelah kanan.

∫ 5π‘₯ βˆ’ 10

π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 4𝑑π‘₯ = ∫ 2

π‘₯ βˆ’ 4+ 3 π‘₯ + 1 𝑑π‘₯

= ∫ 2

π‘₯ βˆ’ 4𝑑π‘₯ + ∫ 3 π‘₯ + 1𝑑π‘₯

= 2 ln|π‘₯ βˆ’ 4| + 3 ln|π‘₯ + 1| + 𝐢

Jadi untuk menyelesaikan integral pecahan parsial diperlukan suatu metode untuk mendapatkan sisi kiri, jika sisi sebelah kanan sudah diketahui. Untuk itu faktorkan penyebutnya pada sisi kanan dan diasumsikan ada konstanta yang tidak diketahui misal A dan B sedemikian hingga

5π‘₯ βˆ’ 10

π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 4= 𝐴

π‘₯ βˆ’ 4+ 𝐡 π‘₯ + 1

Untuk mendapatkan konstanta A dan B, pertama kalikan dengan (π‘₯ βˆ’ 4)(π‘₯ + 1) untuk menghilangkan penyebut.

5π‘₯ βˆ’ 10 = 𝐴(π‘₯ βˆ’ 1) + 𝐡(π‘₯ βˆ’ 4) Dengan metode substitusi diperoleh 𝐴 = 2 dan 𝐡 = 3.

Metode alternatif untuk mendapatkan A dan B dilakukan untuk menghasilkan sisi kanan dan π‘₯ dengan pangkat yang sama dikumpulkan sehingga diperoleh :

𝐴 + 𝐡 = 5 𝐴 βˆ’ 4𝐡 = βˆ’10

Dengan eliminasi atau subsitusi persamaan di atas sehingga diperoleh nilai 𝐴 = 2 dan 𝐡 = 3.

Suatu teorema dalam aljabar lanjutan menyatakan bahwa setiap fungsi rasional 𝑃(π‘₯)/𝑄(π‘₯) dengan derajat pembilang lebih kecil dari pada derajat penyebut dapat dinyatakan dengan

𝑃(π‘₯)

𝑄(π‘₯)= 𝐹1(π‘₯) + 𝐹2(π‘₯) + β‹― + 𝐹𝑛(π‘₯)

Dengan 𝐹1(π‘₯) + 𝐹2(π‘₯) + β‹― + 𝐹𝑛(π‘₯) fungsi fungsi Rasional dalam bentuk

125 𝐴1 (π‘Žπ‘₯ + 𝑏)π‘˜ Atau

𝐴π‘₯ + 𝐡 (π‘Žπ‘₯2+ 𝑏π‘₯ + 𝑐)π‘˜ Dengan π‘Ž, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, π‘˜ = 1,2,3, …

Suku suku 𝐹1(π‘₯) + 𝐹2(π‘₯) + β‹― + 𝐹𝑛(π‘₯) pada sisi kanan persamaan pertama disebut pecahan parsial dan semua sisi kanan disebut dekomposisi pecahan parsial dari sisi kiri.

Contoh 5.11 :

Tuliskan bentuk dekomposisi pecahan parsial dan selesaikan integralnya!

∫ π‘₯

π‘₯2βˆ’ 5π‘₯ + 4𝑑π‘₯ Penyelesaian :

Integran diatas dapat ditulis kembali sebagai π‘₯

π‘₯2βˆ’ 5π‘₯ + 4= π‘₯ (π‘₯ βˆ’ 4)(π‘₯ βˆ’ 1)

Sehingga bentuk dekomposisi pecahan parsialnya adalah π‘₯

π‘₯2βˆ’ 5π‘₯ + 4= 𝐴

(π‘₯ βˆ’ 4)+ 𝐡

(π‘₯ βˆ’ 1) (5.11.1) Kalikan silang antara pembilang dan penyebut dari bentuk yang telah didekomposisi menjadi

π‘₯ = 𝐴(π‘₯ βˆ’ 1) + 𝐡(π‘₯ βˆ’ 4) π‘₯ = 𝐴π‘₯ βˆ’ 𝐴 + 𝐡π‘₯ βˆ’ 4𝐡

Masing-masing kelompokkan sesuai dengan variabel dan yang tidak ada variabelnya menjadi

π‘₯ = (𝐴 + 𝐡)π‘₯ + (βˆ’π΄ βˆ’ 4𝐡)

Untuk menentukan nilai 𝐴 dan 𝐡, menyamakan nilai konstanta disisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan, dengan demikian menjadi

(𝐴 + 𝐡) = 1 dan (βˆ’π΄ βˆ’ 4𝐡) = 0

126 Dengan eliminasi dan substitusi diperoleh

𝐴 =4

3 , 𝐡 = βˆ’1 3

Masukkan ke soal kembali pada persamaan (5.11.1) menjadi π‘₯

π‘₯2βˆ’ 5π‘₯ + 4= 4/3

(π‘₯ βˆ’ 4)βˆ’ 1/3 (π‘₯ βˆ’ 1) Dengan mengintegralkan fungsi menjadi

∫ π‘₯

π‘₯2βˆ’ 5π‘₯ + 4𝑑π‘₯ = ∫ 4/3

(π‘₯ βˆ’ 4)βˆ’ 1/3 (π‘₯ βˆ’ 1) 𝑑π‘₯

=4 3∫ 1

(π‘₯ βˆ’ 4)𝑑π‘₯ βˆ’1 3∫ 1

π‘₯ βˆ’ 1𝑑π‘₯

=4

3ln(π‘₯ βˆ’ 4) βˆ’1

3ln(π‘₯ βˆ’ 1) = 4

3 ln(π‘₯ βˆ’ 4) 1

3 ln(π‘₯ βˆ’ 1)

= 4 lnπ‘₯ βˆ’ 4 π‘₯ βˆ’ 1 ∎ Note :

Pengurangan fungsi ln π‘₯ sama dengan pembagian fungsinya, sedangkan penjumlahan fungsi ln π‘₯ sama dengan perkalian fungsinya.

SOAL LATIHAN

1. Hitunglah integralnya dan periksalah hasilnya dengan mencari turunan dari jawaban yang diperoleh!

a. ∫π‘₯15𝑑π‘₯ b. ∫5

𝑑32

𝑑𝑑 c. ∫ √π‘₯3 2 𝑑π‘₯ d. ∫ π‘₯2(1 + π‘₯2)𝑑π‘₯ e. ∫(2 βˆ’ 𝑦2)2 𝑑π‘₯ f. ∫1βˆ’2𝑑𝑑33 𝑑𝑑

g. ∫(1 + π‘₯2)2/3 𝑑π‘₯ h. βˆ«π‘‘12βˆ’ cos 𝑑 𝑑𝑑 i. ∫ π‘₯1/3(2 βˆ’ π‘₯2/3) 𝑑π‘₯

127

2. Dapatkan turunannya dan nyatakanlah rumus integrasi yang bersesuaian!

j. 𝑑π‘₯𝑑 [√π‘₯2+ 5] k. 𝑑π‘₯𝑑 [π‘₯2π‘₯+3] l. 𝑑π‘₯𝑑 [sin π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘π‘œπ‘  π‘₯]

3. Tentukan fungsi 𝑓 sedemikian hingga 𝑓′′(π‘₯) = π‘₯ + cos π‘₯ dan 𝑓(0) = 1, 𝑓′′(0) = 2. (petunjuk : integrasikan kedua sisi dua kali)

4. Tuliskan bentuk dekomposisi pecahan parsial (tanpa harus menentukan nilai numerik dari koefisien)

a. 4π‘₯βˆ’1

(π‘₯βˆ’3)(π‘₯+2) b. π‘₯31βˆ’3π‘₯(π‘₯2+4)2 c. π‘₯+2

π‘₯2(π‘₯+2)

d (πœƒβˆ’2)(πœƒ1βˆ’3πœƒ24+1)3 e (𝑑2𝑑2+5)3βˆ’π‘‘2 f 𝑑(π‘‘βˆ’1)(π‘‘βˆ’2)2𝑑3βˆ’π‘‘2+π‘‘βˆ’32

5. Selesaikan integral berikut :

a. ∫(π‘₯βˆ’3)(π‘₯+2)4π‘₯βˆ’1 𝑑π‘₯ b. ∫π‘₯31βˆ’3π‘₯(π‘₯2+4)2 𝑑π‘₯ c. ∫π‘₯2π‘₯+2(π‘₯+2) 𝑑π‘₯ d ∫(πœƒβˆ’2)(πœƒ1βˆ’3πœƒ24

+1)3 π‘‘πœƒ e ∫(𝑑2𝑑23βˆ’π‘‘

+5)2 𝑑𝑑 f ∫2𝑑3βˆ’π‘‘2+π‘‘βˆ’3

𝑑(π‘‘βˆ’1)(π‘‘βˆ’2)2 𝑑𝑑 g. ∫(𝑑2+2𝑑+3)𝑑2+1 2𝑑𝑑 h. βˆ«π‘ π‘–π‘›2π‘₯βˆ’4 sin π‘₯βˆ’5cos π‘₯ 𝑑π‘₯ i. βˆ«π‘’2π‘₯𝑒π‘₯+4𝑑π‘₯ j. ∫π‘₯5+2π‘₯π‘₯3+π‘₯2+1𝑑π‘₯ k. βˆ«π‘‘2βˆ’3𝑑+2𝑑3 𝑑𝑑 l. βˆ«πœƒ5πœƒβˆ’42βˆ’4πœƒ π‘‘πœƒ m.∫(𝑑+1)2𝑑23𝑑𝑑 n. ∫1+𝑒1π‘₯ 𝑑π‘₯ o. βˆ«π‘‘π‘Žπ‘›3π‘ π‘’π‘πœƒβˆ’π‘‘π‘Žπ‘›2πœƒ 2πœƒπ‘‘πœƒ 5.3. INTEGRAL DENGAN SUBSITUSI

Integral dengan teknik substitusi digunakan untuk mempermudah dalam pengerjaan integrasi. Tidak semua soal dapat dengan mudah dikerjakan, ada yang membutuhkan teknik substitusi terlebih dahulu untuk pengerjaan integral selanjutnya.

128 SUBSTITUSI-𝒖

Metode substitusi bergantung pada rumus berikut, dengan 𝑒 merupakan suatu fungsi dari π‘₯ yang diferensiabel.

∫ [𝑓(𝑒)𝑑𝑒

𝑑π‘₯] 𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(𝑒)𝑑𝑒 (5.3.1) Untuk memperlihatkan kebenaran dari rumus (5.3.1), maka dimisalkan 𝐹 sebagai anti turunan dari 𝑓, sehingga

𝑑

𝑑𝑒[𝐹(𝑒)] = 𝑓(𝑒)

∫ 𝑓(𝑒)𝑑𝑒 = 𝐹(𝑒) + 𝐢 (5.3.2) Jika 𝑒 adalah fungsi dari π‘₯ yang diferensiabel, maka dengan aturan rantai

𝑑

𝑑π‘₯[𝐹(𝑒)] = 𝑑

𝑑𝑒[𝐹′(𝑒)]𝑑𝑒

𝑑π‘₯ = 𝑓(𝑒)𝑑𝑒 𝑑π‘₯ Atau

∫ [𝑓(𝑒)𝑑𝑒

𝑑π‘₯] 𝑑π‘₯ = 𝐹(𝑒) + 𝐢 (5.3.3) Contoh 5.12 :

Carilah ∫(π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ + 1)25. (2π‘₯ βˆ’ 2)𝑑π‘₯ Penyelesaian :

Jika diambil 𝑒 = π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ + 1, maka 𝑑𝑒

𝑑π‘₯= 2π‘₯ βˆ’ 2 β†’ 𝑑π‘₯ = 𝑑𝑒

2π‘₯βˆ’2

sehingga integral yang diberikan dapat ditulis menjadi

∫(π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ + 1)25. (2π‘₯ βˆ’ 2)𝑑π‘₯ = ∫(𝑒)25(2π‘₯ βˆ’ 2) 𝑑𝑒 (2π‘₯ βˆ’ 2)

= ∫(𝑒)25 𝑑𝑒

= 1

26𝑒26+ 𝐢 =(π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ + 1)26

26 + 𝐢 ∎

129 Contoh 5.13 :

Tentukan integral berikut ∫ cos( 3π‘₯ + 1)𝑑π‘₯!

Penyelesaian :

Misal 𝑒 = 3π‘₯ + 1, sehingga 𝑑𝑒

𝑑π‘₯= 3, dengan demikian

∫ cos( 3π‘₯ + 1)𝑑π‘₯ = ∫ cos 𝑒 𝑑π‘₯ = ∫ cos 𝑒𝑑𝑒 3

=1

3∫ cos 𝑒 𝑑𝑒1

3sin 𝑒 + 𝐢

=1

3sin(3π‘₯ + 1) + 𝐢 ∎ Contoh 5.14 :

Selesaikan ∫ π‘π‘œπ‘ 2π‘₯ sin π‘₯ 𝑑π‘₯!

Penyelesaian :

Misalkan 𝑒 = cos π‘₯ ,𝑑𝑒

𝑑π‘₯= (βˆ’ sin π‘₯) β†’ 𝑑π‘₯ = 𝑑𝑒

βˆ’ sin π‘₯ dengan demikian

∫ π‘π‘œπ‘ 2π‘₯ sin π‘₯ 𝑑π‘₯ = ∫ 𝑒2sin π‘₯ 𝑑π‘₯ = ∫ 𝑒2sin π‘₯ 𝑑𝑒

βˆ’ sin π‘₯= ∫ 𝑒2 𝑑𝑒

=1

3𝑒3+ 𝐢 =cos π‘₯

3 + 𝐢 ∎

Contoh 5.15 :

Selesaikan ∫(𝑑2+2)2𝑑 50 𝑑𝑑!

Penyelesaian : Misal 𝑒 = 𝑑2+ 2,𝑑𝑒

𝑑𝑑 = 2𝑑 β†’ 𝑑𝑑 =𝑑𝑒

2𝑑 dengan demikian

130

∫ 2𝑑

(𝑑2+ 2)50 𝑑𝑑 = ∫ 2𝑑 𝑒50𝑑𝑑

= ∫ 2𝑑 𝑒50

𝑑𝑒

2𝑑 = ∫ 1

𝑒50𝑑𝑒 = βˆ’ 1 49𝑒49+ 𝐢

= βˆ’ 1

49(𝑑2+ 2)49+ 𝐢 ∎ SOAL LATIHAN

1. Hitunglah integral dibawah ini dengan memilih substitusi yang ditunjukkan!

a. ∫ 2π‘₯2(π‘₯3+ 1)17𝑑π‘₯ ; 𝑒 = π‘₯3+ 1 b. ∫ 1

√π‘₯sin √π‘₯ 𝑑π‘₯ ; 𝑒 = √π‘₯ c. ∫ 3π‘₯

√4π‘₯2+5 𝑑π‘₯ ; 𝑒 = 4π‘₯2+ 5 d. ∫ 𝑠𝑒𝑐2(4π‘₯ + 2)𝑑π‘₯ ; 𝑒 = 4π‘₯ + 2

e. ∫(2π‘₯ + 7)(π‘₯2+ 7π‘₯ + 3)2/3 𝑑π‘₯ ; 𝑒 = π‘₯2+ 7π‘₯ + 3 f. ∫ π‘₯2(1 + π‘₯)1/2 𝑑π‘₯ ; 𝑒 = (1 + π‘₯)

g. ∫(1 + cos 𝑑)11sin 𝑑 𝑑𝑑 ; 𝑒 = 1 + cos 𝑑 h. ∫ cot π‘₯𝑐𝑠𝑐 2π‘₯ 𝑑π‘₯ ; 𝑒 = cot π‘₯

i. ∫ √sin πœ‹πœƒ cos πœ‹πœƒ π‘‘πœƒ; 𝑒 = sin πœ‹πœƒ 2. Hitunglah integral-integral berikut :

a. ∫(𝑑2+2𝑑+3)2𝑑+2 2𝑑𝑑 b. βˆ«π‘ π‘–π‘›2π‘₯βˆ’4 sin π‘₯βˆ’5cos π‘₯ 𝑑π‘₯ c. βˆ«π‘’2π‘₯𝑒π‘₯+4𝑑π‘₯ d. ∫3π‘₯π‘₯32+π‘₯+1𝑑π‘₯ e. βˆ«π‘‘22π‘‘βˆ’3βˆ’3𝑑+2 𝑑𝑑 f. βˆ«πœƒ2πœƒβˆ’42βˆ’4πœƒ π‘‘πœƒ g. ∫(𝑑32𝑑+1)2 3𝑑𝑑 h. ∫1+cos π‘₯sin π‘₯ 𝑑π‘₯ i. βˆ«π‘‘π‘Žπ‘›3π‘ π‘’π‘πœƒβˆ’π‘‘π‘Žπ‘›2πœƒ 2πœƒπ‘‘πœƒ 3. Hitung integralnya

a. ∫ 𝑦

βˆšπ‘¦+1 𝑑𝑦

b. ∫ 𝑠𝑖𝑛32πœƒ π‘‘πœƒ (note : gunakan kesamaan 𝑠𝑖𝑛2π‘₯ + π‘π‘œπ‘ 2π‘₯ = 1

131 5.4. INTEGRAL TERTENTU

Pada bab sebelumnya dibahas mengenai antiturunan (integral tak tentu) melalui definisi luas. Dalam hal ini akan ditunjukkan cara menghitung luas dengan menggunakan limit dan akan dikembangkan suatu definisi luas dibawah suatu kurva.

DEFINISI LUAS

Menunjuk pada definisi pada Teorema 5.1.1 dan Teorema 5.1.2 bahwa integral 𝑓(π‘₯) pada selang [𝑝, π‘ž] adalah luas di atas selang [𝑝, π‘ž], tetapi dibawah 𝑦 = 𝑓(π‘₯) dikurangi luas dibawah [𝑝, π‘ž] tetapi diatas 𝑦 = 𝑓(π‘₯) sehingga dapat didefiniskan dengan Gambar 5.2.

berikut ini, dengan 𝑆 sebagai daerah yang ditanyakan luas daerahnya.

(a) (b) Gambar 5.4. Luas Kurva Dalam Selang [𝑝, π‘ž]

Contoh 5.16 : Hitunglah ∫ (π‘₯ βˆ’ 1)𝑑π‘₯02 ! Penyelesaian :

Gambar 5.5. Luas Bidang Geometri 𝑦 = π‘₯ βˆ’ 1

𝐿2

𝐿1

π‘₯ 𝑦

132

Kurva berbentuk segitiga dengan alas berukuran 1 dan tinggi 1, sehingga luas segitiga dengan geometri bidang adalah 12. π‘Ž. 𝑑 =

1

2. 1. 1 =1

2, dengan demikian

∫(π‘₯ βˆ’ 1)𝑑π‘₯

2

0

= 𝐿1+ 𝐿2 =1

2+ (βˆ’1 2) = 0 Teorema 5.4.1

1. Jika π‘Ž berada dalam domain 𝑓,maka didefiniskan

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = 0

π‘Ž π‘Ž

2. Jika 𝑓 terintegral pada [π‘Ž, 𝑏], maka didefinisikan

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = βˆ’

π‘Ž 𝑏

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯

𝑏 π‘Ž

SIFAT-SIFAT INTEGRAL TERTENTU

Teorema 5.4.2. Sifat sifat integral tertentu berikut ini berdasarkan definisi integral tertentu.

 Jika 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada [π‘Ž, 𝑏] dan jika 𝑐 suatu konstanta, maka 𝑐𝑓, 𝑓 + 𝑔, dan 𝑓 βˆ’ 𝑔 semuanya terintegral pada [π‘Ž, 𝑏]

dan

a. ∫ 𝑐(𝑓(π‘₯))𝑑π‘₯ = 𝑐 ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯π‘Žπ‘ π‘Žπ‘

b. ∫ [𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)]𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ + ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯π‘Žπ‘ π‘Žπ‘ π‘Žπ‘ c. ∫ [𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑔(π‘₯)]𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ βˆ’ ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯π‘Žπ‘ π‘Žπ‘ π‘Žπ‘

 Jika 𝑓 terintegral pada suatu selang tertutup yang memuat tiga titik a, b dan c, maka

133

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ + ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯

𝑏

𝑐 𝑐

π‘Ž 𝑏

π‘Ž

Contoh 5.17 : Misalkan

∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = 2, ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ = 5, ∫ 𝑓(π‘₯) = βˆ’2

5 1 1

βˆ’2 3

1

, ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯ = βˆ’1

3 1

Dapatkan

a. ∫ [3𝑓(π‘₯) + 2𝑔(π‘₯)] 𝑑π‘₯13 b. ∫ 3𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯βˆ’25

Penyelesaian :

Penyelesaian (a). Dari Teorema 5.4.2

∫ [3𝑓(π‘₯) + 2𝑔(π‘₯)] 𝑑π‘₯

3 1

= 3 ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯ + 2 ∫ 𝑔(π‘₯)𝑑π‘₯

3 1 3

1

= 3(2) + 2(βˆ’1) = 4

Penyelesaian (b). Dari Teorema 5.4.2 yang memuat a,b, dan c

∫ 3𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯

5

βˆ’2

= 3 [∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯

1

βˆ’2

+ ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯

5 1

] = 3[5 + (βˆ’2)] = 9

SOAL LATIHAN

1. Hitunglah integral tertentu berikut dengan menggunakan luas geometri bidang jika diperlukan!

a. ∫ π‘₯βˆ’20 2 𝑑π‘₯ b. ∫ (2 βˆ’ 4π‘₯)𝑑π‘₯02 c. ∫ √4 βˆ’ π‘₯02 2 𝑑π‘₯ d. ∫ |3π‘₯ βˆ’ 1| 𝑑π‘₯βˆ’21 e. ∫ 1 βˆ’13 12π‘₯ 𝑑π‘₯ f. ∫ √1 + π‘₯βˆ’20 2 𝑑π‘₯ g. ∫ cos π‘₯ 𝑑π‘₯0πœ‹ h. ∫ sin π‘₯ 𝑑π‘₯0πœ‹ i. ∫ π‘₯03 2βˆ’ 4 𝑑π‘₯

134

5.5. TEOREMA FUNDAMENTAL KALKULUS PERTAMA

Dalam subbab sebelumnya, telah dibahas mengenai konsep integral tertentu tetapi belum dibahas mengenai bagaimana cara menghitungnya. Untuk menghitung integral tertentu ini, hal mendasar yang perlu diperhatikan adalah

Teorema 5.5.1. Teorema Fundamental Kalkulus Pertama

Jika 𝑓 kontinu pada [π‘Ž, 𝑏] dan 𝐹 adalah antiturunan dari 𝑓 pada [π‘Ž, 𝑏], maka,

∫ 𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯ = 𝐹(𝑏) βˆ’ 𝐹(π‘Ž)

𝑏 π‘Ž

Contoh 5.18 : Hitunglah ∫ π‘₯02 2 𝑑π‘₯! Penyelesaian :

Antiturunan atau integral dari π‘₯2 adalah 13π‘₯3, jadi sesuai dengan Teorema 5.5.1

∫ π‘₯ 𝑑π‘₯ =1 3π‘₯3]

0 2

=1

3(23) βˆ’1

3(03) =

2 0

8 3 ∎ Contoh 5.19 :

Gunakan Teorema Fundamental Kalkulus Pertama untuk menyelesaikan

a. ∫ π‘₯βˆ’12 3βˆ’ 3π‘₯2+ 3π‘₯ βˆ’ 1 𝑑π‘₯ b. ∫ π‘₯1/2+ 1

π‘₯2 𝑑π‘₯

3 1

Penyelesaian : Penyelesaian (a).

∫ π‘₯3βˆ’ 3π‘₯2+ 3π‘₯ βˆ’ 1

2

βˆ’1

𝑑π‘₯ = [1

4π‘₯4βˆ’ π‘₯3+3

2π‘₯2βˆ’ π‘₯]

βˆ’1 2

135 (16

4 βˆ’ 8 +12

2 βˆ’ 2) βˆ’ (1

4+ 1 +3

2+ 1) = (0) βˆ’ (15

4) = βˆ’15 4 ∎ Penyelesaian (b).

∫ π‘₯12+ 1 π‘₯2 𝑑π‘₯

3 1

= [2 3π‘₯32βˆ’1

π‘₯]

1 3

= (2

3(33/2) βˆ’1 3) βˆ’ (2

3(132) βˆ’ 1) =6

3√3 ∎

SOAL LATIHAN

1. Hitung integral tertentu berikut menggunakan Teorema Fundamental Kalkulus Pertama

a. ∫ π‘₯βˆ’12 3βˆ’ 2π‘₯ 𝑑π‘₯ b. ∫ π‘₯(π‘₯βˆ’11 2+ 1) 𝑑π‘₯ c. ∫ (π‘₯βˆ’20 2βˆ’ 5π‘₯ + 6) 𝑑π‘₯ d. ∫12π‘₯18𝑑π‘₯ e. ∫ π‘₯04 βˆ’3/5 𝑑π‘₯ f. ∫ 2π‘¦βˆšπ‘¦ 𝑑𝑦24

g. ∫ 𝑒14 2βˆ’ π‘’βˆ’32 𝑑𝑒 h. ∫ (2π‘₯13 23βˆ’ 3π‘₯) 𝑑π‘₯ i. ∫0πœ‹/4𝑠𝑒𝑐2πœƒ π‘‘πœƒ j. ∫ sin πœƒ π‘‘πœƒ0πœ‹ k. βˆ«βˆ’πœ‹/4πœ‹/4 cos π‘₯ 𝑑π‘₯ l. ∫ |3π‘₯ βˆ’ 2|𝑑π‘₯02 m. ∫ |π‘₯ βˆ’ 2| 𝑑π‘₯15 n. ∫ 3

√π‘₯βˆ’ 5√π‘₯

4

1 𝑑π‘₯ o.∫ 𝑒02 3/2βˆ’ 5βˆšπ‘’3+ 1𝑑𝑒 2. Gunakan Teorema 5.4.2 untuk menghitung integral-integral

tertentu berikut :

a. ∫ 𝑓(π‘₯)𝑑π‘₯βˆ’23 dengan 𝑓(π‘₯) = { βˆ’2 π‘₯2βˆ’ 4

π‘₯ β‰₯ 0 π‘₯ < 0 b. ∫ 𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯04 dengan 𝑓(π‘₯) = { √π‘₯

1/π‘₯2 0 ≀ π‘₯ < 1 π‘₯ β‰₯ 1 3. Hitunglah integral trigonometri berikut :

∫ (π‘₯ + 2 𝑠𝑖𝑛2π‘₯) 𝑑π‘₯

πœ‹/2 πœ‹/6

136

5.6. TEOREMA FUNDAMENTAL KALKULUS KEDUA

Pada Teorema Fundamental Kalkulus Pertama dibahas mengenai perhitungan integral dengan adanya batas bawah dan batas atas berupa nilai atau angka. Sedangkan pada Teorema Fundamental Kalkulus Kedua ini batasnya (salah satunya atau keduanya) berupa variabel atau peubah.

Untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan, maka peubah dibuat berbeda dengan peubah integrasinya, misalkan

∫ 𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯

π‘₯ π‘Ž

dapat ditulis menjadi

∫ 𝑓(𝑑) 𝑑𝑑

π‘₯ π‘Ž

Contoh 5.20 :

Hitunglah ∫ 𝑑0π‘₯ 2βˆ’ 4𝑑 𝑑𝑑! Penyelesaian :

∫ 𝑑2βˆ’ 4𝑑 𝑑𝑑

π‘₯ 0

= [1

3𝑑3βˆ’ 2𝑑2]

𝟎 𝒙

=π‘₯3

3 βˆ’ 2π‘₯2 ∎

Melihat Contoh 5.20, bahwa penyelesaian akhir bukan berupa nilai atau angka melainkan berupa fungsi dari π‘₯ saja.

Teorema 5.6.1 . Teorema Fundamental Kalkulus Kedua

Misal 𝑓 fungsi kontinu pada selang 𝐼, dan misal π‘Ž sebarang titik pada 𝐼. Jika 𝐹 didefinisikan dengan

𝐹(π‘₯) = ∫ 𝑓(𝑑) 𝑑𝑑

π‘₯ π‘Ž

Maka 𝐹′(π‘₯) = 𝑓(π‘₯) pada setiap titik π‘₯ pada selang 𝐼.

Teorema ini dapat disajikan dengan rumus :

137 𝑑

𝑑π‘₯[∫ 𝑓(𝑑) 𝑑𝑑

π‘₯ π‘Ž

] = 𝑓(π‘₯)

Note : Apabila integrannya kontinu, turunan dari integral tertentu terhadap batas atasnya sama dengan nilai integran di batas atas tersebut.

Contoh 5.21 :

Kerana 𝑓(π‘₯) = π‘₯3 suatu fungsi kontinu, berdasarkan rumus pada Teorema 5.6.1 bahwa

𝑑

𝑑π‘₯[∫ 𝑑3 𝑑𝑑

π‘₯ 1

] = π‘₯3

Untuk memerikasa, dihitung integralnya, kemudian diturunkan :

∫ 𝑑3 𝑑𝑑 = [𝑑4 4]

𝑑=1 π‘₯

=π‘₯4 4 βˆ’1

4

π‘₯ 1

Penurunan diatas menghasilkan π‘₯3 seperti diatas.

SOAL LATIHAN

1. Diberikan ∫ 𝑓(π‘₯) 𝑑π‘₯ = 3βˆ’15 , dapatkan

a.∫ 𝑓(𝑑)βˆ’15 𝑑𝑑 b.∫ 𝑓(𝑒) π‘‘π‘’βˆ’15

2. Gunakan Teorema Fundamental Kalkulus Kedua untuk memperoleh turunannya!

a. 𝑑

𝑑π‘₯∫0π‘₯1+βˆšπ‘‘π‘‘π‘‘ b. 𝑑

𝑑π‘₯∫ sin βˆšπ‘‘ 𝑑𝑑1π‘₯ c.𝑑π‘₯𝑑 ∫0π‘₯cos 𝑑𝑑 dt d.𝑑π‘₯𝑑 ∫0π‘₯𝑑cos 𝑑2+3 𝑑𝑑

138 DAFTAR PUSTAKA

Anton, H., CALCULUS. A New Horizon, 6th edition. John Wiley & Sons, Inc. New York, 1999.

Dosen Jurusan Matematika FMIPA ITS. Buku Ajar Kalkulus 2 Untuk Kalangan Sendiri. Surabaya: Jurusan Matematika FMIPA ITS Sukolilo Surabaya, 2000.

Purcell, J.E., Dele Varberg.Kalkulus dan Geometri Analisa jilid 1.

Jakarta: Erlangga.1999.

Purcell, J.E., Rigdon, S.E., CALCULUS, 8th edition, Prentice-Hall, New Jersey, 2000.

Purwanto, Heri, dkk. KALKULUS. Jakarta: Biang Prestasi. 2005.

Dalam dokumen KALKULUS (Halaman 113-124)

Dokumen terkait