• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL (MODEL LEININGER)

Dalam dokumen Falsafah dan Teori Keperawatan (Halaman 39-50)

1. Konsep Budaya menurut Leininger (1991)

a. Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis.

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 32 b. Budaya bersifat stabil tetapi juga dinamis karena budaya

diturunkan kepada generasi berikut sehingga mengalami perubahan.

c. Budaya ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari

2. Jenis budaya menurut Leininger (1991)

a. Etno caring: budaya yang diturunkan oleh orang tuanya b. Professional caring : budaya yang dipelajari melalui formal Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada klien yang dirawat, memiliki budaya professional caring, yang dipelajari selama mengikuti pendidikan keperawatan. Nilai dan norma yang diyakini oleh perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan salah satu bentuk budaya perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada setiap klien yang dirawat di Rumah Sakit. Perawat memiliki budaya etnocaring yang diperoleh selama berinteraksi diengan keluarga sendiri (contohnya: kebiasaan saling memuji, kebiasaan sarapan, kebiasaan minum susu dan sebagainya)

3. Tujuan Penggunaan Transkultural Nursing menurut Leininger (1991)

Tujuan dari keperawatan transkultural yaitu untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai nilai dan norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain (contoh: bahasa suku dayak di kalimantan, bahasa suku asmat di Irian dan sebagainya). Kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (contoh: budaya minum teh untuk membuat tubuh segar, budaya berolahraga agar dapat sehat dan cantik).

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 33 4. Paradigma transcultural nursing menurut Leininger (1991) Paradigma keperawatan adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, meliputu 4 konsep sentral yaitu (Tomey, AM & Alligood, MR, 2006 : Leininger, 1991).

a. Manusia

Manusia menurut teori model keperawatan Transklutural (Leininger) adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai- nilai dan norma-norma yg diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan (Giger & Davidhizar, 1995 ; Andrew & Boyle, 1995). Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dan dimanapun dia berada (Leininger, 1991: Sagar, 2014). Klien yang dirawat di Rumah Sakit harus belajar budaya baru, yaitu budaya Rumah Sakit selain membawa budayanya sendiri. Klien harus secara aktif memilih budaya dari lingkungan termasuk dari perawat dan semua pengunjung di RS. Klien yang sedang dirawat belajar agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai aktivitas hidup yang lebih sehat.

b. Kesehatan

Kesehatan menurut teori model keperawatan Transkultural (Leininger), merupakan keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.

Kesehatan merupakan keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/ sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat sakit yang adaptif.

c. Keperawatan

Keperawatan menurut teori model Transkultural (Leininger), merupakan Ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan berfokus pada perilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 34 dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit dengan landasan budaya. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan penyelesaian masalah.

d. Lingkungan

Lingkungan menurut teori model keperawatan Transkultural (Leininger), merupakan keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.

Lingkungan dipandang sebagai totalitas kehidupan dimana klien dan budayanya saling berinteraksi. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, sosial dan simbolik yang berinteraksi dengan diri manusia membentuk budaya tertentu. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik yaitu lingkungan alam, pegunungan, iklim atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia seperti pemukiman padat. Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu seperti bentuk rumah di daerah panas yang banyak lubang berbeda dengan bentuk rumah orang eskimo yg hampir tertutup. Lingkungan sosial merupakan keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih luas seperti keluarga, komunitas dan tempat ibadah. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Keluarga merupakan tempat pertama klien berinteraksi dan dipandang sebagai pilar utama untuk mencapai keberhasilan klien bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar.

Keberhasilan bersosialisasi dalam keluarga merupakan pengalaman untuk digunakan ke kelompok lain seperti saat dirawat di RS (sosialisasi dengan klien lain dan petugas kesehatan). Lingkungan simbolik merupakan keseluruhan bentuk atau simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, bahasa atau atribut yang digunakan.

Penggunaan lingkungan simbolik bermakna bahwa individu memiliki tenggang rasa dengan kelompoknya, seperti

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 35 penggunaan bahasa pengantar, penggunaan atribut (pemakaian ikat kepala, kalung, anting, hiasan dinding, slogan). Rumah sakit umumnya memiliki bentuk lingkungan simbolik seperti penggunaan baju seragam dan atributnya.

5. Asuhan keperawatan Transkultural (Leininger)

Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan meningkatkan kemampuan klien memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih budaya yang sesuai dengan status kesehatannya, dicapai melalui belajar dengan lingkungannya.

Sehat yang dicapai adalah kesehatan holistik dan humanistik, karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan. Merupakan rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yg diberikan kpd klien sesuai latar belakang budaya. Ditujukan untuk memandirikan sesuai dengan budaya klien. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural melalui tiga strategi utama intervensi yaitu mempertahankan, negosiasi dan merestrukturisasi budaya.

Model konseptual asuhan keperawatan transkultural dikembangkan oleh Leiningers Sunrise Model. Penggunaan proses keperawatan harus menjadi budaya perawat. Pendekatan menggunakan proses keperawatan dalam melakukan askep transkultural yaitu:

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai latar belakang budaya. Pengkajiadilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budaya. Pengkajian menurut teori model Keperawatan Transkultural, dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Leiningers Sunrise models, seperti gambar 4.3 berikut

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 36 Gambar 4.3 Leiningers Sunrise models

1) Faktor tehnologi (tehnological factors)

Faktor tehnologikal merupakan sarana yang memungkinkan manusia untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Pemanfaatan tehnologi kesehatan dipengaruhi oleh sikap tenaga kesehatan, kebutuhan serta permintaan masyarakat.

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor tehnologikal antara lain:

a) Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan tehnologi utk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b) Alasan mencari bantuan kesehatan

c) Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat dan d).Alasan memilih pengobatan alternative.

2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Perawat perlu mengkaji pada pengkajian faktor agama dan falsafah hidup antara lain:

a) Agama yang dianut klien

b) Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap Kesehatan c) Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara

pengobotan dan penularan kepada orang lain

d) Melakukan ikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa.

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 37 3) Faktor sosial & keterikatan kekeluargaan (Kinship & social

factors)

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan emosi, serta mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari keluarga. Sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkenaan dengan proses social. Di Rumah Sakit untuk mengurangi dampak kejiwaan pada anak akibat Cultural shock, asuhan keperawatan yang diberikan harus melibatkan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan budaya anak.

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor sosial & keterikatan kekeluargaan:

a) Nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur, tempat tanggal lahir, seks, status, tipe klluarga

b) Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga c) Hubungan klien dengan kepala keluarga

d) Kebiasaan rutin yang dilakukan keluarga seperti arisan keluarga e) Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat seperti ikut

kelompok pengajian

4) Faktor nilai-nilai budaya & gaya hidup (cultural value &lifeways) Nilai merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang baik dan buruk. Norma adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas.

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor nilai-nilai budaya &

gaya hidup antara lain: Bahasa yg digunakan, bahasa non verbal yang sering digunakan pasien, posisi/jabatan, kebiasaan makan, kebiasaan membersihkan diri, makanan pantang, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan, persepsi sakit berkaitan dg aktivitas sehari-hari

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 38 (contoh: klien menganggap dirinya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah/ ke kantor).

5) Faktor kebijakan & peraturan RS yg berlaku (Political & legal factors)

Faktor kebijakan dan peraturan Rumah sakit merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995).

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor kebijakan dan peraturan Rumah sakit antara lain: Peraturan atau kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, hak dan kewajiban klien dalam perjanjian dengan Rumah Sakit, cara pembayaran untuk klien yang dirawat, klien harus memakai baju seragam RS.

6) Faktor ekonomi (economical factors)

Ekonomi adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiil dari sumber yang terbatas. Klien yang dirawat di RS memanfaatkan sumber material untuk membiayai sakitnya agar cepat sembuh.

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor ekonomi:

a) Pekerjaan klien

b) Sumber biaya pengobatan

c) Kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan d) Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien seperti asuransi, biaya

kantor, tabungan, patungan dengan keluarga.

7) Faktor pendidikan (Educational factors)

Hal yang perlu dikaji pada pengkajian faktor pendidikan antara lain latar belakang pendidikan klien (tingkat pendidikan klien dan keluarga), kemampuan klien menerima pendidikan kesehatan, jenis

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 39 pendidikan klien dan kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan respon klien sesuai dengan latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Andrew & Boyle, 1995). Respon klien yang ditegakkan dengan cara mengidentifikasi :

1) Budaya yang mendukung kesehatan seperti adanya kebiasaan klien berolahraga teratur, membaca, suka makan sayur

2) Budaya yang pantang untuk dilanggar seperti adanya makanan pantang, hal tabu untuk dilakukan

3) Budaya yang bertentangan dengan kesehatannya seperti adanya kebiasaan merokok.

Adapun contoh diagnosis keperawatan antara lain:

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

2) Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi Sosiokultural

3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini

c. Perencanaan dan Intervensi keperawatan

Perencanaan dan intervensi keperawatan merupakan proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan tindakan sesuai dengan latar belakang budaya. Dilakukan berdasarkan budaya klien dengan strategi yang dilakukan antara lain:

1) Mempertahankan budaya bila budaya klien tidak bertentangan dengan Kesehatan

2) Negosiasi budaya, bila budaya klien kurang mendukung kesehatan (mambantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan)

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 40 3) Mengubah budaya karena budaya yang dimiliki bertentangan

dengan kesehatan.

Contoh : Bila budaya klien dan perawat berbeda, perawat dan klien mencoba memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi (proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya, sehingga terjadi tenggang rasa). Bila perawat tidak memahami budaya klien, klien akan merasa tidak percaya pada perawat sehingga mengakibatkan gangguan hubungan terapeutik perawat klien. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat klien yang terapeutik, sehingga menciptakan kepuasan klien dan membangkitkan kesembuhan.

d. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan diilakukan terhadap keberhasilan klien tentang bagaimana mempertahankan budaya sesuai dengan kesehatan, negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan serta mengubah budaya yang bertentangan dengan kesehatan. Melalui evaluasi, dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan keinginan klien dan sesuai dengan latar belakang budayanya.

6. Komunikasi Lintas Budaya

Merupakan komunikasi perawat klien, dapat dimulai melalui proses diskusi dan bila perlu dapat dilakukan melalui identifikasi cara-cara orang berkomunikasi dari berbagai budaya di Indonesia. Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah. Komunikasi non verbal seperti mimik wajah, sorot wajah, tekanan suara, sentuhan lebih bermakna dibanding komunikasi verbal.

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 41 7. Budaya Kesehatan di Indonesia

Budaya memeriksakan kesehatan anggota keluarga belum tampak, tercermin dari banyaknya klien yang dirawat dalam keadaan kronis/

komplikasi. Budaya memeriksakan kesehatan sebagai tindakan dan promotif belum didukung oleh instansi pelayanan kesehatan seperti foging sebelum ada yang terkena DHF. Budaya hidup sehat belum membudaya seperti budaya cuci tangan dalam kegiatan perilaku hidup Bersih dan sehat/ PHBS.

FALSAFAH & TEORI KEPERAWATAN 42 BAGIAN 5

TEORI MODEL KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

Dalam dokumen Falsafah dan Teori Keperawatan (Halaman 39-50)