• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT

4.4 Bagaimana Bentuk Apresiasi yang Diinginkan oleh Peserta Didik?

Untuk menjawab rumusan masalah kedua, pernyataan ketujuh angket dan jawaban kedua narasumber digunakan sebagai bahan jawaban untuk menarik sebuah kesimpulan.

Selanjutnya, grafik akan diulas dan diberitakan secara naratif serta penilaian kualitas simpulan yang mengacu pada indikator rentang jawaban di bab III.

Pada grafik 4.6 dengan pertanyaan ketujuh “Apa bentuk apresiasi atas pencapaian prestasimu yang paling ideal,” peserta didik mengurutkan kata-kata afirmasi, hadiah tunai, sekolah memfasilitasi program pelatihan, publikasi prestasi, dan yang terakhir penawaran sekolah untuk menjalankan programapprenticeshipsebagai bentuk apresiasi sekolah yang paling ideal.

GRAFIK 4.6 PERSEBARAN HASIL PERNYATAAN KETUJUH BAGIAN I 4.4.1 Kata-Kata Afirmasi

Kajian dari Hoque dan Mantasiah selaras dengan pernyataan Jennifer.

Jennifer mengatakan bahwa bentuk apresiasi merupakan cara yang paling mudah dan sederhana tetapi begitu berdampak. Kekuatan kata-kata afirmasi terdapat pada kuasanya untuk menggerakkan orang-orang agar terus maju karena penerima afirmasi ini jadi mengenali hal-hal yang dilakukannya dengan baik. Selain dari itu, kata-kata afirmasi ini bisa menjadi indikator untuk mengetahui kemampuan seseorang dan sangat efektif untuk meningkatkan penilaian kredibilitas kemampuan dirinya serta rasa percaya dirinya. Oleh sebabnya, kata-kata afirmasi ini dinilai Jennifer sebagai bentuk apresiasi yang sangat efektif dalam memotivasi dan juga mengembangkan dirinya. Ia juga menambahkan bahwa kata-kata afirmasi sangatlah kuat sampai-sampai ia juga bisa terdorong untuk menawarkan bantuannya kepada orang yang memberikan bentuk apresiasi ini padanya.

4.4.2 Hadiah Tunai

Kedua narasumber menambahkan wawasan unik yang tidak termasuk dalam kajian teori bahwa hadiah tunai kuranglah efektif jika diberikan pada orang-orang yang berasal dan sedang tinggal di keluarga yang kemampuan ekonominya menengah ke atas. Meski demikian, mereka juga mengakui bahwa insentif ekonomis bisa meningkatkan motivasi mereka, sesuai dengan teori yang diutarakan Eide dan Showalter. Keduanya, Dane dan Jennifer, setuju bahwa sebagai remaja yang kepetualangan dan ingin mencoba banyak hal, ketika mendapat uang, pasti merasakannya sebagai suatu capaian yang euforik. Namun, perlu dicatat bahwa efeknya tidak sekuat itu untuk menggerakkan dirinya untuk

menempuh usaha yang sekeras mempersiapkan sebuah kompetisi dibandingkan dorongan yang berasal dari dalam. Contohnya, keinginan untuk berkembang, hobi, passion, dan sebagainya.

Namun, Jennifer memberikan catatan yang unik dimana ia mengatakan bahwa pemberian hadiah dalam bentuk materi yang sedang dibutuhkan oleh orang itu sangatlah efektif. Ia menceritakan bagaimana hadiah IPhone 12 Pro merupakan hadiah yang begitu berkesan baginya karena pada saat itu ia begitu membutuhkan untuk hal membuat konten. Oleh karena itu, hadiah tunai jika ingin diberikan harus memahami terlebih dahulu kebutuhan penerimanya agar tujuan untuk meningkatkan motivasi dapat terwujud.

Adapun kekhawatiran dalam pemberian hadiah tunai yang seringkali diperdebatkan oleh ahli dibawa pada jawaban Dane. Dane juga mengatakan bahwa pemberian hadiah tunai harus diperhatikan sebab bisa beresiko pada penyimpangan tujuan seorang peserta didik dalam melakukan sesuatu. Dan pada kasus terburuknya, jika peserta didik kalah dan tidak menerima hadiah tunai sebagai imbalannya, peserta didik tersebut bisaburnt outdan berhenti tengah jalan atau bahkan berhenti sepenuhnya. Itulah yang perlu diperhatikan menurutnya.

4.4.3 Publikasi Prestasi

Kajian teori pada bab 2.1.2.3 membahas manfaat dari publikasi prestasi bagi peserta didik. Namun, Jennifer menambahkan mekanisme untuk melaksanakan kebijakan publikasi prestasi yang menurutnya ideal. Jennifer menilai bahwa publikasi prestasi yang telah dilakukan sekolah belum efektif sebab tidak terkesan seperti seorang manusia lain yang sedang menyelamatkan dia atas hasil pencapaiannya tetapi hanya terkesan sebagai suatu bentuk formalitas saja. “Hanya terkesan membaca saja,” ujarnya. Ia menggarisbawahi kurangnya personalisasi (pendalaman terhadap pribadi dan kisah perjuangannya) dan ucapan selamat yang dilakukan sekolah hanya terlihat sebagai template saja. Ia menjelaskan bahwa apresiasi bukan hanya untuk menghargai hasilnya saja, melainkan juga proses dibaliknya menuju prestasi itu. Jennifer juga percaya bahwa peserta didik yang tidak menang juga harus diapresiasi. “Mereka (sekolah) masih kurang berhasil untuk mengapresiasi proses di balik hasilnya (pada laman Instagram resmi sekolah).”

ujarnya.

Ia menambahkan bahwa menang itu tidak tanpa proses. Pasti ada proses di balik itu dan haruslah diapresiasi. Itulah yang seharusnya ditekankan saat memublikasikan. “Tanpa usaha, serasanya, what did you do?” Masalahnya, ketika orang-orang melihat unggahan Instagram tersebut (tanpa memperlihatkan prosesnya), audiens akan meremehkan hasil prestasi Anda. Namun, ketika sekolah

menunjukkan dukungan (supportnya) pada fitur komentar atau secara pribadi memberikan pesan. Jadi, publikasi prestasi akan ideal jika dibarengi dengan ulasan proses perjuangan peserta didik.

4.4.4 Memfasilitasi Program Pelatihan

Kedua narasumber juga memberikan wawasan lebih mengenai teknis program pelatihan oleh sekolah yang masih terbilang kurang. Dane mengatakan bahwa inisiatif baik dari guru pembimbing maupun dari diri sendiri masih menjadi prasyarat adanya program pelatihan. Dane menceritakan bagaimana Mr. Dedy selaku pelatih debatnya mendatangkan pelatih luar, Genesaret, untuk melatih tim debatnya. Selain itu, Dane juga menceritakan bahwa sparring pun merupakan hasil komunikasi pelatihnya dengan tim sekolah lain. Jadi, program pelatihan yang dirasakan belum yang sifatnya formal dari sekolah, melainkan hasil inisiatif diri sendiri dan pelatihnya.

Jennifer juga menceritakan bagaimana menjelang datangnya OSN, grup pelatihan barulah dibentuk ketika ia menanyakan program pelatihan kepada Mr.

Galang. Ia menuturkan bahwa jika dirinya tidak mendekati sekolah untuk membuat grup tersebut, grup itu belum tentu terbentuk dan pelatihan pastinya tidak akan terlaksana. Letak masalahnya ialah adakalanya tidak semua peserta didik berani untuk menanyakan pada guru, akan ada beberapa yang enggan untuk menanyakan hal seperti ini dan akibatnya tersesat tengah jalan. Selain dari itu, Jennifer juga melanjutkan bahwa dalam pelatihannya pun, Mr. Yosia hanya seorang diri mengurus peminat OSN Matematika sehingga begitu kewalahan. Akibatnya, perhatian yang diberikan Mr. Yosia tidak bisa merata dengan baik dan tidaklah optimal pelatihannya. Jadi, dalam program pelatihan pun, jumlah tenaga ahlinya masih sangat kurang.

4.4.5 Penawaran Sekolah untuk ProgramApprenticeship

Dari wawancara, manfaat program apprenticeship mengalami perluasan dimana peserta didik ternyata dapat merasa divalidasi dan berakibat pada meningkatnya rasa kepercayaan dirinya akan keterampilan dan talentanya. Dane dan Jennifer menyebutkan manfaat yang serupa dimana keduanya jadi merasa yakin akan keterampilannya karena dipercayakan oleh sekolah untuk membantu adik-adik kelasnya. Dari situlah, muncul rasa bahagia dalam menjalani program apprenticeship ini. Namun, Dane menambahkan dua catatan penting, 1) sebaiknya, alumni atau peserta didik yang memberikan program apprenticeship ini diberikan kebebasan untuk menentukan jadwal dan ketentuan lainnya agar tidak merasa dikekang dan diatur, 2) program hadiah tunai digabung dalam program apprenticeship dimana alumni atau peserta didik yang bersifat mengajari diberikan reward tersebut. Menurutnya, ia pasti akan bahagia karena, “aku bisa melakukan apa yang aku suka dan aku digaji. Ibaratnya, aku dapet pengalaman dan uang,”

ujar Dane.

Dokumen terkait