• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Syariah

Dalam dokumen analisis faktor-faktor yang mempengaruhi (Halaman 36-44)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

3. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh sebab itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.26

Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).27

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalam

26 Heri Sudarsono, Bank dan lembaga Keuangan syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hlm. 27.

27Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.

58.

mencapai sasaran dan tujuan ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.28

Beberapa karakteristik esesnsial yang dimiliki bank syariah yang membedakannya dengan bank konvensional sebagai berikut:29

Tabel 1.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan Kegiatan

Bank, Mekanisme dan Objek Usaha

Intermediasi, Jasa Keuangann

Intermediasi,

Manager Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan

Prinsip Dasar Operasi

Tidak anti riba dan anti maysir

Anti riba dan anti maysir

Prioritas Pelayanan - Bebas nilai (prinsip materialis)

- Uang sebagai Komodisi

- Bunga

- Tidak bebas nilai (prinsip syariah Islam)

- Uang sebagai alat tukar dan komoditi - Bagi hasil, jual

beli, sewa Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan public

Bentuk Keuntungan Tujuan social-

ekonomi islam, keuntungan

Evaluasi Nasabah Bank Komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi- porpose

Hubungan Nasabah Kepastian

pengembalian produk

dan bunga

(creditworthiness dan collateral)

Lebih hati-hati karena partisipasi dalam resiko

Sumber Likuiditas Jangka Pendek

Terbatas debitor- kreditor

Erat sebagai mitra usaha

28 Ascarya dan Diana Yumanita, Bank Syariah, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI, 2005), hlm. 4.

29Ibid., hlm. 12.

Pinjaman yang diberikan

Pasar Uang, Bank Sentral

Terbatas Lembaga Penyelesai

Sengketa

Komersial dan non komersial, berorientasi laba

Komersial dan nonkomersial,

berorientasi laba dan nirlaba

Resiko Usaha Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional

Struktur Organisasi Pengawas

- Resiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, resiko debitur tidak terkait langsung dengan bank

- Kemungkinan terjadi negative spread

- Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran - Tidak mungkin

terjadi negative spread

Investasi Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional Halal atau Haram Halal

b. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Beberapa fungsi dan peran bank syariah diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial institution) di antaranya, yaitu:

1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimya.

4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial yang lainnya.30

c. Tujuan Bank Syariah

Terdapat beberapa tujuan dari Bank Syariah diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Mengarahkan kegiatan ekonomi masyarakat untuk ber-muamalat secara Islami, khususnya muamalat yang berkaitan dengan perbankan, supaya terhindar dari praktek riba dan gharar (tipuan) karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi rakyat.

2) Untuk menciptakan suatu keadilan dalam bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan sosial antara pemilik modal dan yang membutuhkan dana.

3) Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

4) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.

30Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hlm. 39-40.

5) Untuk menyelamatkan ketergantungan masyarakat Islam terhadap bank non-syariah.31

d. Produk Bank Syariah

1) Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana pada Bank Syariah dapat berupa giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana nasabah atau masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.32

a) Prinsip Wadiah

Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.

Wadiah yad dhamanah berbeda dengan wadiah amanah.

Dalam wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, wadiah dhamanah pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab penuh atas keutuhan harta tititpan sehingga ia boleh memanfaaatkan harta titipan tersebut.

b) Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan bank sebagai pengelola (mudharib).

31Ibid., hlm. 40-41.

32 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 97.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh penyimpan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi dua di antaranya:

i. Mudharabah mutlaqah, dalam hal ini tidak ada batasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Bank memiliki kebebasan penuh untuk mengelola dana tersebut ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan.

ii. Mudharabah muqayyadah (RIA), terbagi menjadi dua, yaitu (1) mudharabah RIA on balance sheet merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

Sedangakan (2) mudharabah RIA of balance sheet merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebgai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.33

2) Produk Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah dibagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya di antaranya:

a) Prinsip Jual Beli (Ba’i)

i. Pembiayaan murabahah, adalah transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai

33Ibid., hlm. 99.

pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah dengan keuntungan (margin).34

ii. Pembiayaan salam, adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang yang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai.35

iii. Pembiayaan istishna’, pada produk ini menyerupai produk salam, tapi dalam istihna’ pembayarannya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.36

b) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya yaitu jasa.37

c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

i. Pembiayaan musyarakah, transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama.

ii. Pembiayaan mudharabah, adalah bentuk kerja sama antara dua atau pihak lebih dimana pemilik modal (shahib al-mal)

34 Sutan Reni Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek Hukumnya, (Jakarta: kencana, 2014), hlm. 190.

35Ibid., hlm. 251.

36Ibid., hlm. 257.

37Adi Waluyo Pariatno, Perbankan Syariah, (Jakarta: pkes publishing, 2007), hlm. 37.

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul al-maal dan keahlian dari mudharibi.38

d) Akad Pelengkap

i. Hiwalah (alih utang piutang), adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang tersebut.

ii. Rahn (gadai), adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

iii. Qardh, adalah peminjaman uang. Aplikasi qardh biasanya sebagai pinjaman talangan haji, pinjaman tunai, pinjaman kepada pengusaha kecil, dan sebagai pinjaman kepada pengurus bank.

iv. Wakalah (perwakilan), dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan, L/C, inkaso, dan transfer uang.

38Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 168.

v. Kafalah (garansi bank), dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.

3) Produk Jasa Bank

Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah juga dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut di antaranya, yaitu:

a) Sharf (jual beli valuta asing), pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

b) Ijarah (sewa), jenis kegiatan ijarah antara lain, penyewa kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

Dalam dokumen analisis faktor-faktor yang mempengaruhi (Halaman 36-44)

Dokumen terkait