• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

3. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata bangue dalam bahsa Perancis, dan banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Dalam Al- Qur‟an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplit. (Sudirman, 2013). Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur sepeerti stuktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah, (rampasan perang), bai’ (jual beli), daya (utang dangan), maal (harta) dan sebagainya, yang memilik fungsi yang dilaksanakan ooleh peran tertentu dalam dalam kegiatan ekonomi (Arifin, 2006)

Bank pada zaman Nabi SAW dan sahabat dapat diartikan sebagai satu Lembaga yang melaksanakan 3 fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Meskinpun pada masa Nabi SAW belum ada mengenal Lembaga yang bernama bank, akan tetapi praktik-praktik perbankan seperti menerima

33

titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan bisnis, serta melakukan pengiriman uang sudah dilakukan dan hampir sama dengan fungsi utama perbankan modern saat ini (Adiwarman, 2004).

Bank syariah berasal dari dua kata, yaitu bank dan Syariah. Kata bank bermakna suatu Lembaga keuangan yang berfungsi sebaga perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata bank dalam versi bank syariah dilakukan oleh pihak bank dan pihak bank lain untuk penyimpanan atau pihak atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam.

Dalam buku Sudarsono (2013), yang dimaksud bank syariah adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dana jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.

Bank syariah menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalah yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, selanjutnya, menurut Undang-undang Perbankan No. 12 Tahun 2008 menyatakan bahwa bank syariah adakah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha Syariah, mencangkuo keseimbangan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

34

Dalam buku Zanuddin Ali (2008) bank syariah adalah suatu Lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dan dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya. Sesuai dengan hukum islam, selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interst fee banking yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelaskan (gharar). Adapun firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Baqarah/2:275.

ٰر ِّۗ ِّسَوْلا َيِه ُيٰطْيَّشلا َُُطَّبَخَتَي ْيِزَّلا ُم ُْْقَي اَوَك َّلَِا َى ُْْه ُْْقَي َلَ اْٰب ِّشلا َى ُْْلُكْأَي َيْيِزَّلَا ا ُْْلاََ ْنًََُِّاِب ََِل

ْيَبْلا اَوًَِّا َف ى َِٰتًْاَف َِّٖب َّس ْيِّه ٌتَظِع َْْه ٍَٗءۤاَج ْيَوَف ِّۗاْٰب ِّشلا َم َّشَح َّ َعْيَبْلا ُ هاللّٰ َّلَحَا َّ ۘاْٰب ِّشلا ُلْثِه ُع اَه ََٗل

َى ُّْذِل ٰخ اَِْيِف ْنُُ ۚ ِساٌَّلا ُب ٰحْصَا ََِٕى ٰۤلُّاَف َداَع ْيَهَّ ِّۗ ِ هاللّٰ ىَلِا ٍُٗشْهَاَّ َِّۗفَلَس ٥٧٢

Terjemahnya:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikiaan itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan menghaaraamkan riba. Barang siapa mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah/2:275).

b. Ciri-ciri Bank syariah

Bank syariah atau atau bank Islam sbagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah menurut ketentuan Al-Qur‟an dan Al- Hadist, mempunyai beberapa ciri yang berbeda dengan bank konvensional.

Ciri-ciri ini bersifat universal dan kumulatif, artinya semua bank syariah yang beroperasi dimana saja harus memenuhi seluruh ciri tersebut karena apabila tidak maka hilanglah identitas sebagai bank syariah atau bank Isalam. Menurut Warkum Sumitro dalam Sudarsono (2003) ciri-ciri bank syariah adalah:

35

1) Beban biaya yang disepakati Bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku ddan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Dalam biaya tersebut hanya dikenalan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontak.

2) Penggunaan persentasi dalam hal ini kewajban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentasi bersifat melekat pada sisa ulang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.

3) Di dalam kontak-kontak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keunyungan yang pasti ditetapakndi muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiaya hanyalah Allah.

4) Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titippan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek=proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.

5) Dewan Pengawas syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasinya bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank islam harus menguasai dasar-dasar muamal Islam.

6) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatangi antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi Amanah, artinya berkewajiban

36

menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.

c. Perbedaan Bank syariah dan Bank konvensional

Bank syariah merupakan suatu sistem perbaankan yank dikembangkan berdasarkan hukum islam. Dimana usaha ini didasarkan oleh larangan Islam untuk memungut maupun meminjam dengan perhitungan bunga (riba) dan larangan berinvestasi di dalam usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak Islam. Hal mendasarkan yang membedakan Lembaga keuangan non Syariah dan Syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada Lembaga keuangan dan yang diberikan oleh Lembaga keuangn nasabah, maka dari itu muncullah istilah bunga dan bagi hasil (Wahab 2013). Selain perbedaan bank syariah dan bank konvensional diatas, menurut (Antonio, 2001) masih terdapat perbedaan lain sebagai berikut:

1) Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap adkad dalam bank syariah, baik dalam hal barang, perilaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti berikut:

a) Rukun 1) Penjual 2) Pembeli 3) Barang

37 4) Harga

5) Akad/ Ijab-qabul b) Syarat

1) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi halal demi hukum syariat.

2) Harga barang dan jasa harus jelas.

3) Tempat penyerahan (delivery) harus karena berdampak pada biaya transportasi.

4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan tidak boleh mejual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada ytansaksi short sale dalam pasar modal.

2) Lembaga Penyelesaian Sengkata

Pada bank syariah, jika terjadi perselisihan antara bank dan nasabah, penyelesaian masalah akan dilakukan di Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yaitu Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, dan bukan diselesaikan di peradilan negeri.

3) Struktur Organisasi

perbedaan mendasarkan dalam stuktur organisasi dalam bank konvensional dan bank syariah adalah adanya Dewan Pengawas syariah yang diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris Pada setiap bank. Selain itu, bank syariah memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional.

4) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

38

Bank syariah dalam melaksanakan bisnis dan usaha tidak terlepas dari saringan Syariah, sehngga bank syariah tidak mungkin membiaya usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan

Dalam bank syariah suatu pembiyaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya objek pembiayaan halal atau haram dan proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, serta hal- hal yang berkaitan dengan perjudian, usaha yang berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau berorietasi pada pengembangan senjata pembunuh massal dan yang dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5). Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan Syariah. Dalam hale tika, misalnya sifat Amanah dan shiddiq, harus melandai setap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan profeional (fathanah), dan mampu melaksakan tugas secara team-work dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan Syariah.

Selain itu cara berpakaian dan tingkah laku para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah Lembaga keuangan yang membawa nama besae Islam, sehu=ingga tidak ada surat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam mengahdapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga.

d. Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga

39

Dalam bank syariah, bank menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharring) yang menjanjikan adanya keadilan dan tidak ada pihak yang terekspektasi. Dalam sistem bagi hasil, keuangan dan kerugian ditanggung Bersama oleh kedua belah pihak. Sedangakan dalam bank konvensional, sistem riba flat money, commodity money, fractional reserve system dalam perbankan, dan pembolehan spekulasi menyembabkan penciptaan uang (kartal dan gital) dan tersedotnya uang di sector moneter untuk mencari keuntungan tanpa risiko. Akibatnya uang atau investasi yang seharusnya tersalur ke sector rill untuk tujuan produktif Sebagian besar lari ke sector moneter dan menghambat pertumbbuhan bahkan menyusutkan sector rill (Axcarya, 2008). Perbedaan Bungan dan bagi hasil dapatt dipahami lebih rinci pada pada tabel.

Tabel 2.1

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Eksistensi sistem bunga dirugikan (jika tidak dikecam) oleh semua agama.

Eksistensi dan keabsahan sistem bagi hasil tidak diragukan atau tidak ditentang oleh agama manapun.

Penetapan dan tingkat penentuan tingkat bunga dilakukan pada saat transaksi tanpa berpedoman pada utung rugi.

Penetapan dan penentuan rasio bagi hasil dilakaukan pada waktu akas dengan perpedoman pada kemungkinan terjadinya untung rugi Pembayaran tingkat bunga tetap

seperti yang diperjanjikan sebelmnya tanpa memperhatikna apakah proyek yang dilaksakan nasbah tersebut memperoleh keuntungan atau mengalami

Bagi hasil yang dilakukan tergantung kepada keuntungan proyek. Jika proyek tersebut tidak memperoleh keuntunga. Maka kerugian tersebut akan ditanggung secara Bersama oleh pihak bank

40

kerugian. syariah dan nasabah. Dengan kata

lain, sistem ini lebih kompomis berbanding sistem bunga dalam bank konveional.

Jumlah pembayaran bunga tidak akan meningkat walaupun keuntungan yang diperolwh nasabah berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang booming.

Jumlah pembagian laba akan meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan yang diperoleh dari sesuatu proyek.

Sumber: Irsyad Lubis (2010)

4. Teori Faktor-faktor yang menarik minat masyarakat muslim memilih menabung di bank konvensional.

Berbagai pandangan para ahli dikemukakan mengenai definisi minat konsumen. Menurut K otler dan Keller (2003: 181) minat konsumen bebarti sebuah perilaku konsumen di mana konsumen tersebut memiliki keinginan untuk membeli dan memilih suatu produk atau jasa tersebut. Konsumen dapat menggunakan serta menginginkan suatu produk atau jasa tersebut. Konsumen dapat menggunakan produk atau jasa tersebut untuk memberi keputusan dalam memilih kebutuhannya (Boyd, Walker Larreche, 2000: 6).

Terdapat beberapa faktor yang memenuhi konsumen yang dikemukakan oleh Kotlet, Brown dan Maken dalam Wibisaputra (2011: 29). Faktor yang pertama adalah situasi tidak terduga. Situasi ini terjadi secara tiba-tiba yang mana konsumen dengan spontan memilikiminat terhadap produk atau jasa tanpa adanya dorongan maupun keterpaksaan. Sementara faktor yang lain adalah sikap terhadap orang lain. Pada saat orang menggunakan suatu produk atau jasa, konsumen lain akan mempengaruhi niat pembelian konsumen lainnya, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, faktor-faktor yang

41

mempengaruhi minat konsumen, terdapat berbagai pandangan mengenai indikatir minat beli seoorangg konsumen.

Menurut Ferdinad (2006: 129) minat beli dapat didefinisikan melalui berbagai indicator. Pertama, minta transaksi yaitu kecenderungan konsumen untuk membeli produk atau jasa. Kedua, minat refrensial merupakan kecenderungan konsumen untuk merefrensikan atau menginformasikan produk atau jasa kepada orang lain. Ketiga, minat prefensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku konsumen yang memeiliki minat utama pada produk dan jasa tersebut. Keempat minat eksploratif merupakan minta yang menggambarkan perilaku konsumen yang selalu mencari informasi-informasi lain mengenai produk dan jasa yang dimiinatinya sehingga tahu sifat-sifat positif yang terdapat dalam produk atau jasa tersebut. Indikator lain menurut Hawkins, dkk (2007) yang mencerminkan minat beli konsumen terdiri dari tiga poin, yaitu:

a. Mereferensikan produk tersebut ke orang lain, yaitu dengan menginformasikan produk atau jasa kepada orang lain sehingga orang lain tau dengan produk atau jasa tersebut

b. Keinginan untuk menggunakan produk yang sama, yaitu denganadanya informasi tentang niai positif dari produk atau jasa yang ada konsumen akan memiliki minat untuk menggunakan produk atau jasa itu juga.

c. Konsumen ulang berdasarkan evaluasi produk yang baik, produk atau jasa tesebut dinilai baik oleh kunsumen maka konsumn akan menggunakan produk atau jasa tersebut secara berulang-ulang.

1) Produk Bank syariah di Indonesia

42

Sama seperti bank konvensional, bank syariah juga berperan menghimpunan dana dari pihak berlebihan dana dan menyalurkannya kepada pihak yang kekeurangan dana sehingga, bank syariah memiliki produk0peoduk yang regolong dalam (Sudarsono, 2013).

1) Produk Penyaluran Dana (financing)

Dalam melakukan penyaluran dana bank syariah melakukan metode sebagai berikut:

a) Prinsip Jual-Beli

Prinsip jual beli dilaksanakam sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

b) Pembiayaan Murabahah

Mudharabah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah dan tidak terlalu memberatkan calon pembeli. Bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli kepada pemasuk, dan kemudian menjualnya kepada nasabahn dengan harga yang ditambah keuntungan.

c) Pembiayaan Salam

pembiayaan salam adalah transaksi jual-beli dan barang yang diperjualbelikan akan diserahkan dalam waktu yang akan datang. Tetapi pembayaran kepada nasabah dilakukan secara tunai. Dapat disampaikan bahwa yang dipesan belum ada namun dilakukan pembayaran dimuka.

d) Prinsip Istishna

43

Istisnah merupakan produk yang sejenis dengan salam, akan tetapi dalam istishna pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

2) Prinsip Sewa (ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Pada ijarah, objek transaksinya adalah jasa sedangkan pada jual-beli adalah barang.

3) Prinsip Bagi Hasil a) Al-Musyarakah

Musyarakah adalahkerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suat tertentu di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung Bersama sesuai kesepakatan.

b) Al-MUdharabah

Mudharabah adalah akad Kerjasama usaha antara dua pihak dimna pihak pertama (h=shibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangnkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung opeh pemilik modal selama kerugian itu buka akibat kekalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

4) Akad Pelengkap

44

Akad pelengkap tidak ditunjukan untuk mencari keuntungan, namun untuk mempermudah pelaksaan pembayran dan diperolehkan untuk meminta penggati biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksankanakad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.

a) Al-HIwalah

Hiwalah adalah memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang mahal alath).

b) Ar-Rahn

Rahn adalah salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

c) Al-Qardh

Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orag lain yang dapt ditagi atau dimintaki Kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanoa mengharapkan imbalan.

e) Al-Wakalah

Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seornag pihak pertama kepasa orang lain sebagia [ihka kedua dalam hal-hal ini yang diwakilkan.

e) Al-Kafalah

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penggung (kail) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggumg. Dalam pengertian tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.

45

2) Produk Penghimpuna Dana (funding) a) Sumber Dana

Dana bank syariah dapat diperoleh dari modal, titipan, investasi, dan investasi Khusus yaitu Al-Wadiah. Al-Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembangkan kaan saja simoenerima kehendaki.

b) Investasi

(1) Al-Mudharabah

Mudharabah dilaksanakan dengan penyimpanan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).

(2) Al-Mudharabah Mutlaqah

penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Prinsip ini tidak membatasi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

c) investasi Khusus

Al-mudharabah Muqqayyadah On Balance Sheet. Mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksanaan usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksanaan usaha.

3) Produk Jasa (Service) 1) Al-Sharf

46

Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya atau jual-beli mata uang asing. Jual-beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

2) Al-Ijarah

Jasa yang disediakan oleh pihak bank yang termasuk dalam akas ijarah adalah seperti penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapatkan imbalan sewa dari jasa tersebut.

2) Lokasi

Lokasi merupakan elemen yang penting dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dengan pemilihan lokasi yang tepat juga akan memberikan nilai tambah oleh konsumen pengguna jasa atau barang. Konsumen cenderung memilih suatu produk yang memiliki yang dapat dengan mudah diakses oleh konsumen. Sedhingga dapat disimpulkan bahwa sebuah lokasi yang tepat atau strategis dapat menjadi bagian dari keberhasilan pemasaran.

Lokasi menurut Lupiyoadii dalam peneliatin Tyan (2012) adalah tempat dimana prusahaan harus bermarkas melakukan oprerasi. Jasa tidak dipasarkan melaluo saluran distribusi tradisional seperti halnya barang fisik. Akan tetapi dalam jasa ada dua kemungkinan seperti yang ditulis dalam buku Tjipiono (2000), yaitu pertama, pelanggan mendatangi pelanggan. Dalam hal pelayanan perbankan, maka terjadi kemungkinan pertama yaitu pelanggan mendatangi lokasi fasilitas, maka dari itu lokasi merupakan alah satu elemen penting dalam pemasaran perbankan. Semakin dekat lokasii Bank akan memberikan dorongan kepada nasabah untuk menggunakan jasa bank teesebut, namun semakin jauh

47

lokasi bank, akan mengurangi dorongan kepada nasabah untuk menggunakan jasa tersebut. Pertimbangan dalam penentuan lokasi yang dijalarkan dalam penelitian Tyas (2012) yang dikutip dari Tjipiono (2000) adalah sebagai berikut:

a. Akses, misalnya lokasi yang didalam atau mudah dijangkau saranan transportasi umum.

b. Visibititas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

1) Lalu Llintas traffic) dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangankan, yaitu:

a) Banyaknya orang yang lalu Lalang bisa memberikan peluang terjandinya impulse buying.

b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan.

2) Tempat parkir yang luas dan aman

3) Ekspansi yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha dikemudian hari

4) Lingkungan yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

5) persaingan yaitu lokasi pesaing.

6) persatuan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang bengkel berdekatan dengan tempat pemukiman penduduk

3) Pelayanan

Menurut Charffery (2009) pelayanan adalah seluruh aktifitas ataupun manfaat yang pada dasarnya tidak berwujud yang dapat diberikan kepada orang lain namun tidak menimbulkan apapun. Menurut Kotler dan Keller (2009) service adalah setiap Tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak lain, yang pada dasarnya tidak ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.

48

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa iservice adalah seluruh aktifitas, tindakan, kinerja ataupun manfaat yang pada dasarnya tidak berwujud, yang dapat diberikan dari saru pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan keemilikan akan sesuati atau apapun.

Menurut Triptono (2005) ada empat karakteristik pokok pada service yang membedakan dengan produk barang, yaitu:

a. Intangibili

Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau didengar sebelum dibeli. Jasa berbeda dengan barang, jika barang menggunkan objek, alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja atau usaha

b. inseparability

Barang biasnya diproduksi, kemudin dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikomsumsi secara bersamaan.

c. Variability

Jasa merupakan komoditasi tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, kama jasa tersebut akan berlalu begitu saja.

4) Promosi

Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan kegiatan baik produk, harga, pelayanan dan lokasi. Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung.

Dokumen terkait