• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar

Dalam dokumen ERFA SAHNITA-FITK.pdf (Halaman 58-65)

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

A. Kajian Teori

3. Belajar

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Baron and Donn menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjukkan oleh beberapa karakter, seperti inisiatif, rajin dan aktif dalam belajar, tidak mudah puas, tepat waktu dan disiplin, selalu berusaha untuk belajar dengan hasil terbaik. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mendorong dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi memiliki kemampuan untuk mengaktifkan, memobilisasi, saluran dan mengarahkan sikap dan perilaku seorang pelajar.45

pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Dalam The Guidance of Learning Activities W. H. Burton mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.48

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap, yang berlangsung dalam dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat relatif konstan.

b. Arti Penting Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Kata belajar memiliki arti yang penting dalam pembentukan anak sebagai manusia. Begitu pula dalam pendidikan bagi manusia, belajar memiliki arti yang sangat penting.

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.49 Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.

Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada

48Eveline Siregar, dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), Cet. – 2, h. 4

49Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. – 18, h. 93

tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mencapai proses perubahan manusia itu.

c. Faktor yang Memengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar setidaknya dibagi dalam tiga bagian, yaitu:50

1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang baik dapat memengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh seseorang yang lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau inteligensinya sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan mungkin tidak optimal.

b) Faktor Psikologis

Kebutuhan psikologis terdiri atas: inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.

(1) Inteligensi

Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan berpikir seseorang. Orang yang memiliki inteligensi tinggi akan cepat dan tepat dalam menganalisis, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan, menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus. Tentu saja cepat atau lambatnya inteligensi atau daya pikir seseorang sangat besar

50Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoretis dan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet.- 1, h. 199-205

pengaruhnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui seseorang cepat atau lambat dalam inteligensi dapat diukur dengan alat-alat inteligensi.

(2) Sikap

Secara etimologi dalam istilah bahasa Inggris disebut attitude, memiliki pengertian perilaku. Secara terminologi sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap objek (orang, barang, dan sebagainya) baik secara positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang mneyukai pelajaran tentu akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak mneyukai suatu pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik dalam pelajaran tersebut.

(3) Bakat

Secara umum bakat memiliki pengertian sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Setiap anak memiliki potensi atau kemampuan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki sehingga bakat itu dapat dikembangkan secara optimal.

(4) Minat

Minat memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat ini,

dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang studi tertentu.

(5) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai pemasok gaya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan. Termasuk dalam motivasi instrinsik anak sebagai pelajar adalah perasaan menyenangi untuk mempelajari suatu materi. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri anak yang mendorongnya untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk rajin belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga termasuk dalam contoh motivasi ekstrinsik.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah keadaan lingkungan yang dapat memengaruhi seseorang pada saat belajar. Keadaan lingungan dibagi dalam dua kategori, yaitu: lingkungan sosial (orang tua, saudara, guru, teman, masyarakat) dan nonsosial (lingkungan tempat tinggal/belajar, alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar sebenarnya tidak begitu penting yang penting adalah kesiapan memori menerima materi).

a) Lingkungan Sosial (1) Keluarga

Keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan saudara merupakan tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi anak. Dari orang tua (ayah dan ibu) anak belajar tentang nilai-nilai keyakinan, etika, norma-norma ataupun keterampilan hidup. Dengan saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang rasa, saling menghormati, dan menghargai.

(2) Sekolah

Dalam lingkungan sekolah anak akan sering berinteraksi dengan guru-guru dan teman-temannya. Dari merekalah anak belajar banyak hal. Jika anak berinteraksi dengan para guru dan teman-teman yang baik, maka anak akan belajar banyak hal yang positif. Namun jika lingkungan di sekolah tidak memberikan dampak belajar yang positif, anak akan memiliki perilaku yang cenderung menyimpang.

(3) Masyarakat

Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial anak dalam belajar adalah masyarakat. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Jika keluarga-keluarga dalam masyarakat itu baik, anak-anak mendapat konstribusi yang juga baik dalam proses interaksinya.

Namun sebaliknya, jika lingkungan dalam masyarakat itu buruk, anak cenderung akan terpengaruh menjadi negatif.

b) Lingkungan Nonsosial

(1) Lingkunga tempat tinggal/belajar

Lingkungan tempat tinggal seperti tempat tinggal keluarga (rumah), dan tempat belajar di sekolah (ruang kelas, sekolah) berpengaruh pada proses belajar anak.

Kondisi rumah yang nyaman (ruang yang luas, bersih ventilasi cukup) berpengaruh pada belajar anak. Sedangkan rumah dengan ruangan yang sempit, kotor, gelap akan membuat anak kurang optimal dalam belajar.

(2) Alat-alat belajar

Alat-alat belajar merupakan instrumen-instrumen yang dapat membantu mengoptimalkan proses belajar anak. Anak yang dilengkapi dengan alat-alat belajar yang cukup dibandingakan dengan anak-anak yang tidak atau kurang dilengkapi alat-alat belajar yang cukup, hasilnya tentu akan berbeda. Terlebih proses pembelajaran yang perlu diiringi dengan praktik, ketiadaan alat-alat belajar itu akan menghambat anak menjadi tidak terampil.

(3) Keadaan cuaca (alam)

Cuaca yang cerah dan bersahabat tentu akan menambah anak semangat untuk belajar. Kondisi cuaca pada saat turun hujan besar di pagi hari, adanya badai, banjir atau terjadinya musibah gunung meletus tentu akan menghambat anak untuk melakukan aktivitas belajarnya.

Meskipun tekad kuat seseorang untuk belajar dapat menghalau keadaan apapun, tetapi jika kondisi cuaca mengancam jiwa anak maka tentu saja anak harus mengurungkan tekadnya dan mengganti waktu belajar yang hilang di waktu yang lain.

(4) Waktu

Ada waktu-waktu yang tepat untuk anak dapat belajar maksimal. Mungkin semua waktu dapat dijadikan momen-momen untuk belajar. Namun ada waktu-waktu yang paling tepat sehingga belajar akan optimal. Pemilihan waktu belajar dapat dipertimbangkan sesuai dengan faktor psikologi.

3) Faktor Pendekatan dalam Belajar

Pendekatan dalam belajar merupakan keefektifan segala cara atau bagian dari strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Faktor pendekatan dalam belajar hendaknya diperhatikan oleh para pendidik dan peserta didik itu sendiri. Faktor pendekatan belajar juga diyakini sebagai salah satu cara yang berpengauh terhadap taraf keberhasilan belajar atau prestasi, baik yang dicapai oleh pendidik maupun peserta didik itu sendiri.

Dalam dokumen ERFA SAHNITA-FITK.pdf (Halaman 58-65)

Dokumen terkait