KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian berpikir kritis
Berpikir tidak terlepas dari aktivitas manusia, karena berpikir merupakan ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk
43 lainnya. Abdi, A. (2012) menyatakan bahwa karakteristik dasar manusia adalah kemampuan berpikir. Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang di dalamnya termasuk berpikir kritis.
Stobaugh (2013) bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses analisis yang disengaja dan melibatkan pemikiran yang asli. Berpikir kritis merupakan pengolahan pengetahuan untuk menghasilkan solusi yang tepat dan potensial dalam menyelesaikan masalah . Seorang pemikir kritis mengutamakan pembuatan keputusan yang reflektif dalam penyelesaian masalah untuk menganalisis situasi, mengevaluasi argumen, dan membuat kesimpulan yang tepat.
Pemikir kritis memiliki hasrat untuk mencari kebenaran ketika kebenaran mungkin bertolak belakang dengan keyakinan-keyakinan yang sudah lama dipegang. Kesimpulan yang diambil bukan hanya mengada- ada tapi melalui suatu proses analisis yang cermat, dilanjutkan dengan mengevaluasi suatu argumen untuk menemukan suatu kesimpulan yang tepat. Seorang yang berpikir kritis juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk memahami makna yang sebenarnya untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya berdasarkan bukti- bukti. Berpikir kritis sangat penting, tanpa ada keterampilan berpikir kritis, informasi yang didapatkan dapat membuat kesimpulan keliru. Berpikir
44 kritis sangat berperan dalam perkembangan saat ini, Gedik, H. (2013) ”In Primary school education, teachers may assume important roles in contributing to the development of the critical thinking skills of their students” Guru harus berkontribusi dan berperan penting dalam menanamkan serta mampu menyiapkan siswa dalam berpikir kritis dari suatu masalah yang terjadi.
Judge, Jones, & McCreery (2009), berpikir kritis diartikan sebagai kemampuan mengevaluasi pemikiran untuk mengetahui kelebihan dan kelemahannya, serta membangun kembali pemikiran itu dalam tingkatan yang lebih baik. Lebih lanjut, Moore (2015) mengemukakan bahwa berpikir kritis itu lebih kompleks dan didasarkan pada objektivitas dan konsistensi. Siswa harus diajarkan untuk mengubah pemikiran mereka dari menebak ke memperkirakan, memilih ke mengevaluasi, mengelompokkan ke mengklasifikasi, percaya ke asumsi, menyimpulkan ke kesimpulan logis, menghubungkan antar konsep, mencatat antar hubungan konsep, seandainya ke hipotesa, pendapat tanpa alasan ke pendapat yang beralasan dan membuat evaluasi dengan kriteria.
Wallace, E.D. & Jefferson, R.N. (2013) “Critical thinking skills are essential when conducting information research, and yet many young people today experience few opportunities to develop their thinking skills, and “lack experience with [these] habits of mind” Untuk mengumpulkan informasi, keterampilan berpikir kritis sangat penting, namun saat ini
45 kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kurang terlatih, guru kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Bukan hanya mengajar kemampuan yang perlu dilakukan tetapi juga mengajar sifat, sikap, nilai dan karakter yang menunjang berpikir kritis. Artinya anak-anak perlu dididik untuk berpikir kritis. Berpikir kritis juga dapat melatih berbagai keterampilan siswa dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam kelas. Basshman (2011) menyatakan 3 jenis keterampilan yang dapat dilatih melalui berpikir kritis, yaitu siswa dapat memahami argumen dan pendapat orang lain, kritis mengevaluasi argumen dan pendapat orang lain, mengembangkan dan mempertahankan argumen dan pendapat sendiri dengan baik. Keterampilan ini akan memudahkan untuk memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat sendiri, dan lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.
Pada prinsipnya orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Jika belum memiliki cukup pemahaman, maka mereka juga mungkin menangguhkan keputusan mereka tentang informasi itu. Hal ini senada
46 dengan Leicester & Taylor (2010), Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir lebih dalam dan jelas tentang apa yang sedang dipercayai seperti mengolah, meyakini akan kebenarannya, sebagai pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi, baik melalui membaca media dan sumber lainnya untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Ennis (Alec Fisher, 2009) memberikan definisi berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam pengertian ini penekanan yang diberikan adalah pengambilan keputusan yang dilakukan harus masuk akal dan berpikir reflektif melihat dari semua aspek. Pemikir kritis tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, pemecahan masalah harus dipikir matang-matang berdasarkan bukti yang sudah ditemukan. Sejalan dengan hal tersebut, Costa (1985) menjelaskan bahwa belajar kritis tidak dapat dilakukan secara langsung, seperti halnya belajar tentang materi, tetapi dilakukan dengan cara mengaitkan berpikir kritis secara efektif dalam diri siswa. Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir, yaitu melalui belajar menalar, dimana proses berpikir diperlukan keterlibatan aktivitas si pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, adalah memberi sejumlah pertanyaan, membimbing dan mengkaitkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
Feldman, D. A. (2010) Berpikir kritis mencakup tindakan untuk mengevaluasi situasi, masalah atau argumen, dan memilih pola
47 investigasi yang menghasilkan jawaban yang terbaik yang bisa didapat.
Berpikir kritis mengandung makna sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri. Dalam proses berpikir kritis, seseorang akan mengalami berbagai pertimbangan dari berbagai aspek untuk menentukan suatu tujuan yang menghasilkan jawaban yang terbaik.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses mental yang meliputi kemampuan menganalisis dan mengevaluasi segala sesuatu berdasar bukti-bukti yang ada sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dan membuat keputusan- keputusan. Kemampuan berpikir kritis ini tentu saja harus didukung dengan wawasan dan pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh seseorang sehingga dengan wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya itu ia bisa membuat berbagai pertimbangan, analisa, dan evaluasi meskipun ada kemungkinan pengetahuan yang dimilikinya bisa terkoreksi oleh pengetahuan-pengetahuan baru yang dirasakan lebih sesuai atau lebih mendekati kebenaran berdasarkan penalaran dan akal sehat.
b. Tahapan-tahapan berpikir kritis.
Melatih siswa agar mampu berpikir kritis harus ditempuh melalui beberapa tahapan. Proses berpikir kritis bukan tindakan yang sederhana, menerima informasi dan siap menerimanya. Berpikir kritis melibatkan proses berpikir yang aktif dan menganalisis apa yang kita terima. Fahim,
48 M. (2012) menyatakan tahapan-tahapan berpikir kritis, yaitu identifikasi masalah, membuat keputusan dengan menggunakan penalaran metodis, penalaran dengan pengumpulan informasi, dan merumuskan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, mengevaluasi hipotesis yang nantinya merupakan penerimaan atau penolakan hipotesis. Kemampuan berpikir kritis bukan sesuatu bawaan sejak lahir, sehingga dapat diajarkan kepada siswa. Kemampuan ini dapat ditingkatkan melalui kegiatan praktek yang dapat diidentifikasi dan kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan yang valid.
Kemampuan untuk berpikir kritis sangat bermanfaat bagi siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Chukwuyenum, A. N.
(2013) “Critical Thinking has been one of the tools used in our daily life’s to solve some problems because it involves logical reasoning, interpreting, analysing and evaluating information to enable one take reliable and valid decisions” Mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan penalaran yang logis, menafsirkan, menganalisis, serta mengevaluasi menjadikan berpikir kritis sebagai suatu alat yang mampu membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal senada juga dijelaskan Cekin, A. (2015), Kemampuan berpikir kritis melibatkan pembelajaran yang lebih maju daripada hanya menghafal fakta, mereka memungkinkan orang untuk menganalisis topik, mengevaluasi solusi, dan mensintesis pendapat mereka sendiri. Dengan keterampilan tersebut, kesimpulan yang ditarik lebih dapat dipertanggungjawabkan dan tepat.
49 Siswa yang mampu berpikir kritis adalah siswa yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apa sikap mereka tentang informasi itu. Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini senada dengan Ciachai, L. & Haiduc, L. (2009) bahwa kemampuan berpikir memungkinkan siswa untuk mengasimilasi konsep yang lebih cepat dan juga menyediakan skema yang memungkinkan siswa untuk terlibat dan menanggapi masalah yang kurang dijelaskan, sehingga siswa lebih siap untuk menanggapi masalah dalam kehidupan pribadinya. Kemampuan berpikir kritis juga memiliki implikasi yang positif terhadap lingkungan belajar siswa yang menganggap dirinya mempunyai kontribusi aktif dalam pembelajaran di dalam kelas dan dapat menjadi sarana pemberdayaan siswa untuk lebih memahami dunia di sekitar mereka sendiri.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang interaktif. Agar pembelajaran dapat interaktif, maka desain pembelajarannya harus menarik sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, bukan seorang yang diajar. Adapun peran guru sebagai
50 mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu siswa dalam belajar dan bukan mengajar.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sebagaimana dijelaskan Duruk, U &
Akgun, A. (2016) bahwa guru memiliki tanggung jawab sangat penting untuk generasi berikutnya untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menjadi fasilitator yang baik bagi siswa untuk terampil berpikir kritis. Untuk mencapai hal ini, guru perlu memperbaiki diri dalam hal pemikiran kritis. Dengan kata lain, guru harus memberi pengawasan agar bisa melakukan analisis, interpretasi, evaluasi dan untuk melakukan keterampilan tersebut untuk memastikan penilaian yang masuk akal mengenai situasi tersebut.
Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena melalui keterampilan berpikir kritis, siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.
Saat ini siswa sudah terbiasa pasif, hanya menghafal dan mengingat informasi, guru kesulitan melibatkan siswa dalam proses berpikir kritis dalam sebuah pembelajaran. Peter, E. E. (2012) menyatakan ada 4 hal yang menjadi hambatan yang sering menghambat integrasi berpikir kritis dalam pendidikan, yaitu guru kurang terlatih dalam metodologi berpikir kritis, kurangnya informasi, prasangka dan
51 keterbatasan waktu. Guru tahu konsep mereka dan menerima pelatihan dalam metode pengajaran, tetapi sedikit jika ada pelatihan mereka yang dikhususkan tentang bagaimana mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
Hal lain pula adalah kurangnya informasi, beberapa bahan ajar menyediakan sumber daya berpikir kritis. Beberapa buku teks memberikan pertanyaan diskusi pemikiran kritis berdasarkan bab, tetapi bahan ajar seringkali kekurangan sumber daya tambahan berpikir kritis.
Selanjutnya yaitu prasangka, ada keberpihakan bias pribadi melarang berpikir kritis karena mereka meniadakan kemampuan analisis seperti menjadi adil, berpikiran terbuka dan ingin tahu tentang konsep yang sedang diajarkan. Hal yang terakhir adalah kendala waktu merupakan hambatan untuk mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis di dalam kelas. Guru sering memiliki banyak materi untuk diajarkan dalam waktu yang singkat. Proses pembelajaran yang terjadi hanya mengejar materi untuk diajarkan tanpa ada proses pembelajaran yang melatih siswa untuk berpikir kritis.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa bukan hanya dilakukan dalam proses pembelajaran, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan menciptakan lingkungan yang menunjang siswa untuk berpikir kritis. Selain itu, pemerintah melalui sistem pendidikan juga memiliki peran dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Bakir, S. (2015) mengungkapkan bahwa sistem pendidikan memberikan kontribusi untuk masa depan masyarakat dan tingkat kesejahteraannya. Jika sistem
52 pendidikan tidak menumbuhkan pemikiran yang bebas, maka akan menghasilkan individu yang menerima apa yang mereka diberitahu tanpa mempertanyakan dan tidak dapat membuat keputusan dengan mudah.
Idealnya sistem pendidikan saat ini memiliki tujuan untuk membesarkan individu yang inovatif, melek teknologi dan dapat berpikir kritis. Hal itu dimaksudkan agar generasi mendatang dapat menjawab tantangan bangsa di zaman globalisasi seperti saat ini.
c. Indikator berpikir kritis
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis, Ennis (Costa, 1985) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:
1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2) Membangun keterampilan dasar (basic support).
3) Menyimpulkan (interference).
4) Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5) Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).
Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya dituliskan dalam tabel berikut:
53 Tabel 2.4. Aspek berpikir kritis menurut Ennis (Costa,1985)
Aspek Berpikir
Kritis Indikator Berpikir Kritis 1. Memberikan
penjelasan sederhana
1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
2. Membangun keterampilan dasar
4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil
induksi
8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
4. Membuat
penjelasan lebih lanjut
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi
10. Mengidentifikasi asumsi 5. Strategi dan
taktik
11. Memutuskan suatu tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain
Lastriningsih (2017) mengemukakan aspek kemampuan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menyimpulkan.
Mengidentifikasi masalah berarti mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Menganalisis berarti mampu menghubungkan informasi yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah. Sedangkan menyimpulkan berarti mampu menyusun kesimpulan berdasarkan hasil analisis.
54 Lai (2011) mengemukakan beberapa kemampuan khusus yang dimiliki orang-orang dengan kemampuan berpikir kritis, yaitu.
1) Kemampuan untuk menganalisis argumen-argumen, klaim, dan bukti-bukti.
2) Kemampuan untuk membuat kesimpulan menggunakan penalaran induktif dan deduktif.
3) Kemampuan untuk menilai atau mengevaluasi berdasarkan alasan yang kuat dan masuk akal.
4) Dan kemampuan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah.
Lebih lanjut, Lai (2011) juga mengemukakan beberapa kemampuan lain yang diidentifikasikan berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis meliputi membuat dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi, mendefinisikan istilah, mengidentifikasi asumsi-asumsi, menginterpretasi dan menjelaskan, menalar secara verbal, terutama dalam hubungannya dengan konsep kemungkinan dan ketidakpastian.
Fisher (2009) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan untuk (1) mengenal masalah, (2) menemukan cara- cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, (5) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas, (6) menganalisis data, (7) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, (8) mengenal
55 adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, (9) menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan, (10) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang diambil, (11) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan (12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis memiliki berbagai dimensi. Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan indikator kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan karakteristik siswa SD dalam pembelajaran IPA yang menggunakan problem based learning yaitu. (1) Memberikan penjelasan sederhana, (2) Membangun keterampilan dasar, (3) Menyimpulkan, (4) Memberikan penjelasan lanjut, (5) Mengatur strategi dan taktik.
Pemilihan indikator didasarkan pada pertimbangan bahwa tidak semua indikator dapat terlihat (mudah diukur) dari hasil jawaban siswa atas suatu tes. Misalnya indikator dari aspek berpikir kritis kelima dari Ennis (1985) yaitu berinteraksi dengan orang lain akan lebih dapat diukur jika menggunakan teknik non-tes. Selain itu, beberapa indikator yang disampaikan oleh beberapa ahli memiliki kemiripan.