BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori
4. Bimbingan dan Konseling
a. Pengetian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna.Sertzer dan Stone (1996:3) menemukan bahwa guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct,pilot,manager,or steer (menunnjukan, menentukan, mengatur, dan mengemudikan).13Menurut Prayitno dan Emran bimbingan adalah proses proses pemberian bantuan yang di lakukan oleh orang yang ahli kepada
13 Sutirna,Bimbingan dan Konseling,( Yogyakarta: CV Andi Offset,2013),hlm.10-11.
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasrkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan menurut Mohammad Surya bimbingan adalah suatu proses beriorientasikan belajar dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang, dimana konselor yang memiliki kemampuan professional dalam bidang bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis,berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tesebut,dalam hubungannya dengan keseluruhan program ketenangan,supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamantentang dirinya untuk realistik,sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat bahagia dan lebih produktif.14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang di berikan oleh seorang yang ahli dan memiliki kamampuan professional kepada seorang individu maupun klompok agar dapat mengembangkan dirinya sendiri,menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya,sehingga konseli menjadi orang yang bahagia dalam menjalani kehidupannya.
14 Saiful Ahyar Lubis,Konseling Islami,(Yogyakarta: Elsaq Press,2007).hlm.38.
b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Fungsi bimbingan dan konseling di antaranya :
1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memili pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
2) Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak di alami oleh konseli.
3) Fungsi pengembagan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya yang lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa brupaya untuk menciptakan suasana yang kondusif.
4) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
5) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memeilih kegitatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri keperibadian lainnya.
6) Fungsi adaptasi.
7) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinanis dan konstruktif.
8) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimibngan dan konseling utnuk membantiu konseli sehingga dapat memerbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak.
9) Fungsi fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10) Fungsi pemliharaan, yaitu fungsi bimngan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
c. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah – masalah pribadi sosial. Yang tergolong dalam masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan dengan lingkungan pendidikan, masyarakat tempat mereka tinggal, dan peyelesaian konflik.15
d. Tujuan Bimbingan Koseling pribadi sosial
Dalam buku Feni Hikmawati tujuan bimbingan dan konseling tekait dengan aspek pribadi-sosial adalah sebagai berikut:
15 Syamsu Yusuf, L. N, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan &Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.11.
1. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan( anugrah) dan yang tidak menyenangkan(musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik secara fisik maupun psikis.
5. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
7. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.
9. memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.
10. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.
11. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.16 e. Bentuk – bentuk Bimbingan pribadi sosial
Ada beberapa bentuk bimbingan pribadi sosial: 17 pertama, bimbingan terkait problem penyesuaian diri. Tidak semua santri dapat beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Dalam suatu lembaga pondok pesantren pasti selalu ada santri yang memiliki kekurangan tersebut. Santri dapat dikatakan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri secara baik apabila mamapu beradaptasi dengan lingkungan keluarga, pondok pesantren dan masyarakat. Karakteristik penyesuaian diri tersebut adalah sebagai berikut.18
1. Di lingkungan keluarga
a) Menjalin hubungan yang baik bersama keluarga.
b) Mentaati peaturan yang di tetapkan orang tua.
c) Menerima tanggung jawab dan batansan-batasan norma dalam keluarga.
2.Di lingkungan pondok pesantren
a) Menerima peraturan pondok pesantren
16 Fenti Hikmawati, Bimbingan &Konseling,(Jakarta: Rajawali Pers,2014),hlm.69-70.
17 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), hlm. 125.
18 Syamsul Yusuf, Psikolgi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2010), hlm.199.
b) Ikut berpartisipasi dalam kegiatan pondok pesantren c) Menjalin persahabatan dengan teman- teman pondok
d) Bersikap hormat terhadap pimpinan pondok pesantren dan para ustadz.
3. Di lingkungan masyarakat
a) Mengakui dan respek terhadap hak- hak orang lain.
b) Menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain c) Bersikap simpati terhadap orang lain
d) Bersikap respek terhadap nilai- nilai, hokum, tradisi, dan kebijakan- kebijakan masyarakat.
Kedua, bimbingan terkait problem menghadapi konflik santri.
Merupakan suatu yang wajar jika remaja memiliki rasa ingin tau yang tinggi terhadap hal- hal yang baru, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak- anak menuju dewasa. Macam-macam konflik yang di hadapi remaja juga mulai bermunculan, konflik tersebut adalah konflik terhadap orang tua,konflik sesama temen, maupun konflik kepada ustadz.
Macam- macam konflik yang di hadapi santri:
1. Konflik sesama teman
a) Timbulnya persaan benci karena status sosial yang berbeda
b) Iri terhadap prestasi teman, sehingga menimbulkan kecurangan dalam bersaing.
c) Berkelahi karena berebut teman dekat, emosi dan lain-lain.
2. Konflik dengan orang tua
a) Merasa di bedakan dalam keluarga sehingga mersa asing.
b) Timbulnya perasaan benci karena orang tua yang tidak adil.
c) Kurangnya perhatian dari orang tua.
Ketiga, bimbingan terkait problem santri. Dengan adanya bibmingan dari orang tua ataupun pondok pesantren maka santri akan menuju kearah pergaulan yang positif, namun sebaliknya jika kurang mendapatkan bimbingan maka akan menuju pergaulan yang buruk dan bias jadi santri masuk pada pergaulan bebas.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas:
a) Waktu luang yang tidak bermanfaat akan mudah menimbulkan pergaulan bebas.
b) Kurangnya pehatian dan pengawasan darai orang tua.
c) Kurangnya pelaksanaan ajaran agama dan kurangnya pengetahuan agama, yang teruma sekali bagi remaja kurangnya melaksanakan ajaran agama yang di anutnya.
i. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling dalam aspek pribadi-sosial yang diungkapkan oleh Totok dan Rima Puspita yaitu:
1. Berubah menuju pertumbuhan, Padabimbingandan konseling pribadi sosial,konselor secara berkesinambungan menfasilitasi individu agar
mampu menjadiagen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya.
2. Pemahaman diri secara penuh dan utuh, individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan.
3. Belajar berkomunikasi yang lebih sehat, bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya.
4. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat, bimbingan dan konseling pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat.
5. Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh, melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya.
j. Metode layanan Bimbingan konseling
Secara umum metode layanan bimbingan dan konseling ada tiga, yaitu:19
19 Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).hlm. 128-130.
1) Metode direktif, yaitu metode terapeutik dalam proses pelayanan dan konseling. Dalam metode ini konselor mengambil posisi aktif dalam merangsang dan mengarahkan konseli dalam pemecahan masalahnya.
Pendekatan metode ini dalam proseses bimbingan bersifat langsung dan terkesan otoriter.contoh tehnik yang termasuk dalam metode ini adalah: ceramah, nasihat, dan lain-lain.
2) Metode nondirektif, metode ini juga di sebut dengan metode client centered (metode yang terpusat pada konseli), dengan metode ini konseli menjadi titik pusat pelayanan. Klien diberi kesempatan seluas- luasnya dan sebebas-bebasnya untuk untuk mengutarakan isi hati dan pikirnnya. Peranan kenselor/ pembimbing terbatas pada upaya untuk merangsang, membuka penghalang kebebasan dan memberikan keberanian untuk mengemukakan maslah yang di hadapi konseli, kemudian menyimpulkannya.
3) Metode elektif, yaitu metode yang memadukan antara metode diriktif dan metode nondiriktif. Dengan metode elektif, konselor dalam melakukan pendekatan bimbingan dan konseling tidk hanya terfokus pada satu metode saja, akan tetapi, bias memiliki fleksibilitas dalam menggunakan metode-metode yang ada, karena masing-masing metode tersebut ada kelebihan dan kekurangannya. Fleksibilitas perlu dilakukan konselor karena dalam situasi dan kondisi tertentu, dalam masalah dan kesulitan yang berbeda, konselor perlu memadukan
metode direktif dan nondirektif, demi efektifitas dan efisiensi dalam proses layananan bimbingan dan konseling.
Metode layanan bimbingan konseling dalam aspek pribadi sosial bila di lihat dari segi komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu metode langsung dan tidak langsung.Penjelasan metode metode tersebut yaitu:20
1) Metode langsung adalah metode dimana seorang konselor melakukan komunikasi secara betatap muka dengan konseli.
2) Metode tidak langsung adalah motede bimbingan dengan menggunakan media komunikasi.
Di dalam al-qur’an juga menyerukan kepada kita untuk saling menhidupkan, membangkitkan antara yang satu dengan yang lain.
Sebagaiman firman Allah Swt (al-maidah :32) yang artinya: ”Barang siapa yang membunuh seseorang dengan tidak ada kesalahan atau memmbuat kerusakan di muka bumi ini,seolah –olah dia dia telah membunuh manusia semua.Barangsiapa yang menghidupkan seseorang,seolah-olah dia menghidupkan manusia lainnya”.21
Dari arti ayat di atas dapat kita lihat bahwa pentingnya saling membantu dan saling membgakitkan semangat dalam menjalani kehidupan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan kita masing- masing,karena itulah kita sebut mahluk sosial.
20 Aunur Rahim Fakih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,(Yogyakarta:UII Press,2014),hlm55.
21 Ismail Thoib,Filsafat Pendidikan Islam,(IAIN Mataram,2012),hlm.26.
k. Evaluasi bimbingan konseling pribadi sosial
Evaluasi di artikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) secara berkala, bekesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan siakp dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para santri melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.22
Evaluasi dalam program kegiatan bimbingan pribadi sosial dapat terpenuhi atau tidaknya kebutuhan- kebutuhan santri. Hal ini sebagi acuan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektipan bimbingan pribadi sosial yang telah dilaksanakan sehingga informasi tersebut menjadi dasar dalam menetapkan langkah-langkah tindak lanjut perkembangan para santri melalui program yang telah di laksanakan.
Fungsi evaluasi antara lain sebagai berikut:Memberikan umpan balik (feat back) kepada guru bk untuk memperbaiki atau mengembagnkan program bimbingan dan konseling, memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua siswa tentang perkembangan siswa secara bersinergi atau berkolaburasi dalam meningkatkan kualitas implementasi program bk.
5. Landasan Pelaksanaan Layanan Bimibingan dan Konseling