• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

1. Bimbingan pranikah

a. Pengertian Bimbingan Pranikah

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance yaitu mengarahlan, memadu, mengelola, dan menyetir. Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan, memadu, mengelola, dan menyetir. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki bisa dengan obtimal mengembangkan diri melalui pemahaman diri dan lingkungan serta mengatasi hambatan untuk menetapkan rencana masa depan yang lebih baik.26

Definisi lainnya tentang bimbingan pranikah menurut Prayitno dan Amti menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma- norma yang berlaku.27

25 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 46.

26Rahman Tanjung, dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), 3.

27Rahman Tanjung, dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 3.

Bimbingan pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah serta mampu memahami konsep pernikahan dan hidup berkeluarga berdasarkan peran dan fungsinya dalam keluarga.28.

Bimbingan pranikah menurut Brammer dan Shostrom merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membantu partner pranikah (klien) untuk mencapai pemahaman yang baik tentang dirinya, masing-masing pasangan, dan tuntutan-tuntutan perkawinan untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik. Bimbingan pra nikah memiliki peranan penting di dalam menciptakan keluarga bahagia.Karena itu dalam bimbingan pranikah haruslah mencapai tujuan bimbingan pranikah yang hendak dicapai.29

Bimbingan pranikah yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan merupakan bentuk usaha pendidikan non-formal kepada individu (Calon Pengantin) atau kelompok masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah dalam usaha perubahan perilaku yang berkelanjutan demi tercapainya peningkatan perbaikan kesejahteraan.

28 Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah, (Bandung: Fokusmedia, 2018), 110.

29 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Pres, 2010), 154.

Penyuluhan dilakukan melalui pendekatan edukatif dengan peran serta aktif individu, kelompok, atau masyarakat untuk mencegah masalah.30

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pranikah merupakan sebuah program pelatihan yang menyediakan pengetahuan dan informasi pernikahan sebagai bekal untuk calon pengantin yang akan menikah dan bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah serta mampu memahami konsep pernikahan dan hidup berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing.

b. Tujuan Bimbingan Pranikah

Secara khusus bimbingan bertujuan untuk mencapai kemandirian dalam mencapai pemahaman diri, penerimaan diri, penegerahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Tujuan bimbingan pranikah yaitu membantu pasangan sebelum menikah untuk membangun dasar-dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan pernikahan yang bahagia dan produktif. Bimbingan pranikah ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut31:

30https://www.kajianpustaka.com/2020/01/penyuluhan-pengertian-tujuan-progam.html?m=I diakses pada hari Senin, 15/02/2021 pada jam 09.24.

31 Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga Untuk Mewujutkan Keluarga Sainah Mawaddah Warahmah, 111-112.

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, teman dan masyarakat.

2) Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu dan calon ayah dan melaksanakan serta memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dengan yang tidak (musibah) seta mampu meresponnya dengan sikap positif sesuai dengan syariat islam.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sikap positif atau respect terhadap diri sendiri dan pasangan maupun orang lain.

6) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Jadi, tujuan bimbingan pranikah ialah untuk meningkatkan hubungan sebelum pernikahan sehingga dapat berkembang menjadi hubungan pernikahan yang stabil dan memuaskan.32

c. Unsur-unsur Bimbingan Pranikah

Dalam memudahkan proses bimbingan, diperlukan unsur- unsur yang mendukung terlaksananya pelaksanaan bimbingan pranikah tersebut. Unsur-unsur bimbingan pranikah adalah

32 Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga Untuk Mewujutkan Keluarga Sainah Mawaddah Warahmah, 112.

komponen-komponen yang selalu ada dalam kegiatan bimbingan pranikah diantaranya yakni subjek/pembimbin bimbingan pranikah, objek bimbingan pranikah, metode bimbingan pranikah dan media bimbingan pranikah.

1) Pemateri dalam BimbinganPranikah a) Penyuluh Agama

Secara etimologi pengertian penyuluh agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tanggung jawab secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agamanya.33

Jadi penyuluh agama yang dimaksud penulis disini adalah juru penerang penyampai pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika-etika keberagamaan yang baik. Disamping itu penyuluh agama islam merupakan ujung tombak dari kementrian agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat islam dalam mencapai kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir batin termasuk juga dalam memberikan bimbingan pranikah.

b) Kompetensi Penyuluh Agama

Kompetensi adalah kemampuan sebagai kualifikasi yang dibutuhkan secara resmi, berarti kompetensi merupakan

33 Djawir Tantowi, Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam, (jakarta:

Kementrian Agama RI, 2011), 2.

himpunan kemampuan yang digunakan sebagai ukuran resmi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu.34 Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh serang penyuluh agama berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap prilaku dalam melaksanakan tugasnya.

Penyuluh agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tanggung jawab secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluh pembangunan melalui bahasa agamanya.35 Untuk melaksanakan tugas bimbingan dan penyuluhan maka penyuluh agama dituntut untuk memiliki kompetensi sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dan di pahami, oleh masyarakat secara umum dan secara khusus oleh masyarakat di daerah atau lokasi binaan.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agama diantaranya adalah sebagai berikut36 :

1. Seorang penyuluh agama harus menguasai ilmu agama islam dengan baik dan benar, mulai dari mebaca Al- quran, memahami ilmu fikih, memehami hadist dan memehami sejarah nabi muhammad SAW.

34 Kusmawatti Hatta, Pedoman Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Banda Aceh:

Ar-Raniry Press, 2012), 45.

35 Djawir Tantowi, Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam, 2.

36 Artina Burhan, Kompetensi Penyuluh Agama, (Online), Diakses Melalui Http://Sumbar.Kemenag.Go.Id/Index.Php?A=Berita&Id=46367 15 Februari 2021.

2. Seorang penyuluh harus bisa menyampaikan ceramah agama atau khutbah dihadapan majlis taklim binaannya atau masyarakat umum, serta mampu memberikan konsultasi agama, jika masyarakat memintanya.

3. Seorang penyuluh agama harus bisa membaur dengan masyarakat, pandai dalam berbicara, bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat, serta aktif dalam berorganisasi keagamaan sehingga wawasan dan ilmu keagamaannya semakin bertambah dan berkembang.

4. Seorang penyuluh agama harus berakhlak mulia, berbudi pekerti yang baik dan memiliki sopan santun.

2) Objek Bimbingan Pranikah

Terbimbing adalah orang atau individu yang akan mendapatkan bimbingan atau menjadi obyek dalam kegiatan bimbingan tersebut, sedangkan yang menjadi obyek dalam bimbingan disini adalah masyarakat yang belum menikah ataupun yang akan menikah, khususnya yang menjadi objek dalam bimbingan pranikah adalah calon pasangan suami istri yang sudah mendaftar menikah.

3) Metode Bimbingan Pranikah

Istilah metode secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan, sedangkan secara terminologi berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan

dengan hasil yang efektif dan efesien. Efektif maksudya adalah anatar biaya, tenaga, dan waktu berjalan beriringan dan seimbang, sementara efisien adalah dimaksudkan sesuatu yang berkaitan dengan pencapaian suatu hasil. Metode juga di definisikan sebagai langkah-langkah untuk menyampaikan sesuatu. Dalam pelaksanaan bimbingan pranikah tentu menggunakan metode ceramah, dialog, diskusi, Tanya jawab, serta studi kasus sesuai dengan kondisi dilapangan.

a) Metode ceramah

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi- materi kepada peserta bimbingan pranikah tersebut secara lisan, dalam hal ini materi yang disampaikan adalah tentang pernikahan. Metode ceramah ini digunakan agar materi- materi dapat tersampaikan dengan baik.

b) Metode diskusi dan tanya jawab

Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan diterima/dipahami oleh peserta dan melatih untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang mungkin akan terjadi di dalam sebuah keluarga. Metode ini juga bertujuan agar calon pengantin lebih aktif dalam proses bimbingan pranikah. Jadi, bukan hanya pembimbing yang aktif dalam proses bimbingan pranikah tetapi calon pengantin yang mengikuti juga ikut berperan aktif.

4) Media Bimbingan Pranikah

Media adalah bentuk jamak dari “medium” yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Dan sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai

“antara “atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi “pesan” nantara sumber “pemberi pesan” dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.37

Jadi media adalah sarana yang digunakan oleh pembimbing untuk menyampaikan materi dalam bimbingan pernikahan. Media yang digunakan dalam proses bimbingan pernikahan adalah media lisan yaitu media yang sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

Dokumen terkait