• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

2. Perceraian

4) Media Bimbingan Pranikah

Media adalah bentuk jamak dari “medium” yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Dan sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai

“antara “atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi “pesan” nantara sumber “pemberi pesan” dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.37

Jadi media adalah sarana yang digunakan oleh pembimbing untuk menyampaikan materi dalam bimbingan pernikahan. Media yang digunakan dalam proses bimbingan pernikahan adalah media lisan yaitu media yang sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

apabila antara suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian suatu masalah.38

Menurut syara‟, definisi thalaaq atau bercerai adalah:

memutuskan hubungan pernikahan melalui lafal thalaaq dan sejenisnya.39 Jadi, thalaaq adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya, begitu juga sebaliknya, suami tidak lagi halal bagi istrinya, dengan kata lain, tidak ada lagi sebuah ikatan perkawinan diantara mereka.

Perceraian adalah bagian dari dinamika rumah tangga. Adanya perceraian karena adanya perkawinan, meskipun tujuan perkawinan bukan perceraian, tetapi perceraian merupakan sunnatullah, meskipun penyebabnya berbeda-beda. Perceraian dapat disebabkan oleh kematian suaminya, dapat pula karena rumah tangga tidak cocok dan pertengkaran selalu menghiasi perjalanan rumah tangga suami istri, bahkan ada pula yang bercerai karena salah satu dari suami atau istri tidak fungsional secara biologis.40

Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan menjalankan peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri

38 Machasin, Perubahan Perilaku dan Peran Agama, (Semarang: DIPA IAIN Walisongo, 2012), 24.

39 Abu Umar Basyier, Mengapa Harus Bercerai?, (Surabaya: Shafa Publika, 2012), 92.

40Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 49.

kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajiban sebagai suami istri atau melepaskan ikatan perkawinan dan putusnya hubungan suami istri dalam waktu tertentu atau selamanya.

Allah berfirman :

ِناَتَّرَم ُقََٰلَّطلٱ مِإَف ۖ

ُكاَس ۖ عَِبِ ۖ وَأ ٍفوُر ۖ سَت ۖ

ُحيِر ۖ حِإِب ۖ نََٰس ۖ ۖ ۖ

“Thalaaq (yang dapat dirujuk ) itu dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik...” (Al-Baqarah:229).41

Dalam islam pada dasarnya thalaq itu suatu perbuatan yang boleh (halal) meskipun juga sesuatu yang sangat dibenci (makruh), sebagaimana sabda Nabi SAW:

(مكاحلاو ةجام نباو دواد وبأ هاور)

ُق َلََّطلا ِهَّللا َلَِإ ِل َلََْلْا ُضَغْ بَأ

“Sesuatu perbuatan yang halal namun paling dibenci Allah SWT adalah talaq (perceraian)”. (HR. Ibn Majah dan Abu Daud dan yang lain).42

Realitasnya, meskipun talaq merupakan perbuatan yang boleh namun dilarang, yang memberikan pemahaman bahwa sebisa mungkin dengan berbagai upaya dan usaha keutuhan rumah tangga harus tetap dipertahankan dengan melakukan mediasi, dan jika sudah

41 Usman El-Qutuby, Al-Qur’an Cordoba Spesial For Muslimah, Cet ke 1 (Bandung: Cordoba Internasional Indonesia, 2012), 36.

42 Maimun, Muhammad Thoha, Perceraian dalam Bingkai Relasi Suami-Istri, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2018), 03.

tidak ada jalan lain, maka institusi talak atau perceraian merupakan jalan terakhir yang diperbolehkan.43

Perceraian dalam suatu perkawinan sebenarnya merupakan jalan terakhir setelah diupayakan perdamaian. Thalaaq memang dibenarkan dalam Islam, tetapi perbuatan itu sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah. Dapat disimpulkan bahwa perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri lagi.

b. Faktor Penyebab Perceraian

Pasangan suami istri yang melakukan perceraian tentu didasari sebab-sebab yang tidak dapat diselesaikan bersama. Mungkin mereka berusaha menyelesaikan masalah tersebut, namun tidak kunjung selesai sehingga harus menempuh jalan terbaik bagi mereka, yaitu perceraian. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian suami-isteri di antaranya sebagai berikut:

1) Ketidakharmonisan dalam Keluarga

Ketidakharmonisan merupakan alasan yang kerap dikemukakan bagi pasangan yang hendak bercerai.

Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain ketidak cocokan pandangan, krisis akhlak, perbedaan pendapat yang sulit disatiakan.

43Maimun dan Muhammad Thoha, Perceraian dalam Bingkai Suami Istri, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2018), 03.

Faktor yang memunculkan ketidakharmonisan hubungan interpersonal dalam keluarga adalah adanya sikap tidak percaya antara suami dan istri yang diseababkan oleh kurangya kejujuran dan sikap saling terbuka dari masing-masing pasangan dalam keluarga sehingga menimbulkan konflik interpersonal dan berujung pada perceraian.44

2) Ekonomi Keluarga

Persoalan ekonomi sering menjadi salah satu pemicu utama perceraian. Faktor keberlangsungan dan kebahagiaan sebuah perkawinan sangat dipengaruhi oleh kehidupan finansialnya.

Kebutuhan hidup akan dapat tercukupi dengan baik bila suami istri memiliki sumber finansial yang memadai. Pendapatan dan penghasilan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam keluarga. Dengan pendapatan yang cukup dapat memberikan kepuasan lahir dan batin sebagai pemenuhan segala kebutuhan keluarga.

Dalam kehidupan keluarga peran suami istri sangat penting apalagi dalam mengelola keuangan. Masyarakat mempunyai paradigma bahwa nafkah suatu kewajiban suami terhadap istrinya dalam bentuk materi. Hukum membayar nafkah untuk istri dalam bentuk perbelanjaan, pakaian adalah wajib. Kewajiban ini bukan

44Harjianto, indentifikasi faktor penyebab perceraian sebagai dasar konsep pendidikan pranikah di Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Ilmiah Universitas Batang Jambi, vol 19 no 01, 2019, 37.

disebabkan karena istri membutuhkannya bagi kehidupan rumah tangga, tetapi kewajiban ini yang timbul dengan sendirinya tanpa melihat kepada keadaan istri.45

3) Tidak Mempunyai Keturunan

Dalam perkawinan, pasangan pada umumnya menghendaki untuk memperoleh keturunan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Dengan demikian dalam perkawinan salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan keturunan.

Betapa pentinya masalah keturunan dalam perkawinan, kiranya tidak dapat dielakan.46 Memiliki anak adalah dambaan setiap suami istri dalam rumah tangga. Apabila salah satu pihak diketahui tidak bisa memberikan keturunan contohnya si suami atau istri yang mandul juga bisa memicu salah satu pasangan untuk mengakhiri dan meninggalkan pasangannya.47

Kemungkinan karena tidak mempunyai keturunan walaupun menjalin hubungan pernikahan bertahun-tahun dan berupaya kemana-mana untuk mengusahakannya, namun tetap saja gagal. Guna menyelesaikan masalah keturunan ini, mereka sepakat mengakhiri pernikahan itu dengan bercerai dan masing- masing menentukan nasib sendiri. Tidak adanya keturunan itu

45Harjianto, indentifikasi faktor penyebab perceraian sebagai dasar konsep pendidikan pranikah di Kabupaten Banyuwangi, 37.

46 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi, 2000), 36.

47 Nur Albantany, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kaca Mata Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, (Tanggerang Selatan: Sealova Media, 2014), 75.

mungkin disebabkan kemandulan yang dialami salah satu atau keduanya.

4) Adanya Pihak Ketiga dalam Hubungan

Faktor pihak ketiga dimaksud adalah perselingkuhan.

Selingkuh, secara etimologi diartikan sebagai perbuatan dan perilaku serta menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, tidak berterus terang, tidak jujur dan curang.

Perselingkuhan akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan, sebab perselingkuhan itu sendiri tidak didominasi oleh pria, tetapi juga wanita disegala golongan bahkan tidak memandang usia.

Masalah perselingkuhan dalam undang-undang perkawinan tidak disebutkan secara jelas, namun dampak dari perselingkuhan ini dapat menyebabkan suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran terdapat dalam pasal penjelasan pasal 39 ayat 02 undang-undang perkawinan nomor 01 tahun 1974 dan berujung pada perceraian.48

5) Penganiayaan/Kekerasan dalam Rumah Tangga

Adanya kekerasan dalam rumah tangga seperti suami kerap main tangan yang mengakibatkan istri tidak tahan karena orang yang seharusnya memberikan perlindungan dan mengayomi ternyata justru melakukan kekerasan fisik atau bahkan tindakan yang bisa mengancam jiwa juga menjadi

48Harjianto, indentifikasi faktor penyebab perceraian sebagai dasar konsep pendidikan pranikah di Kabupaten Banyuwangi, 38.

penyebab rumah tangga tidak harmonis yang akhirnya berpisah.

Kekerasan fisik (KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga) merupakan hal yang paing sering dijadikan alasan seseorang dalam mengajukan gugatan perceraian. Meskipun sudah dilarang oleh negara, namun kekerasan fisik masih banyak terjadi.

Sebelum menyakiti pasangan, sebaiknya ingat kepada Tuhan atas tanggung jawab yang seharusnya di jalani dalam pernikahan, tidak boleh saling menyakiti.49 KDRT tidak hanya meninggalkan luka di fisik tetapi juga psikis. Oleh karena itu kenalilah pasangan sebaik mungkin sebelum memutuskan menikah dengannya

6) Campur Tangan Keluarga

Turut campurnya kedua orang tua, kerabat pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam rumah tangga sehingga merusak rumah tangganya, baik karena terdorong dari niat yang baik atau niat yang buruk.50 Adanya hubungan antara anggota keluarga dan keputusan bercerai terjadi karena pengaruh besar ibu dalam kehidupan rumah tangga putra atau putrinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap hubungan suami istri pasti ada masalah-masalah kecil. Apabila masalah-masalah ini tidak terselesaikan dan timbul lagi masalah baru, lama-lama bisa jadi masalah besar dalam keluarga dan

49 Nur Albantany, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kaca Mata Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, 75.

50 Nur Albantany, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kaca Mata Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, 73.

berdampak buruk pada kelangsungan hubungan berumah tangga suami istri. Ada beberapa faktor penyebab perceraian, baik yang dilakukan oleh suami ataupun istri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang terjalin di antara keduanya dan selalu mengedepankan ego masing-masing, sehingga masalah menjadi besar dan tidak jarang harus berujung dengan perceraian.

c. Dampak dari Perceraian

Perceraian adalah hal buruk yang tentunya harus dihindari dalam suatu rumah tangga, karena akibat perceraian tidak hanya akan dirasakan oleh pasangan suami istri, namun juga oleh orang-orang di sekitar mereka terumata anak. Dalam sebuah rumah tangga pasti pernah mengalami pertengkaran dan perselisihan dengan pasangan.

Perselisihan merupakan hal yang biasa terjadi pada suami istri, akan tetapi pertengkaran dan perselisihan bukan merupakan alasan untuk bercerai.

Individu yang telah melakukan perceraian, baik disadari maupun tidak disadari akan membawa dampak negatif bagi anak.

Dampak negatif tersebut diantaranya:51 1) Meraasa Tidak di Inginkan

Sekalipun anak bukan penyebab perceraian namun seringkali ia merasa tidak diinginkan oleh salah seorang orang tua terutama yang meninggalkannya. Lebih tepatnya anak akan

51Beranda Agency, erpikirlah Sebelum Bercerai, (Yogyakarta: Bisakimia, 2015), 5-7.

merasa dibuang dari orang tua yang meninggalkanya. Jika perceraian tanpa dipersiapkan biasanya seorang anak akan mendendam terhadap orang tua yang meninggalkannya bahkan dimungkinkan anak akan menderita trauma.

2) Kesepian

Dua tau tiga hari setelah perceraian seorang anak akan mengalami kesepian. Kondisi pada mulanya ia apat bercengkrama dengan orang tuanya namun kini dihadapannya tinggal salah satu orang tuanya. Kekosoangan jiwa ini jika berlarut-larut akan menimbulkan kondisi yang lebih buruk. Misalnya anak akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk mengusir kesepian. Akibatnya waktu dirumah akan lebih sedikit.

3) Merasa Tidak Aman

Tentu saja anak akan merasa tidak aman sebab orang tua adalah tempatnya berlindung. Ketika ada sebuah anacaman tentunya anak akan mencari orang tuanya. Ia akan merasa nyaman bila berada di dekatnya adalah kedua orang tuanya. Sebab bila haya satu orang tua ia akan merasa adanya ketidakseimbangan itu membuatnya akan semakin merasa hampa.

4) Kehilangan

Dalam hati yang terdalam seorang anak pasti akan merasa kehilangan salah satu orang tuanya yang pergi meninggalkannya.

Meskipun pada kenyataannya anak membenci orang tua tersebut.

Karena sejatinya anak meminginginkan orang tua yang utuh layaknya anak-anak lain. Apaliba rasa kehilangan ini berlarut- larut biasanya anak akan mencari peran pengganti dari orang tua yang pergi.

5) Marah

Ekspresi emois yang sering terjadi pada anak keyika perceraian terjadi adalah marah. Sebab perasaannya memberontak karena adanya kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Biasanya perasaan ini melanda pada anak yang berusia diatas 5 tahun, sebab mereka telah mengerti benar kemelut dalam rumah tangga orang tuanya. Target kemarahan anak biasanya ditujukan pada salah satu orang tua yang dianggapnya paling menindas orang tua lainnya.

6) Stress

Masalah perceraian adalah masalah yang sangat rumit baik untuk pasangan yang bercerai maupun anak-anak. Perceraian dapat membuat pasangan menjadi stress dan depresi. Perasaaan yang negatif seperti itu tentu sangat tidak menguntungkan, khususnya dalam hal pergaulan maupun pekerjaan. Begitu pula dengan anak, anak bisa sangat tertekan, stress atau depresi.

Perasaan tertekan seperti ini bisa membuat anak menjadi lebih pendiam, jarang bergaul dan prestasi sekolahnya menurun. Anak sebagai korban perceraian tidak selalu menjadi pendiam.

Sebaliknya, seorang anak bisa menjadi pemberontak. Jiwa labil seorang anak yang sedang depresi bisa menggiringnya ke dalam pergaulan bebas, narkoba atau bahkan kriminal.52

7) Pengalaman Traumatis Pada Salah Satu Pasangan dan Anak-Anak Perceraian suami istri terkadang menimbulkan trauma bagi pasangan itu sendiri. Kegagalan rumah tangga menjadi kenangan buruk dan kadang menghambat seseorang untuk kembali menikah dengan orang lain. Trauma perceraian tidak hanya menghinggapi perasaan suami istri yang baru saja berpisah, tapi juga berimbas pada anak. Trauma yang terjadi pada anak bisa berupa timbulnya ketakutan untuk menikah atau takut menerima orang tua tiri yang baru.53

Dari uraian diatas dapat dikemukakan perceraian adalah hal buruk yang tentunya harus dihindari dalam suatu rumah tangga, karena akibat perceraian tidak hanya akan dirasakan oleh pasangan suami istri, namun juga oleh anak.

d. Upaya Meminimalisir Perceraian

Untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan kondisi perceraian dan menghindari dampaknya perlu upaya pelayanan bimbingan pranikah dan pelayanan konseling pasca nikah. Pelayanan Konseling untuk melayani hubungan dalam rumah tangga dinamakan

52 Nur Albantany, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kaca Mata Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, 116.

53 Nur Albantany, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kaca Mata Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, 117.

dengan konseling keluarga yang memiliki fungsi perbaikan atau penyembuhan yaitu fungsi bimbingan yang bersiat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah. Sedangkan dalam layanan bimbinga pranikah memiliki fungsi preventif yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya.54

Adapun upaya lembaga KUA yang dapat dilakukan dalam rangka meminimalisir tingkat perceraian adalah:

1. Mengefektifkan peran Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kecamatan.

2. Membentuk kelompok kerja keluarga sakinah.

3. Pembinaan keluarga sakinah.

4. Pembinaan dan penyuluhan perkawinan bagi remaja usia nikah.

5. Bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan (Bapermaspuan) untuk melaksanakan penyuluhan tentang pendewasaan usia nikah.

6. Membuka layanan konsultasi keluarga.

7. Mengefektifkan kursus calon pengantin.

8. Melaksanakan penataran bagi calon pengantin di KUA.

9. Menekan terjadinya perkawinan usia dini.

10. Memberikan bimbingan pra nikah maupun pasca nikah.

54Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga untk Mewujidkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, 67..

11. Membuka konsultasi tentang permasalahan rumah tangga, hukum munakahat, pewarisan, maupun permasalahan lain yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kehidupan rumah tangga.

12. Bekerjasama dengan Bidang Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid (Penamas) mengadakan dialog interaktif melalui radio.55

Dalam upaya meminimalisir terjadinya perceraian salah satunya dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan bimbingan perkawinan sebelum menikah yang di adakan oleh setiap lembaga KUA. Efektifitas pada pelaksanaan kegiatan bimbingan pranikah yang dilakukan bertujuan meminimalisir terjadi perceraian dalam keluarga.

Sehingga pasangan suami istri menyadari bahwa tujuan pernikahan itu harus dicapai secara bersama-sama, bukan hanya istri atau suami saja.

Hal-hal yang mampu meningkatkan kekuatan suatu keluarga adanya kasih sayang, saling menghargai, memiliki waktu bersama dan saling berkomitmen.56

55Heniyatun, dkk, Upaya Menekan Tingkat Perceraian Pasangan Suami Istri Pada Perkawinan Usia Dini,

56 Fajri.S, dkk, Efektifitas Bimbingan Pra Nikah Terhadap Angka Perceraian Di Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Sei Beduk Kota Batam Tahun 2019, Jurnal Trias Politika, Vol. 4, No. 2, hal 189.

44

Dokumen terkait