• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biodata Penulis

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Saran-saran

6. Biodata Penulis

Nama : Farda Indi Masruroh Nim : 084111076

TTL : Banyuwangi, 15 Mei 1993 Alamat : Lingkungan Kampung Baru,

Kalipuro Banyuwangi Prodi/Jurusan : PAI/Pendidikan Islam

Riwayat Pendidikan : MI Darussalam 1 Kalipuro (1999-2005) MTsN 1 Banyuwangi (2005-2008) SMAN 1 Giri (2008-2011)

IAIN Jember (2011-2015)

Pengalaman Organisai : Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Institute of Culture and Islamic Studies (ICIS) Ikatan Mahasiswa Banyuwangi (IMABA) Devisi Linguistic PM Nuris 02

Peserta Riset Kolektif Mahasiswa (RKM)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa ini pada era pencerahan. Pendidikan bertujuan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai kepintaran, kepekaan dan kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.1 Sebuah bangsa atau negara akan mengalami masa cerah jika warga negaranya memiliki pola pikir yang luas dan disertai perilaku yang mulia. Mereka tidak lagi terpaku dengan pola pikir klasik yang belum tentu sesuai dengan kondisi zaman saat ini. Sebuah pola pikir atau mindset seseorang akan berpengaruh terhadap pemikiran, tutur kata, dan perilakunya dalam menjalani kehidupan.

Selain itu pendidikan adalah sesuatu yang melekat pada manusia.

Pendidikan tidak akan mempunyai arti atau makna, apabila manusia tidak ada didalam proses pendidikan.2 Manusia adalah individu yang bermartabat.

Manusia akan menjadi terhormat jika ia memiliki ilmu dan Iman sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi

ٌيرِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُهَّللاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُهَّللا ِعَفْرَ ي ...

1 Moh. Yamin, Ideologi & Kebijakan Pendidikan (Malang:Madani, 2013), 1.

2 Umiarso dan Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam (Yogyakarta: IRCiSoD, 2010), 22.

1

Artinya :Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al- Mujadilah:11) .3

Berdasarkan ayat tersebut, orang yang beriman dan berilmu akan memiliki posisi yang istimewa. Hal tersebut bisa terlihat dari posisi kita dimata manusia dan dimata Allah SWT. Jika seseorang memiliki iman dan ilmu pengetahuan yang mumpuni, maka tidak heran jika dia memiliki posisi/jabatan penting dalam hidupnya. Karena dia dipercaya untuk menjalankan suatu misi yang telah diamanahkan kepadanya.

Oleh karena itu salah satu cara yang harus dilakukan ialah dengan proses pendidikan. Dengan pendidikan seseorang bisa memperbarui tingkat keimanan dan ilmu pengetahuannya dalam menjalani kehidupan. Seseorang bisa menjalani proses pendidikan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja tanpa melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Didalam UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pada Bab I pasal 1 menjelaskan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dimana pendidikan informal yang dimaksud adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.4 Ketika seseorang lahir, maka tempat pendidikan yang pertama ia jalani adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Dimana dari lingkungan tersebut seorang anak akan belajar bersosialisai, berkomunikasi, dan memahami orang lain

3 Tim Penyusun, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-ART, 2005), 544

4 Tim Penyusun, UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2012), 62.

dari orang tuanya sebelum anak tersebut menjalani proses belajar ke lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan sekolah dan masyarakat.

Selain itu berdasarkan pasal ke-26 dari deklarasi universal hak asasi manusia, yang salah satu isinya ialah orang tua memiliki hak utama untuk memilih jenis pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada anak- anaknya.5 Orang tua pasti memiliki harapan tersendiri ketika memiliki seorang anak. Adakalanya orang tua menginginkan anaknya bisa melanjutkan apa yang orang tua mereka rintis sebelumya, seperti mewarisi perusahan atau jabatan yang sama dengan orang tua mereka. Dimana hal tersebut biasanya tidak memberi kesempatan anak untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Tetapi ada juga orang tua yang memberikan hak sepenuhnya kepada anak dalam memilih hal-hal yang diinginkan, termasuk dalam memilih jenis pendidikan. Dimana orang tua tidak begitu menuntut anaknya untuk menjadi apa yang orang tua inginkan, tetapi anak bebas memilih apa yang diinginkan asalkan hal tersebut sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang berada didalam diri anak serta bermanfaat bagi sesama.

Dalam Islam, anak merupakan salah satu bentuk amanah yang diberikan Oleh Allah. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anak.

Salah satunya dari segi pendidikan agar anak tidak menyimpang dari ajaran Islam. Seperti firman Allah SWT dalam Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

5 Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Islam (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), 144.

ُةَراَجِْلْاَو ُساَّنلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي ٌةَكِئلاَم اَهْ يَلَع

َنوُرَمْؤُ ي اَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأ اَم َهَّللا َنوُصْعَ ي لا ٌداَدِش ٌظلاِغ (

٦ )

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. {QS. At- Tahrim (66) : 6}6

Oleh karena itu, keluarga mempunyai peranan penting dalam proses pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana ia mendapatkan pengaruh dari orang-orang disekitarnya.7 Selain dari faktor genetik, anggota keluarga yang lain juga bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak seiring dengan komunikasi yang dilakukan. Tidak jarang jika seorang anak memiliki karakteristik yang tidak beda jauh dengan ayah, ibu, kakak atau adik. Karena setiap anak adalah individu unik yang memiliki perbedaan karakteristik dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Ada yang cepat mengerti dalam menerima informasi, ada yang sedang, bahkan ada yang sangat lamban dalam memahami sesuatu dari apa yang disampaikan oleh orang lain.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang amat penting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya dengan

6 Tim Penyusun, al-Qur’an dan Terjemahnya, 560.

7 Syaikh Yusuf Muhammad al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam (t.tp:Maktabah Abu Salma al-Atsari, t.t.), 6.

penyesuaian diri individu.8 Anak-anak mengharapkan orang tua di lingkungan keluarganya adalah orang dewasa yang mampu menemaninya dalam mencari jati diri, terutama pada usia remaja.

Selain itu kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi anak. Orang tua memegang peran istimewa dalam hal informasi dan cermin tentang diri seseorang. Harapan itu merupakan salah satu patokan penting yang dipergunakan oleh anak tersebut untuk menilai kemampuan dan prestasinya.9 Jika anak tersebut tidak terpenuhi harapannya di lingkungan keluarga, maka kepercayaan anak terhadap orang tua menjadi berkurang, anak akan mengira bahwa orang tua mereka tidak lagi menganggap dirinya penting. Anak akan lebih percaya kepada orang lain, yang menganggap dia adalah orang yang penting, menganggap akan beradaannya dan menghargai kemampuannya. Seperti teman sekolah, teman bermain, dan lain-lain.

Seorang anak, sebagaimana orang dewasa, hidup dalam dua lingkungan: di dalam rumah dan di luar tumah. Di rumah, anak belajar tentang norma-norma berperilaku yang ditetapkan orang tua mereka. Setelah mereka meninggalkan rumah, mereka mengikuti cara berpakaian, kebiasaan, bahasa, dan peraturan teman sebaya mereka.10 Selain dari diri anak, perilaku juga dipengaruh lingkungan luar yang memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan perilaku anak.

8 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), 208

9 Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), 54.

10 Carol Wade, Psikologi, terj. Padang Mursalin (Jakarta: Erlangga, 2007), 216

Setiap orang tua yang beradab pasti memiliki obsesi yang tinggi lagi mulia terhadap masa depan keturunannya. Untuk itu wajar bilamana dalam masyarakat biasa ditemukan pengorbanan harta benda, tenaga, waktu yang tidak ternilai dari orang tua untuk mendukung perwujudan kemuliaan masa depannya.11 Orang tua tidak menginginkan anak-anaknya mengalami kesedihan atau pengalaman buruk akan tetapi menginginkan anak-anaknya memiliki kebahagiaan dan masa depan yang lebih baik dari orang tuanya.

Sehingga tidak jarang jika ada orang tua yang bekerja hingga larut malam, baik itu ayah atau ibu mereka ataupun keduanya hingga lupa meluangkan waktu bersama anak-anaknya. Tidak ada waktu bagi mereka untuk saling berkomunikasi tentang hal-hal yang anak dan orang tua inginkan. Karena, cinta dan kasih sayang orang tua juga sangat diperlukan anak dalam menjalani masa pertumbuhan dan perkembangannya hingga dewasa. Oleh karena itu, cara orang tua dalam mendidik, memberikan perhatian atau segala aktivitas yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anak memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak, salah satunya dari aspek kepribadian.

Salah satu faktor eksogen yang ikut menentukan pembentukan pribadi dan watak seseorang adalah media pendidikan yang berbentuk bacaan ataupun film. Bahkan, karena film sifatnya lebih dinamis dengan gambar dan gerak, maka langsung merupakan sarana pembentukan watak dan pribadi

11 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), 477.

seseorang.12 Saat ini banyak bermunculan film-film pendidikan yang inspiratif, sehingga melalui media film tersebut, kita bisa meninjau substansinya terutama dari berbagai pesan yang ada di dalamnya. Seperti dari salah satu film Singapura yang berjudul I Not Stupid Too, dimana dalam film tersebut mengisahkan beberapa anak sekolah yang memiliki masalah cukup rumit dalam kehidupannya.

Ada tiga orang anak yang bernasib sama, yaitu mereka memiliki orang tua yang kurang peduli dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki anak-anaknya. Salah satu dari mereka sebenarnya berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun ia merasa hidupnya tidak bahagia, karena orang tua mereka memperlakukan mereka dengan keras dan penuh tuntutan. Dimana, anak harus selalu patuh terhadap perintah orang tuanya, orang tua mereka tidak pernah memberikan pujian ketika dia melakukan sesuatu yang baik dan membanggakan. Bahkan yang terjadi adalah orang tua mereka tetap memarahi dan menganggap apa yang dilakukan anaknya masih tidak ada apa- apanya jika dibandingakan dengan orang tua mereka ketika masih muda.

Selain dari ketiga anak tersebut, ada juga seorang anak yang diperlakukan dengan penuh kasih sayang, kata-kata lembut, dan suasana yang harmonis. Dia adalah anak Err yang selaku diperlakukan dengan tulus dan penuh cinta. Err juga mendukung bakat yang ada pada diri putrinya tersebut, hingga ia menjadi juara tolak peluru tingkat nasional.

12 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak (Jakarata: PT. Indeks, 2009), 120.

Film tersebut juga mengisahkan tentang kepribadian anak-anak yang merupakan dampak dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Selain itu dalam film ini juga mengisahkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anak-anak tersebut ketika menjalani kehidupan remajanya baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Adapun penyimpangan yang dilakukan oleh mereka antara lain: mencuri, berkelahi, membawa video porno ke sekolah, dan sebagainya. Akibat dari penyimpangan yang mereka lakukan, mereka mendapatkan masalah yang sangat rumit, seperti dikeluarkan dari sekolah, berurusan dengan polisi, dan mencemarkan nama baik keluarga.

Film ini juga tidak bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

Seperti penjelasan di atas, Islam juga mengajarkan tentang adanya sikap saling menghargai diantara sesama. Seperti yang dikisahkan dalam film ini, bagaimana seharusnya orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk berdiskusi mengenai apa yang menjadi keinginannya. Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 159 yang berbunyi:

َينِلِّكَوَ تُمْلا ُّبُِيُ َهَّللا َّنِإ ِهَّللا ىَلَع ْلَّكَوَ تَ ف َتْمَزَع اَذِإَف ِرْملأا ِفِ ْمُهْرِواَشَو ...

( ٩٥١ )

Artinya: bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. {Ali Imran (3) : 159}.13

Selain kisah-kisah di atas juga masih banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

13 Tim Penyusun, al-Qur’an dan Terjemahnya, 71

penelitian yang berjudul “Pola Asuh Orang Tua dalam Film I Not Stupid Too dan Implikasinya terhadap Kepribadian Anak dalam Perpektif Islam”.

B. Fokus Kajian

Adapun kajian yang akan diangkat dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh autoritatif dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam?

2. Bagaimana pola asuh autoritarian dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam?

3. Bagaimana pola asuh permisif dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus kajian di atas, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan pola asuh autoritatif dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam.

2. Untuk mendeskripsikan pola asuh autoritarian dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam.

3. Untuk mendeskripsikan pola asuh permisif dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perpektif Islam.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya : 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa memberi pemahaman baru mengenai pola asuh orang tua dan implikasnya terhadap kepribadian anak dalam perspektif Islam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan cakrawala berfikir tentang pola asuh orang tua dan implikasnya terhadap kepribadian anak dalam perspektif Islam.

b. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman baru mengenai pola asuh dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perspektif Islam. Mengingat bahwa pola asuh orang tua adalah suatu hal yang perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus menerus seiring perkembangan zaman dalam membentuk hubungan keluarga yang harmonis.

c. Bagi akademisi IAIN Jember

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan inovasi dan inspirasi baru dalam penelitian selanjutnya mengenai pola asuh orang tua dan kepribadian anak dalam perspektif Islam.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian penelitian di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.14

Adapun definisi istilah dalam judul “Pola Asuh Orang Tua dalam Film I Not Stupid Too dan Implikasinya Terhadap Kepribadian Anak dalam Perpektif Islam”, Sebagai berikut:

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua adalah cara perlakuan atau proses interaksi orang tua dalam menjaga, merawat dan mendidik anak untuk memiliki kecakapan hidup agar anak mampu menjalani kehidupannya dengan baik

Adapun pola asuh orang tua dalam penelitian ini adalah cara perlakuan atau proses interaksi orang tua dalam film I Not Stupid Too dalam menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya. Diantara pola asuh orang tua yang diterapakan dalam film I Not Stupid Too adalah pola asuh autoritatif, autoritarian, dan permisif.

2. Kepribadian Anak

Kepribadian anak adalah integrasi atau penyatuan dari semua karakteristik dalam seseorang yang terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana seperti yang dia inginkan.

14 Tim Penyusun, Pedoman Penilisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 45.

Adapun kepribadian anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intergasi dari semua karakteristik dari anak-anak dalam film I Not Stupid Too yang terwujud dalam tingkah lakunya baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Perpektif Islam.

Perpektif Islam adalah suatu sudut pandang yang berkaitan dengan sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang pola asuh orang tua dalam film I Not Stupid Too sesuai dengan ajaran Islam yaitu bersumber dari al-Qur’an dan Hadis.

Jadi yang dimaksud dalam judul pola asuh orang tua dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perspektif Islam adalah proses interaksi orang tua dalam film I Not Stupid Too dalam menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya dalam menumbuhkan kepribadian sesuai dengan ajaran Islam (sesuai al-Qur’an dan Hadis).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.

Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar.15 Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah peneliti

15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), 22.

mendeskripsikan tentang pola asuh orang tua dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak.

Sedangkan jenis dari penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.16 Adapun yang dimaksud penelitian pustaka (library research) dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian dalam film I Not Stupid Too tentang pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap kepribadian anak.

2. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari berbagai sumber.

Kemudian data tersebut diklasifikasi menjadi dua, diantaranya:

a. Data primer adalah data yag berkaitan dengan objek penelitian yaitu film I Not Stupid Too yang berdurasi 124 menit, dari negara Singapura yang rilis pada tahun 2006 dan disutradarai oleh Jack Neo.

b. Data sekunder adalah data pendukung yang membantu dalam menganalisa penelitian ini, diantaranya: buku-buku, skripsi, jurnal, artikel, dan komentar-komentar mengenai film I Not Stupid Too.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menggali data, peneliti menggunakan metode pengambilan data dokumenter. Teknik dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data

16 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 4.

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.17

Adapun metode pengumpulan data dokumenter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai rujukan dalam melakukan penelitian melalui bahan dokumentasi yang tersedia seperti buku-buku, skripsi, thesis, artikel, e-book, dan lain-lain. Melalui metode pengumpulan data ini, peneliti dapat menggali data yang bisa dijadikan bahan pertimbangan yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam film I Not Stupid Too dan implikasinya terhadap kepribadian anak.

4. Metode Analisis Data

Untuk menggambarkan tentang hasil penelitian perlu adanya pengelolaan data dengan teknik analisis agar hasil yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis isi (content analysis). Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik dan objektif terhadap pesan yang tampak.18 Selain itu menurut West, analisis isi merupakan teknik penelitian khusus untuk melaksanakan analisis isi. Analisis ini termasuk mereduksi teks menjadi unit- unit (kalimat, ide, gambar, dan sebagainya).19

17 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2007), 221

18 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:Prenada Media Gruop, 2009), 70

19 Richard West, Pengantar Teori Komunikasi terj. Maria Natalia, (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), 86.

Adapun yang dimaksud analisis isi dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis isi atau content yang ada dalam film I Not Stupid Too menjadi kalimat, ide, kata-kata yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap kepribadian anak dalam perspektif Islam.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi pembahasan yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Masing-masing bab dapat dirinci sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori.

BAB III berisi penyajian data dan analisis yang terdiri dari penyajian data dan pembahasan.

BAB IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggali informasi terhadap skripsi atau karya ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Inayawati Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Jember tahun 2011 yang berjudul “ Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mendukung Perkembangan Anak Usia Dini ”. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, termasuk jenis penelitian kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif- korelatif-analitis.

Hasil dari skripsi ini menyatakan bahwa secara umum pola asuh orang tua ada tiga macam, yaitu autoritatif, permisif dan autoritarian.

Ketiga pola asuh tersebut akan memberikan dampak yang negatif dan juga positif. Tiga pola asuh itu sangat berpengaruh dalam menuntaskan perkembangan anak.1

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada aspek yang dikaitkan dari pola asuh orang tua yaitu kepribadian anak.

Sedangkan persamaannya adalah sama-sama termasuk tipe kepustakaan (library research) dan membahas tentang pola asuh orang tua.

1 Inayawati, “ Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mendukung Perkembangan Anak Usia Dini ”, (Skrpsi, STAIN Jember, Jember, 2011).

Dokumen terkait