حجام نبا هور(
B. Profil Singkat Sa’id Hawaa dan Tafsir Al-Assas Karya Said Hawwa
1. Biografi Said Hawwa
78
B. Profil Singkat Sa’id Hawaa dan Tafsir Al-Assas Karya Said
Tahun 1987, Syaikh Sa’id Hawwa terkena stroke, hingga sebagian anggota badannya lumpuh. Ia juga mengalami komplikasi berbagai penyakit, seperti gula, tekanan darah, pembekuan darah, ginjal, dan sakit mata. Hal ini memaksanya jauh dari masyarakat dan diopname di rumah sakit.Tanggal 14 Desember 1988. Sa’id Hawwa diopname di rumah sakit. Kondisinya tidak kunjung membaik, hingga ia wafat hari kamis, tanggal 9 Maret 1989, di Rumah Sakit Islam Amman.
Kehidupannya yang sederhana, menyebabkan ayahnya tak mampu membiayai sekolah Sa’id. Ayahnya terpaksa mengeluarkannya dari sekolah, ketika berusia 8 tahun, dan akhirnya ia membantu ayahnya berjualan dipasar.27 Beberapa tahun setelah putus sekolah, pendikan formalnya diawali dengan sekolah dasar.
Ia dimasukan oleh ayahnya disekolah malam agar ia besar seperti anak lain pada umumnya yang biasa mengenyam bangku sekolah.
Usia Sa’id bersama teman-temannya terpaut cukup jauh, karena mayoritas yang mengikuti sekolah malam adalah yang sudah dewasa, hanya Sa’id yang usianya masih muda. Setelah tamat sekolah dasar, Sa’id menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Ibn Rusyd, tidak lama kemudian ia pindah di SMP Abu al-Fida’, namun ia kembali lagi ke sekolah Ibnu Rusyd sampai ia tamat.
27Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 283
80
b. Guru dan Muridnya
Masa-masa menempuh Pendidikan tingkat SMP adalah masa-masa yang penuh bacaan. Telah banyak buku karangan para cendikiawan dunia yang dilahapnya. Buku tebal Aristosteles yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Arab berjudul al-Akhlak ila Niquumaakhaas telah dibaca dan dirangkumnya. Beliau pun membaca sejarah Revolusi Prancis dan biografi Napoleon Bonaparte. Buku-buku tasawuf dan akhlak juga tak luput dari perhatiannya.28
Setelah lulus SMP, Sai’d melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMU. Pada masa mudanya, banyak berkembang pemikiran Sosialis, Nasioanlis, Ba’ats, dan Ikwanul Muslimin.
Allah memilihkan kebaikan untuknya, dengan bergabung ke dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin, tahun 1952, saat ia masih pelajar SMU.29 Selama masa pendidikannya, selain belajar ia juga menggunakan waktu luangnya untuk membantu ayahnya bekerja berjualan di pasar dan membantu menggarap kebun kapas milik ayahnya. Tidak selesai pada jenjang SMU, pada tahun 1956, beliau mendaftar di Fakultas Syari’ah di Damaskus dan lulus pada tahun 1961. Setelah beliau lulus dari fakultas Syari’ah, beliau mendaftarkan diri sebagai guru demi memenuhi permintaan orang tuanya, dan mengajar di Provinsi al-Haskah.
28Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 284
29Al-Mustasyar Abdullah Al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi, terj. Khozin Abu Fakih dan Fachruddin (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), Cet. I, h. 401
Sa’id Hawwa berguru pada beberapa Syaikh Suriah. Di antara Syaikhnya yang paling menonjol ialah Syaikh dan Ulama Hamzah., Syaikh Muhammad Al-Hamid, Syaikh Muhammad Al- Hasyimi, Syaikh Abdul Wahab Dabas Wazit, Syaikh Abdul Karim Ar-Rifa;I, Syaikh Ahmad Al-Murad, dan Syaikh Muhammad Ali Al-Murad. Sa’id Hawwa juga belajar kepada ustadz, seperti Musthafa As-Siba’i, Musthafa Az-Zarqa, Fauzi Faidhullah, dan lain-lain. Tahun 1961, ia lulus dari Universitas Suriah, mengikuti wajib militer sebagai perwira tahun 1963, menikah tahun 1964 dan dikaruniai empat orang anak.30
Aktivitas dakwah Sa’id Hawwa adalah memberi kuliah, khutbah dan ceramah, di Suriah, Arab Saudi, Kuwait, Emirat, Irak, Yorda`nia, Mesir, Qatar, Palestina, Amerika, dan Jerman. Ia juga berperan bahkan mengkoordinir demonstrasi menentang undang- undang di Suriah, tahun 1973. Karenanya, ia dijebloskan ke penjara selama lima tahun, sejak 5Maret 1973 sampai 29 Januari 1978. Di Penjara, ia menulis buku tafsir Al-Assas Fii Tafsir (dua belas jilid) dan sejumlah buku dakwaah lainnya. Selain itu ia adalah pemimpin di Jamaah Ikhwanul Muslimin, di lingkup nasional maupun internasional, dan berperan aktif dalam aktivitas dakwah, politik, dan jihad.31
Ustadz Zuhair Asy-Syawisy disurat kabar Al-Liwa’, yang terbit di Yordania tanggal 15 Maret 1989, berkata, “Allah
30Al-Mustasyar Abdullah Al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi, terj. Khozin Abu Fakih dan Fachruddin (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), Cet. I, h. 401
31Al-Mustasyar Abdullah Al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi, terj. Khozin Abu Fakih dan Fachruddin (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), Cet. I, h. 402
82
menetapkan takdir-Nya dan tidak ada seorang pun mampu menolak takdir-Nya. Allah mengakhiri hidup Sa’id bin Muhammad bin Hawwa, di Rumah Sakit Islam Amman, kamis pagi, 9 Maret 1989.
Jenazahnya dishalatkan setelah Jum’at di Masjid Al-Faiha’ Asy- Syumaisani dan dikebumikan dipemakaman dipemakaman Sahab, wilayah selatan Amman. Jenazahnya dihadiri dan diiringi puluhan ribu orang. Diantaranya, Ustadz Yusuf Al-Adham, Syaikh Ali Al- Faqir, Penyair Abul Hasan, Syaikh Abdul Jalil Rizq, Ustadz Faruq Al-Masyuh, dan Sastrawan Abdullah Ath-Thantawi. Masyarakat Yordania yang mulia memperlakukan orang asing yang meninggal dunia di negeri mereka dengan hormat, sama seperti penghormatan mereka kepada orang-orang hidup dan singgah di tempat mereka.
Ini kedermawanan, keindahan ucapan, dan antusias yang simpatik.
32
c. Kondisi Sosial Politik Pada Masanya
Pada tahun 1966, karena situasi politik dalam negeri yang semakin panas dan Sa’id Hawwa beserta tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin terancam pembunuhan, Sa’id Bersama istri akhirnya pergi ke Kerajaan Saudi. Ahmad dan Muhammad yang masih kecil dititipkan kepada nenek mereka. Di negara ini Sa’id mengajar selama lima tahun, dua tahun pertama di al-Hufuuf, dan sisanya di Madinah. Ia mengajar di sekolah-sekolah modern tingkat SMP dan SMU, memegang mata pelajaran Bahasa Arab, hadits, dan usul fiqh. Ia juga memberi ceramah-ceramah yang makin hari makin
32Al-Mustasyar Abdullah Al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi, terj. Khozin Abu Fakih dan Fachruddin (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), Cet. I, h. 402
diminati dan banyak pengggermarnya, karena disampaikan secara menggugah oleh seorang yang hidup sederhana.33
Pada tahun 1972, Sa’id kembali ke Suriah dan mengajar di Al-Ma’arrah. Meskipun kota Ma’arrah ini terhitung basis pemikiran kiri, para siswa menunjukan respon yang baik terhadap pemikiran Islam sehingga mengagetkan banyak pihak. Sa’id sendiri berusaha tampil sebagai seorang yang berpikiran Islami murni, berusaha tidak menampakan hubungannya dengan organisasi Ikhwanul Muslimin.34
Pada tahun 1973, Sa’id ditangkap dan dipenjarakan karena terlibat dalam kerusuhan menentang konstitusi. Semenjak Suriah meraih kemerdekaan, para aktivis Islam menuntut agar konstitusi negara adalah konstitusi Islam, atau konstitusi yang mengakui bahwa agama resmi negara adalah agama Islam.35 Pergulatan paling keras dalam hal ini adalah yang pernah dilakukan oleh Dr.
Mushthafa as-Sibaa’iy tidak lama setelah Suriah merdeka, sekalipun usahanya hanya berhasil mencantumkan ketetapan bahwa agama kepala negara adalah Islam, Islam menjadi salah satu sumber hokum, dan bahwa tujuan Pendidikan adalah menciptakan generasi yang beriman kepada Allah SWT. Selanjutnya Suriah menyaksikan beberapa kali kudeta dan pergantian kekuasaan, tapi konstitusi tidak dirubah. Tapi, ketika Hafez Al-Asad berhasil
33Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 287
34Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 288
35Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 288
84
memegang kekuasaan, dia ingin menjadikan pembuatan kosntitusi ini sebagai salah satu prestasinya. Namun kosntitusibaru ini dinilai sekuler oleh kalangan Islam, sehingga mereka mengadakan koordinasi di antara para ulama seluruh Suriah Bersama seluruh rakyat untuk menolak konstitusi baru ini.36
Kalangan politik yang dirugikan oleh Hafez al-Asad, diantaranya kaum sosialis dan pengikut Jamal Abdunnasir, mendukung gerakan ini. Mereka menyerukan pemogokan di seluruh Suriah. Akibat kerusuhan ini, banyak orang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, salah satunya adalah Sa’id Hawwa yang dipenjara pada tanggal 5 Maret 1973 dan baru keluar pada akhir Januari 1978.37
d. Karya-Karyanya
Sa’id Hawwa memiliki karya-karya tulis seputar dakwah dan gerakan, yang diminati para pemuda muslim dinegeri-negeri Arab dan Islam. Terutama, Yaman, negara-negara Teluk, dan negeri-negeri Syam. Sebagian besar karya-karya tulisnya diterjemahkan ke Bahasa lain.
Diantara karangan Sa’id Hawwa yang telah diterbitkan adalah sebagai berikut:38
a. Allah Jalla Jalâluhu
36Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 289
37Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), Cet. I, h. 289
38Al-Mustasyar Abdullah Al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi, terj. Khozin Abu Fakih dan Fachruddin (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), Cet. I, h. 404-405
b. Ar-Rasul Shallallahu alaihi wa sallâm c. Al-Islâm
d. Al-Assas fii Tafsir
e. Al-Assas fii Sunnah wa Fiqhuha: As-Sirah, Al-Aqaid, Al- Ibadah
f. Tarbiyatuna Ar-Rûhiyah
g. Al-Mustakhlash fi Tazkityatil Anfus
h. Mudzakkiraat fi Mnazilish Shiddiqin war Rabbaniyyin i. Jundullah, Tsaqafatan wa Akhlaqan
j. Min Ajli Khuthuwat ilal Amam ala Thariqil Jihadil Mubarak k. Al-Assas fi Qawâ’idil Ma’rifah wa Dhawabithil Fahmi lin
Nushûsh
l. Bathalal Hurub Ash-Shalibiyah fil Masyriq wal Maghrib, Yusuf bin Tasfin wa Shalahuddin Al-Ayubi
m. Kai laa Namdhi Ba’idan an Ihtiyaajatil Ashr n. Al-Maskhal ila Da’watil Ikhwanil Muslimîn
o. Jaulaat fil Fiqhainil Kabir wal Akbar wa Ushulihima p. Fî Afaqit Ta’alim, dan lain-lain