PENAFSIRAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM AL- QUR’AN:
(Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni Dan Tafsir Al-Assâs)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Cucun Fuji Lestari 15210647
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’ANJAKARTA 1440 H/2019 M
QUR’AN:
(Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni Dan Tafsir Al-Assâs)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Cucun Fuji Lestari 15210647
Dosen Pembimbing:
Dr. Hj. Romlah Widayati, MA
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA 1440 H/2019 M
iv
Lakukan Karena Allah.
Karena tingkat kesuksesan yang sesungguhnya adalah ketika dihatinya tidak ada yang lain selain Allah SWT.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis. Khususnya berupa kesabaran, kekuatan, keikhlasan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penafsiran Ayat-Ayat Syifa dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs)
Shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan seprti halnya sekarang ini.
Alhamdulillah setelah melalui beberapa proses serta beberapa rintangan untuk menyelesaikan skripsi ini, serta selalu mengharap pertolongan dan ridho Allah SWT. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan ini dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak, baik bersifat materi, pikiran, dan motivasi. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih dan rasa hormat yang terdalam kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, selaku Rektor Instiitut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Wakil Rektor I Dr. Hj.
Nadjematul Faizah SH., M. Hum. sebagai Warek I., Wakil Rektor II Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA., serta Wakil Rektor III Dr. Hj. Romlah Widayati, MA., yang
vi di perguruan tinggi ini.
2. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan pada program Strata 1 di Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta.
3. Bapak Haris Hakam, S.H, MA., selaku Kaprodi Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta beserta Ibu Mamluatun Nafisah M.Ag., selaku Sekretaris Kaprodi yang telah membimbing penulis selama menimba ilmu di kampus ini.
4. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, MA sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memeberi motivasi, membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi. Dengan keilmuan dan kesabarannya sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Dosen Penguji 1, Bapak Ali Mursyid, M.A, dan Dosen Penguji 2, Ibu Mamluatun Nafisah, S.Th. I., M.Ag, terimakasih karena telah menambah ilmu bagi penulis
6. Bapak dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
7. Bapak KH. Ahmad Fathoni, Lc. MA., Instruktur Tahfidz Ibu Hj.Muthmainnah, M.A., Ustadzah Hj. Atiqoh, Ustadzah Arbiyah, Ustadzah Ade Halimah, dan Ibu Fatimah Askan,
vii
terimakasih atas waktu dan motivasi luar biasa kepada penulis untuk lebih dekat dengan Al-Qur‟an.
8. Seluruh Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat dorongan dan motivasinya. Dan juga kepada Staf perpustakaan IIQ Jakarta.
9. Staf Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama‟ dan Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi dalam memenuhi referensi dan bahan-bahan penelitian.
10. Terimakasih kepada kedua orang tua yang tercinta Abah Edi dan Ibu Anah. Yang telah memberikan cahaya kehidupan, yang tak pernah lupa melafadzkan nama penulis di dalam do‟a- do‟anya. Terima kasih atas setiap tetesan peluh dan keringat yang tak akan bisa terbalas dengan hal apapun. Dari keduanya penulis belajar kuat dan sabar dalam keadaan apapun. Semoga Allah memberikan kesehatan, kebahagiaan, perlindungan dan keselamatan dunia dan akhirat kepada kedua cahaya kehidupanku. Aamiin. Andaikan Allah swt., memberikan pahala dari tulisan yang sangat sederhana ini, maka aku persembahkan semua pahalanya untuk kedua orang tuaku sebagai bentuk rasa syukur kepada keduanya atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, dan perhatian sepanjang hidupku, yang mereka berikan tanpa meununtut balas.
11. Terimakasih kepada Nenek Siti Dewi dan Tante-tanteku sebagai orang tua kedua bagiku yang telah membesarkan dan menyayangi sepenuh hati, mendukung dan mendoakan.
viii
kesehatan, kebahagiaan kepada beliau dunia dan akhirat.
Aamiiin.
12. Terimakasih kepada Sahabat-sahabatku dari IIQ dari semua fakultas yang luar biasa, untuk Rahmatika Nurida A. yang mengenalkan penulis tentang kampus IIQ Jakarta, untuk Al- Husainy Squad dan sahabat Kampung Qur`an yang luar biasa mengajarkan arti menyayangi sesama dan panutan bagi penulis selama disini. Dan terimakasih kepada teman-teman ushuluddin seperjuanganku dari semester 1 sampai 8 yang telah memberikan semangat dan motivasinya bagi penulis.
Penulis ucapkan terimakasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca apabila dalam karya ilmiah ini terdapat kesalahan, kekeliruan dan sebagainya. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan hanya pada penulis.
Semoga karya ini bisa memberikan manfaat, pelajaran yang baik, serta membangkitkan semangat kepada seluruh pembaca untuk lebih berantusias dalam menuntut ilmu.
Jakarta, 15 Agustus 2019 Penyusun
Cucun Fuji Lestari
ix
“Penafsiran Ayat-Ayat Syifa Dalam Al-Qur`an: (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs)
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
SURAT PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN PENULIS ... iii
MOTTO ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii
ABSTRAK ... xviii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Tinjauan Pustaka ……….10
E. Metode Penelitian……….14
F. Teknik dan Sistematika Penulisan………...16
BAB II: SYIFA DALAM AL-QUR’AN DAN GAMBARAN TERHADAP SYIFA’ A. Definisi Syifa ... 19
1. Pengertian Syifa dan Konotasinya dalam Al-Qur‟an.. 19
2. Ayat-Ayat Tentang Syifa Dalam Al-Qur`an ... 25
B. Sasaran Objek Syifa ... 28
C. Anjuran Islam Untuk Berobat ... 31
x
E. Macam-Macam Sistem Pengobatan Dalam Islam dan Barat
... 42
1. Metode Pengobatan Barat ... 43
2. Metode Pengobatan Nabi ... 47
a. Pengobatan Menggunakan Madu ... 49
b. Pengobatan Menggunakan Habbatus Sauda .... 52
c. Pengobatan Menggunakan Ruqyah ... 53
d. Pengobatan Menggunakan Bekam ... 55
e. Pengobatan Modern Hasil Temuan Tokoh-tokoh Kedokteran Islam ... 56
BAB III: BIOGRAFI MUFASIR DAN KITAB TAFSIR A. Profil Singkat Tafsir Al-Jailani Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailâni 1. Biografi Syeikh Abdul Qadir Al-Jailâni ... 65
a. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailâni ... 65
b. Guru dan Murid ... 68
c. Kondisi Sosial Politik Pada Masanya ... 70
d. Karya-Karyanya ... 73
2. Profil Tafsir Al-Jailani ... 74
a. Latar Belakang dan Motivasi Penulisan ... 74
b. Metode Penafsiran ... 75
c. Corak Penafsiran ... 76
d. Sistematika Penafsiran ... 77 B. Profil Singkat Tafsir Al-Assâs Karya Said Hawwa Riwayat
Hidup Said Hawwa
xi
1. Biografi Said Hawwa ... 78
a. Latar Belakang Sosio Historis Sa‟id Hawwa ... 78
b. Guru dan Murid ... 80
c. Kondisi Sosial Politik Pada Masanya ... 82
d. Karya-Karyanya ... 84
1. Profil Tafsir Al-Assâs ... 86
a. Latar Belakang dan Motivasi Penulisan ... 86
b. Metode Penafsiran ... 87
c. Corak Penafsiran ... 88
d. Sistematika Penafsiran ... 89
BAB IV: ANALISI PENAFSIRAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM TAFSIR AL-JAILÂNI DAN TAFSIR AL-ASSÂS A. Analisis Penafsiran Mufasir Syeikh Abdul Qadir Jailâni dan Said Hawa mengenai ayat-ayat Syifa’ 1. QS. Al-Isra [17]: ayat 82 ... 93
2. QS.Anahl [16]: ayat 69 ... 97
3. QS.Yunus [10]: ayat 57 ... 101
4. QS.Fushilat [41]: ayat 44 ... 104
5. QS.At-Taubah [9]: ayat 14 ... 107
6. QS. As-Syu‟ara [26]: ayat 80 ... 111
B. Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Al-Jailâni dan Al-Assâs tentang ayat-ayat Syifa dalam kitab tafsirnya .... 113
C. Relevansi penafsiran ayar-ayat Syifa menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Sa‟id Hawwa di masa kini. ... 119
xii
A. Kesimpulan ... 128 B. Saran-saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
1.
ا
A 16.ط
Th2.
ة
B 17.ظ
Zh3.
ث
T 18.ع
„4.
ث
Ts 19.غ
Gh5.
ج
J 20.ف
F6.
ح
H 21.ق
Q7.
خ
Kh 22.ك
K8.
د
D 23.ل
L9.
ذ
Dz 24.و
M10.
ز
R 25.ن
N11.
ش
Z 26.و
W12.
س
S 27.ه
H13.
ش
Sy 28.ء
,14.
ص
Sh 29.ي
Y15.
ض
Dhxiv 2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap
Fathah : a
آ
: ȃْْي َ
.. :ai
Kasrah : i
ي
: ȋ ْو َ
..:au
Dhammah : u
و
: ȗ3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
qamariyah.Kata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.Contoh :
ةسقبنا
: al-Baqarahتنيدمنا
: al-Madȋnahb. Kata Sandang yang diikuti oleh
(لا)
syamsiahKata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
syamsiahditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
مجسنا
: ar-rajulةديسنا
:as-Sayyidahصمشنا
: asy-syamsيمزادنا
:ad-Dȃrimȋxv c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (
ْ َ َ َ)
sedangkan untuk alih aksara inidilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandengkan huruf yang bertanda tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di tengah kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah. Contoh:
ِّْاللبِبْآّن م ء :
Ȃmannȃ billȃhiِْعّكُّسنا و :
wa ar-rukka’i
ْ ه ما ء ْ
ْ ءآه فُّسنا :
Ȃmannȃas-Sufahȃ’uْ هْيِرناْ َّنِإ : ْ
Inna alladzȋna
d. Ta Marbȗthah (
ة
)Ta Marbȗthah (
ة
) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at),maka huruf tersebut diaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:ِْة دِئْف ْلْ ا
: al-Af’idahْ ت يِم لَْسِلإاْ ت عِمب جْن ا
: al-Jȃmi’ah al-IslȃmiyyahSedangkan ta marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism) maka dialih aksarakan menjadi huruf ”t”. Contoh:
ِْت بِصب نناْ ت هِمب ع
: „Ȃmilatun Nȃshibah.ى سْب كْناْ ت ي ْلْ ا
: al-Ȃyat al-Kubra e. Huruf Kapitalxvi
akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
„Ali Hasan al-„Ȃridh, al-Ȃsqallȃnȋ, al-Farmawȋ dan seterusnya.
Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al- Fȃtihah dan seterusnya.
xviii ABSTRAK
Lestari, Cucun Fuji. 15210647. Konsep Syifa dalam Al-Qur`an (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Tafsir Al-Assâs). Skripsi.
Jurusan: Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir. Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Pembimbing: Dr.
Hj. Romlah Widayati, MA.
Skripsi ini merumuskan makna Syifa dalam Al-Qur‟an dengan mengkomparatifkan tafsir klasik dan kontemporer, yang difokuskan pada pengungkapan Syifa dalam Al-Qur‟an. Karya ilmiah ini didasari dari fenomena dalam masyarakat sebagian besar sangat respek terhadap pengobatan jasmani semata dan banyak yang meninggalkan pengobatan rohani. Kemudian berangkat dari data-data hasil penelitian ilmiah dengan pembuktian media ayat-ayat Al-Qur‟an dapat menyembuhkan berbagai penyakit
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha menjawab permasalahan melalui studi pustaka (library research) dengan mengkomparatifkan ayat-ayat syifa dalam Al-Qur`an, merujuk dua kitab tafsir berbeda periode yaitu tafsir Al-Jailani dan Al-Assas sebagai data primer dan buku-buku kesehatan atau kedokteran Islam, buku kedokteran umum, kitab tafsir, dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan sebagai data sekunder. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif analitis yang bertumpu pada kajian komparatif kitab tafsir sufistik.
Penelitian ini berhasil menunjukan bahwa kedua kitab tafsir sufistik yang digunakan memiliki persamaan dari segi isi dan makna yaitu Konsep Syifa dalam Al-Jailâni dan Al-Assâs dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu (1) Syifa berkaitan dengan keimanan seseorang terhadap Allah SWT demi tercapainya kesempurnaan keridhaan Allah untuk memberi kesehatan pada hambanya yang beriman.
(2) Syifa’ berkaitan dengan penyembuhan penyakit rohani dan jasmani (3) Syifa berkaitan dengan Al-Qur`an dan minuman sejenis madu. Perbedaan dari keduanya adalah terdapat dalam beberapa ayat, yaitu perbedaan redaksi kalimat penafsirannya dan perbedaan hikmah yang dapat di ambil.
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kecintaan kepada Al-Qur’an, dan untuk membuktikan kebenarannya, banyak para ulama dan ilmuan yang mengupas isinya dengan cara menyusun dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan1, seperti:
Bahasa Arab, Syari’at, Filsafat dan Akhlak, Ekonomi, Kedokteran dan lain sebagainya, sehingga menjadi buku-buku ilmiah yang memenuhi perpustakaan Islam di kota-kota besar seperti Baghdad, Mesir, Cordova dan lain-lain.2 Di dalam Al-Qur’an terdapat pula fakta-fakta tanah Arab pada waktu itu, tetapi pada saat ini fakta-fakta tersebut dapat dijelaskan dengan baik dan diakui kebenarannya. Seperti ilmu kedokteran, yang pada saat Al-Qur’an turun, di tanah Arab boleh dikatakan tidak ada, sebab yang ada hanya ilmu pengobatan secara primitif.3
Perkembangan keilmuan kedokteran sudah ditemukan pada masa sebelum Nabi Muhammad Saw. Berbagai keilmuan mengenai kesehatan ditemukan dan dipraktikan sebagai metode pengobatan misalnya, bangsa Sumeria, Babilonia, Arkaida, Mesir, Persia, Hinduistan, Suriah dan Iskandariah, Romawi dan Yunani, Saba, Palestina, dan China. Pada zaman
1Mereka melakukan ini dalam rangka manifestasi terhadap ayat-ayat Allah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seperti (Q.S Al-Alaq: 1-5), (Q.S Az-Zumar:9), (Q.S Al-Mujaadalah:11)
2Maimunah Hasan, Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi, (Yogyakarta:Madani pustaka, 2001), Cet. I, h. 7
3Maimunah Hasan, Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi, (Yogyakarta:Madani pustaka, 2001), Cet. I, h. 9
2
tersebut sudah mengenal ilmu kedokteran seperti mengobati patah tulang, luka gigitan srigala, ilmu bedah dan sebagainya.4
Kontribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat bernilai. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemuka yang telah meletakan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelola oleh tokoh-tokoh professional.5 Pada masa Rasulullah SAW., pengobatan terhadap penyakit sudah ada seperti bekam (Hijamah), metode pengobatan tersebut dilakukan oleh tabib-tabib atau orang yang ahli dalam bidang tersebut. Namun pada masa Nabi ditemukan beberapa alternatif tentang cara mengobati suatu penyakit yaitu dengan bacaan-bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, salah satu contohnya adalah tentang kisah seorang sahabat yang mengobati suatu penyakit karena tersengat binatang berbisa dengan bacaan surah al-Fatihah.
Kedokteran cara Nabi SAW., tidaklah sama dengan kedokteran para dokter pada umumnya. Karena kedokteran cara Nabi SAW., adalah Qath’i Illahi, bersumber dari wahyu, sebagai pelita kenabian dan kecerdasan akal. Orang bisa mengambil manfaat dari pengobatan cara Nabi itu asal dia mempunyai keyakinan untuk menerima, beriktikad terhadap pengobatan Nabi itu, dan mensuri tauladani Nabi SAW., dengan disertai rasa iman dan kepatuhan.6 Dari zaman Rasulullah SAW metode
4Ja’far Khadem Yamani, Ilmu Kedokteran Islam, Sejarah dan Perkembangannya, terj. Tim Dokter IDAVI dengan judul Mukhtashar Tarikh Tharikat Ath-Thibb, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2015), Cet. I, h. x
5Maryam, “Perkembangan Kedokteran Dalam Islam”, dalam Jurnal Sulesana, Vol.6 No. 2. 2011 h.79
6Muhammad Mahmud Abdullah, Ath Thibb Al-Quran’I Dar al-Kutub al-Ilmiyah, terj.Muhisyam, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2010), Cet.I, h. 76
pengobatan dengan bacaan-bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an sudah sering dilakukan. Kemudian, Ada banyak masyarakat yang mempercayai dan melakukan praktik penyembuhan penyakit dan yang semisalnya menggunakan bacaan-bacaan surat-surat pendek dalam Al-Qur`an.
Masyarakat melakukan praktik penyembuhan tersebut karena sudah dilakukan pada zaman Rasulullah Saw., masih hidup. Keutamaan penyembuhan menggunakan Al-Qur`an terdapat dalam kitab hadits, salah satunya dalam hadits Ibnu Majâh yaitu:
ٍتِبَثَ حنْب ُّيِلَع اَنَ ثَّدَح :َلاَق ُّيِدْنِكْلا ِنَْحَّْرلا ِدْبَع ِنْب َةَبْ تحع ِنْب ِدْيَ بحع حنْب حدَّمَحمُ اَنَ ثَّدَح : َلاَق ٍ يِلَع ْنَع ،ِثِراَْلْا ِنَع ،َقاَحْسِإ ِبَِأ ْنَع ،َناَمْيَلحس حنْب حداَّعَس اَنَ ثَّدَح :َلاَق َّلَص َِّللَّا حلوحسَر َلاَق :َمَّلَسَو ِهْيَلَع حالله ى
حنآْرحقْلا ِءاَوَّدلا حْيَْخ «
» )هجام نبا ننس(
7“Muhammad bin Ubaid bin Utbah bin Abdurrahman al-Kindi menyampaikan kepada kami dari Ali bin Tsabit, dari Sa’ad bin Sulaiman, dari Abu Ishaq, dari al-Harits, dari Ali bahwa Rasulullah SAW., bersabda,
“Sebaik-baik obat adalah Al-Qur`an”.(HR. Ibnu Majâh No. 3501)
Hadits diatas menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah SWT. membawa misi petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat manusia. Al- Qur’an pada dasarnya adalah jalan lurus yang wajib di ikuti, sedangkan jalan-jalan yang lain yang bisa menyesatkan tidak perlu diikuti, karena jalan-jalan yang lain itu dapat membelokan haluan dari mengikuti jalan dan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman, yang mengerjakan amal kebijakan bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.8 Petunjuk Al-Qur’an itu berkaitan pula
7Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini Ibnu Majâh, Ensiklopedia Hadits dan Sunan Ibnu Majâh, terj. Saifuddin Zuhri (Jakarta: Al-Mahira, 2013), Cet. I, h. 632, No. 3501
8Q.S 17:9 ِتاَحِلاَّصلا َنوُلَمْعَي َنيِذَّلا َنيِنِم ْؤُمْلا ُرِ شَبُي َو ُم َوْقَأ َيِه يِتَّلِل يِدْهَي َنآ ْرُقْلا اَذَه َّنِإ
4
dengan soal Ilmu kesehatan.9 Konsep sehat menurut para ahli, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1947 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Sedangkan kesehatan menurut UU no.23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang reproduktif secara sosial dan ekonomi. Jadi, berdasarkan beberapa definisi diatas, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.10
Sedangkan dari Islam sendiri, sangat memperhatikan tentang kesehatan jasmani maupun rohani. Alasannya sederhana, pelaksanaan ibadah secara utuh dan sempurna memerlukan kesehatan yang baik dan prima. Oleh karena itu Al-Qur’an melarang umat Islam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental, dan juga tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berlebihan, sehingga nyaris tidak lagi menyisakan ruang di dalam tubuh.11 Kesehatan tubuh dan memlihara kesehatan adalah merupakan hal pokok yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang. Rasulullah SAW., menerangkan dalam beberapa haditsnya, bagaimana pentingnya
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan member kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar”
9Abuddin Nata, Atjeng Achmad Kusaeri dkk, Tema-tema Pokok Al-Qur’an Bagian II, Biro Bina Mental Spiritual DKI Jakarta Nomor Proyek 2P.0.15.2.01.003 Tahun Anggaran 1994/1995
10Eliana dan Sri Sumiarti, Modul Bahan Ajar Kebidanan/Kesehatan Masyarakat, (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Keseahatan, 2016
11Mukhtar Ikhsan, Tibbun Nabawi: Dalam Pengobatan Modern, (Tangerang Selatan: Cinta Buku Media, 2017), Cet. 1. h. 2
kedudukan kesehatan menurut pandangan Islam.12 Didalam Al-Qur’an pun ada beberapa yang menjelaskan tentang kesehatan dan pengobatan dari segala penyakit.13
Menurut Ibnu Taymiyah, Al-Qur’an adalah obat penawar atas segala penyakit yang ada dalam dada manusia dan juga bagi siapa saja yang di dalam hatinya ada penyakit yang merusak pengetahuan, pandangan- pandangan hidup dan merusak daya imajinasinya sehingga melihat sesuatu dengan sebaliknya.14 Kedokteran Nabi hanya cocok bagi tubuh orang yang baik dan bagi orang-orang yang memiliki jiwa yang baik dan hati yang hidup. Dengan kata lain faedah dari kedokteran Nabi dan sistem pengobatan Al-Qur’an akan terlihat nyata, apabila orang yang berobat dengan hal tersebut memiliki rasa yakin yang seyakin-yakinnya dan ikhlas beriman kepada Allah SWT., Zat yang telah menurunkan Al-Qur’an dan membenarkan Rasulullah SAW., yang telah menjelaskan seluruh isi Al- Qur’an.15
Kemudian, keterkaitan antara pengobatan melalui medis, Al- Qur’an telah teruji secara klinis dan empiris16 sebagaimana dilakukan oleh
12Ibnu Kayim Al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, terj. Ibnul Qayyim Al- Jauziyah (Semarang: Dhina Utama Semarang, 1994), Cet. I, h. 1
13Salah satu ayat Al-Qur’an mewakili bahwa Al-Qur’an sebagai obat/penawar dari segala penyakit sebagai berikut:
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang beriman, sedangkan bagi orang dzalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”(QS. Al-Isra’ [17]:82)
14Syaikh Ibnu Taymiyah, Terapi Penyakit Hati, terj. Jalauddin Raba, (Jakarta:Gema Insani Press, 1998), h. 15
15Muhammad Mahmud Abdullah, Sembuhkanlah Penyakitmu Dengan Al- Qur’an Ath Thibb Al-Quran’I Dar al-Kutub al-Ilmiyah, terj. Muhammad Muhisyam, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2010), Cet.I, h. 77
16Empiris adalah berdasarkan percobaan dari penemuan, pengamatan yang pernah dilakuakan
6
ahli dibidangnya. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Al- Qadhi, Direktur utama Islamic Medicine For Education and Reasearch di Amerika, menyimpulkan bahwa Al-Qur’an berpengaruh positif terhadap aspek fisiologi dan psikologis pada manusia. Pembacaan ayat suci Al- Qur’an terhadap sekelompok eksperimen berdampak positif yang mampu merelaksasi ketegangan urat syaraf. Selanjutnya pengaruh pembacaan ayat suci Al-Qur’an terhadap aspek psikologis berdampak positif dalam menurunkan tingkat stress.17
Dari penjelasan di atas, penulis melihat fenomena dalam masyarakat sebagian besar sangat respek terhadap pengobatan jasmani (medis) semata dan banyak yang meninggalkan pengobatan rohani.
Padahal jika dikaji secara rinci, dalam Al-Qur`an dan hadits mejelaskan tentang penyakit itu timbul dari sakitnya rohani. Kemudian diperkuat penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa media ayat-ayat Al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit. Hal tersebut seharusnya menyadarkan masyarakat setiap mengambil tindakan pengobatan, hendaknya ditelusuri dahulu akar penyebabnya, sehingga tepat dalam mengambil tindakan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang pengobatan rohaniah, karena secara substansial, pembahasan inti dari ilmu tasawuf meliputi beberapa hal berikut: Kajian tentang ruh, kajian tentang qalbu, kajian tentang akal pikiran, dan kajian tentang jiwa atau an-nafs. Selain membahas dan mengkaji keempat hal tersebut, ilmu taswuf juga melakukan kajian terhadap aspek aplikatif ruhaniah dari
17Ahsin W.Al-Hafidz, Fikih dan Kesehatan, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 11-13
disiplin ilmu akidah atau teologi, aspek moral dari ilmu fiqih, dan segi aplikatif berdasarkan Al-Qur`an dan sunah nabawiyah.18
Oleh karena itu penulis memilih menggunakan kitab tafsir yang bercorak tasawuf, karena orientasi tasawuf adalah berasal dari batin atau rohani. Penulis menggunakan tafsir Al-Jailâni karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailâni dan tafsir Al-Assâs karya Sa’id Hawwa karena keduanya merupakan kitab tafsir kontemporer, dan menggunakan metode serta pendekatan penafsiran yang sama yaitu tahlili, dan bercorak sufistik, sehingga penulis dapat melihat isi dan maksud dari penafsiran tersebut.
Melalui tafsir tersebut penulis akan menelaah ayat-ayat Al-Qur`an yang memiliki kata Syifa beserta akar nya, kemudian penulis analisis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari keduanya.
Di dalam skripsi ini, penulis akan membahas dan menelaah ayat- ayat yang syifa atau penyembuhan dari sisi maknawiyahnya dan mengungkap konsep Syifa dari segi bathiniyahnya, sehingga penulis terinspirasi memilih tafsir tersebut untuk dijadikan objek kajian, karena keduanya memiliki corak tafsir yang sama yaitu sufistik.. Kedua penulis adalah ulama yang terkenal akan kesufiannya. Kemudian sepanjang penelitian, penulis belum menemukan penelitian komparatif yang membahas tema dan kitab yang sama, maka hemat penulis, kajian ini layak untuk dijadikan penelitian lanjutan. Oleh karena itu penulis dalam penelitian skripsi ini memberikan judul “Penafsiran Ayat-Ayat Syifa Dalam Al-Qur’an: (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Tafsir Al- Assâs).
18Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah, terj. Imam Fajarudin (Solo: Era Intermedia, 2002), Cet. I, h. 75
8
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dari judul yang dibahas oleh penulis, dapat ditemukan beberapa masalah yang patut dibahas, diantaranya:
a. Banyak yang belum bisa membedakan antara Sistem Pengobatan Modern (Barat) dengan sistem Pengobatan Islam (Nabi)
b. Pandangan mufasir dalam menjelaskan ayat-ayat tentang pengobatan
c. Relevansi pengobatan rohani dan jasmani pada masa kini d. Maraknya masyarakat menggunakan sistem pengobatan
jasmani di bandingkan pengobatan rohani
e. Penelitian ilmiah tentang pengobatan yang di anjurkan Al- Qur`an dan Hadits
2. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini, penulis membatasi pembahasan meliputi ayat-ayat Syifa antara lain: QS. Al-Isra [17]:2, QS.Yunus [10]: 57, QS. As-Syu’ara [26]:80, QS.Anahl [16]:69, QS.Fushilat [41]:44, QS.At-Taubah [9]:14, QS. As-Syu’ara [26]:8019 Ayat-ayat yang dibahas akan dikupas dari segi penafsirannya kemudian dibandingkan sesuai dengan dua kitab yang akan di komparatifkan yaitu kitab tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs. Menurut hemat penulis,
19Ali Audah, Konkordansi Quran; Panduan Kata Dalam Mencari Al-Qur`an, (Bogor: Pusaka Litera AntarNusa, 1996), Cet. 2, h. 614
urgensi kajian komparatif dua kitab tafsir dengan konsep Syifa terbangun dari beberapa alasan:
a. Karena penulis ingin mengungkap tafsir Syifa’ dalam Al- Qur`an, menurut mufassir sufi karena ingin mengetahui lebih dalam dari segi bathiniyahnya. oleh karena itu penulis menjadikan Tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs sebagai bahan analisis. Sebab tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs bercorak sufi, yang mengedepankan bathiniyahnya.
b. Komparatif kedua kitab tafsir ini belum ada yang meneliti untuk tema ini, sehingga bisa dijadikan objek kajian skripsi yang memeberikan kontribusi dalam bidang akademik maupun non akademik, sebab sepanjang penelitian penulis hanya melihat objek kajian kitab tafsirnya belum ada yang menggunakan komparatif tafsir fokus ke tafsir corak sufi.
3. Perumusan Masalah
Sebagai pembatasan masalah, penulis akan mengarahkan pembahasan dengan rumusan:
“Bagaimana Penafsiran Syeikh Abdul Qadir Al-Jailâni dan Sa’id Hawa Terhadap Ayat-Ayat Syifa dalam Al-Qur’an?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini yang pertama sebagai syarat meraih gelar sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta. Yang kedua untuk mengetahui analisa penafsiran ayat-ayat Syifa' di dalam kitab Al-jailâni dan Al-Assâs, sehingga menghasilkan informasi atau konsep dari hasil perbandingan penafsiran kedua kitab tafsir tersebut.
10
Adapun manfaat atau kegunaan yang ingin dicapai dari karya tulis ini adalah:
1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam studi tafsir
2. Memberikan informasi dan menambah keyakinan kepada masyarakat mengenai media Al-Qur’an bisa dijadikan sistem penyembuhan berbagai penyakit, bukan hanya untuk penyakit fisik, melainkan non fisik.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini, menurut pengamatan penulis, di antara mereka yang meneliti judul yang mirip dengan judul yang di angkat oleh penulis yaitu
“Penafsiran Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs) yaitu:
Selain itu, ditemukan karya ilmiah karya Alwani pada tahun 2007, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam bentuk Skripsi yang berjudul “Konsep Al- Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an” (Studi Analisis atas Pemikiran Muhammad Sayyid Quthub dan Quraish Shihab tentang Konsep al-Syifa dalam Al-Qur’an), di dalam skripsinya mengungkapkan bahwa dalam Al- Qur’an, kajian tentang konsep atau makna al-Syifa, yang diartikan oleh para ulama sebagai obat (penawar) dari segala macam bentuk penyakit.
Menurut pandangan kedua ulama kontemporer Muhammad Sayyid Qutub dan Muhammad Quraish Shihab, ada empat macam atau cara penyembuhan dalam al-Qur’an, yaitu Allah SWT, Al-Qur’an, Madu (lebah) dan Perang (Jihad). Kemudian kedua ulama kontemporer tersebut mengungkap bahwa Al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit-penyakit
rohani dan jasmani, seperti iri, dengki, takabur, kekufuran, kemunafikan dan sebagainya.20
Selain itu, tesisnya Ahmad Fauzi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2008, menulis tesis yang berjudul Konsep Al-Qur’an sebagai Syifa (Telaah atas penafsiran Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah penyembuhan gangguan kejiwaan dengan Al-Qur’an). Dalam tesisnya, Ahmad Fauzi melihat banyak permasalahan-permasalahan mengenai kejiwaan dalam masyarakat misalnya stress, depresi, gelisah, putus asa dsb. Oleh karena itu Ahmad Fauzi membahas permasalahan tersebut dengan memfokuskan penelitiannya terhadap penafsiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah tentang Al-Qur’an sebagai Syifa dengan mengaitkan dari sisi ilmu psikologinya.21
Pada tahun, 2010, Nurul Hikmah yang telah melakukan penelitian skripsi S1 nya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, tahun 2010 dengan Judul “Syifa dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian QS. al-Isra (17) :18, QS. Yunus (10) : 57 dan QS. An-Nahl (16) : 67 Dalam Tafsir Al-Misbah). Pembahasannya seputar tiga ayat yang telah di sebut sebelumnya dengan mengangkat satu kitab tafsir nusantara modern yaitu Al-Misbah karya M.Quraish Shihab. Kemudian dalam kata pengantarnya, Nurul Hikmah mengatakan bahwa tujuan menulis skripsi ini adalah untuk mengajak individu atau kelompok masyarakat Islam untuk dapat memahami ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-
20Alwani, “Konsep Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Analisis atas Pemikiran Muhammad Sayid Qutub dan Quraish Sihab Tentang Konsep al-Syifa dalam Al-Qur’an)”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)
21Ahmad Fauzi,” Konsep Al-Qur’an Sebagai Syifa”, (Telaah atas Penafsiriran Ibnu Qayyim Al-Jauziyiyyah Tentang Penyembuhan Gangguan Kejiwaan Dengan Al- Qur’an”, Tesis, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2008)
12
Sunnah sebagai ajaran Islam yang lengkap dan solutif terhadap persoalan kehidupan.22
Kemudian dalam jurnal karya Yuliatun tahun 2014, yang berjudul
“Kontribusi Konseling Islam dalam Penyembuhan Fisik”. Penelitian ini berisi tentang konseling Islam sebagai layanan bantuan kepada orang lain dalam mengentaskan permasalahan psikis dengan pendekatan psikologi Islam. Perbedaan Jurnal diatas dengan penulisan skripsi ialah penelitian jurnal diatas berfokus pada pembahasan pembimbingan ruhani atau konseling Islam untuk penyembuhan fisik, sedangkan penulis skripsi membahas tentang konsep Syifa/ Kesembuhan dalam Al-Qur’an, dengan cara mentafsirkan dan menganalisis ayat-ayat Syifa dalam tafsir Al-Jailani dan tafsir Al-Assas.23
Pada tahun 2014, jurnal karya Umar Latif, yang berjudul Al-Qur’an sebagai rahmat dan obat penawar (Syifa’) bagi manusia. Perbedaan dalam penelitian ini, membahas dua ayat Syifa dalam Al-Qur’an yaitu Q.S Yunus ayat 57 dan Al-Isra ayat 82 menurut kitab tafsir Al-Azhar dan Al-Misbah, dan tidak membahas perbedaan dan persamaan diantara keduanya, sedangkan penulisan skripsi membahas enam ayat tentang Syifa dalam Al- Qur’an dan mengkomparasikan kitab tafsir Al-Jailani dan tafsir Al-Assas, serta menganalisis kerelevansinya dalam kehidupan sekarang.24
22Nurul Hikmah,”Syifa dalam Perspektif Al-Qur’an; Kajian QS. bal-Isra (17) :18, QS. Yunus (10) : 57 dan QS. An-Nahl (16) : 67 Dalam Tafsir Al-Misbah”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)
23Yuliatun, “Kontribusi K onseling Islam dalam Penyembuhan Fisik” jurnal STAIN Kudus, Jawa Tengah, Vol. 5, No.2, Desember 2014
24Umar Latif, yang berjudul Al-Qur’an sebagai rahmat dan obat penawar (Syifa’) bagi manusia, jurnal Al-Bayan/ Vol. 21, No. 30, Juli-Desember, 2014
Kemudian penulis lain yang menulis skripsi tahun 2015 dengan judul yang serupa adalah mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Magfiroh dengan judul “Pengobatan Perspektif Al-Qur’an”. dalam skripsi ini, ayat-ayat yang dibahas meliputi 6 surat yang berbeda mengenai ayat- ayat Syifa dengan objek kajian kitab tafsir As-Sya’rawi. Didalam skripsinya, terdapat beberapa masalah yang diangkat mengenai konsep Al- Qur’an dalam hal pengobatan menurut as-Sya’rawi, dan metode pengobatan Al-Qur’an menurut as-Sya’rawi.25
Skripsi IAIN Jember pada tahun 2016, karya Khoiriyah dengan judul “Konsep Syifa Dalam Al-Qur’an; Pengobatan Jasmani dan Rohani Perspektif Al-Qur’an Serta Korelasinya Dengan Sains”.26 dalam skripsi ini memiliki beberapa point pembahasan yang sama, yaitu ingin mengetahui konsep Syifa dalam Al-Qur’an, bagaimana pengobatan jasmani dan rohani perspektif Al-Qur’an, kemudian dikaitkan dengan ilmu sain atau kedokteran modern. Yang membedakan adalah skripsi ini tidak membahas dengan tafsir al-Misbah dan al-Maraghi, dan jumlah ayat yang dibahas hanya empat ayat yaitu: QS. Al-Isra [17]:2, QS.Yunus [10]:57, QS.Anahl [16]:69, QS.Fushilat [41]:44, berbeda dengan penelitian skripsi penulis yaitu menggunakan tafsir al-Jailani dan tafsir al-assas dan membahas 6 ayat Syifa.
Dari sejumlah penelitian mengenai konsep Syifa yang pernah dilakukan, dalam waktu lima tahun terakhir penulis tidak menemukan
25Maghfiroh,”Pengobatan Perspektif Al-Qur’an”, Skripsi, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2015)
26Khoiriyah, “Konsep Syifa Dalam Al-Qur’an; Pengobatan Jasmani dan Rohani Perspektif Al-Qur’an serta Korelasinya Dengan Sains” skripsi (Jember: IAIN Jember, 2016)
14
banyak karya ilmiah yang mirip dengan tema. Kemudian terlihat bahwa kajian mengenai tema yang sama, terdapat perbedaan dari segi metode penelitian yang digunakan, penulis menggunakan metode penelitian komparatif atau membandingkan dua kitab tafsir yang berbeda dengan penelitian yang disebutkan diatas, kemudian dianalisis perbedaan dan persamaannya, dan objek kitab tafsir yang digunakan berbeda. Dari tinjauan pustaka penelitian, penulis melihat hanya mengkaji satu kitab tafsir, dan metode komparatif lebih sedikit di gunakan sebagai metode kajian.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan model penelitian kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif- analisis. Kerangka penulisan ini, penulis pertama-tama mendeskripsikan biografi kedua penulis kitab tafsir Al-Jailani dan Al- Assas latar belakangnya dan pemikirannya. Setelah itu, penulis melakukan analisis terhadap penafsirannya terhadap ayat-ayat Syifa di dalam Al-Qur’an meliputi: QS. Al-Isra [17]:2, QS.Yunus [10]:57, QS.
As-Syu’ara [26]:80, QS.Anahl [16]:69, QS.Fushilat [41]:44, QS.At- Taubah [9]:14.
2. Sumber Data
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber data yang relevan dengan tema skripsi. Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Al- Qur`an dan Terjemahan cetakan Kementrian Agama RI, Tafsir Tafsir
Al-Jailani karya Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Tafsir Al-Assas karya Sa’id Hawwa. Disamping sumber data primer, penulis juga akan menggunakan data sekunder, antara lain :
a. Buku-buku metode penelitian tafsir, seperti Metode penelitian Al-Qur’an dan Tafsir karya Abdul Mustaqim.
b. Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta27, kemudian buku Metode Penelitian karya Prasetyo Irawan28
c. Kitab-kitab tafsir seperti tafsir Al-Marâghi karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi terj. Bahrun Abu Bakar dkk, dan tafsir Al-Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahali dan As-Suyuti, kitab Al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.
d. Buku Mukjizat Al-Qur’an karya M.Quraish Shihab, buku Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an karya Muhammad Utsman Najati, buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, buku pintar Sains Dalam Al-Qur’an karya Nadiah Thayyarah terkait masalah sejarah pengobatan dalam Islam.
e. Buku-buku tasawuf seperti buku yang ditulis oleh mufasir Sa’id Hawwa, dengan judul ‘Mensucikan Jiwa’29, ‘Perjalanan Menuju Allah’30, kemudian buku karya Syaikh Abdul Qadir
27Huzaemah T. Yanggo, dkk, Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi, (Jakarta: LPPI IIQ Jakarta, 2017).
28Prasetyo Irawan, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009)
29Sa’id Hawwa, Al-Mustakhlash fii-Tazkiyatil-Anfus, terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 1998)
30Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyah, terj. Imam Fajarudin, (Solo: Era Intermedia, 2002).
16
Al-Jailani dengan judul ‘Futuhul Ghaib’.31 Kemudian buku karya Ibrahim Amini berjudul ‘Risalah Tasawuf’32 dan lain sebagainya.
f. Buku yang berkaitan dengan Syifa dan kedokteran Islam, seperti buku kajian Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi yang berjudul ‘Konsep Syifa dalam Al-Qur’an’ karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berjudul ‘Metode Pengobatan Nabi’33, Kemudian karya Imam Jalaludin As-Suyuti dengan judul ‘Al-Qur’an Penyembuh’34 dan lain sebagaianya.
g. Kamus Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Kamus Al-Qur`an
“Konkardansi Qur`an”
h. Buku-buku terkait dengan masalah untuk melengkapi data- data yang akan diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah penelitian ini antara lain:
a. Menghimpun ayat-ayat tentang yang berasal dari kata Syifa sesuai kamus Al-Qur`an.
b. Menyusun ayat-ayat tersebut berdasakan urutan surah dalam Al-Qur’an
c. Membahas ayat-ayat tersebut berdasarkan tafsiran kedua kitab tafsir yang akan digunakan untuk penafsiran
31Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Futuhul Ghaib, terj. M. Navis Rahman dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2018)
32Ibrahim Amini, Risalah Tasawuf; Kitab Suci Para Pesuluk, terj. Ahmad Subandi dan Muhammad Ilyas, (Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002)
33Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi, terj. Abu Umar Basyier al-Maidani, (Jakarta: Griya Ilmu, 2018)
34Imam Jallauddin As-Suyuti, Al-Qur’an Sang Penyembuh, terj. Akhmad Syafiuddin dan Firman Khunafi, (Depok: Keira Publishing, 2015) , th
d. Memperluas pembahasan dengan memperhatikan : hadis- hadis Nabi Saw. yang berkaitan dengan ayat-ayat yang dibahas dalam tafsiran
e. Menganalisis dengan cara mencari persamaan dan perbedaan dari ayat-ayat yang dibahas dalam kitab tafsir
f. Mengaitkan hasil tafsiran dengan data yang berkaitan dengan ilmu kedokteran, untuk menentukan kerelavansianya.
4. Metode Analisis Data
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptik-analisis-kompratif. Penulis akan mencoba mendeskripsikan penjabaran yang diungkapkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Sa’id Hawwa melalui Kitab Tafsir mereka tentang ayat-ayat yang merujuk tentang Konsep Syifa dalalm Al- Qur`an. Kemudian pendapat keduanya akan dibandingkan dari segi persamaan dan perbedaan isi penafsirannya, kemudian hasil penafsirannya di analisis sesuai kerelevansiannya sesuai dengan penelitian masa kini.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang diterbitkan oleh IIQ Press, Cetakan ke-2 tahun 2017.
18
Selanjutnya untuk memperoleh penulisan, pembahsan skripsi ini dibagi menjadi dalam lima bab. Satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan inti, dan satu bab penutup.
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang sejatinya adalah semacam pengantar untuk memberikan prawacana kepada pembaca tentang analisa konsep Syifa di dalam Al-Qur’an. di dalam bab satu ini kemudian dibagi menjadi beberapa sub, di mulai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sampai pada uraian tentang tinjauan pustaka terhadap karya-karya ilmiah sebelumnya, metodologi penelitian dan sisitematika penulisan.
Bab kedua mengenai Syifa dalam Al-Qur’an dan pandangan ulama.
Bab ini merupa bukan bagian landasan teori yang mengupas tafsir komparatif dari Al-Jailani dan Al-Assas, tentang konsep Syifa. Mulai dari definisi dan makna Syifa, Syifa dan Hubungannya dengan manusia, Macam-macam Penyakit, Anjuran Islam untuk Berobat, Mavcam-macam sitem pengobatan, dan Tokoh-tokoh ahliu dalam bidang Kedokteran Islam Bab ketiga berisi tentang Tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs. Bab ini bertujuan untuk mengidentifikasi kedua kitab tafsir, meliputi biografi pengarang kitab tafsir, latar belakang kitab, karakteristik kitab, motivasi penulisan, metode penafsiran, corak penafsiran, dan sistematika penafsiran.
Bab keempat, merupakan inti penelitian yang mengungkap tafsiran mufasir mengenai ayat-ayat Syifa, yaitu tentang persamaan dan perbedaan penafsiran dari kitab tafsir Al-Jailâni dan Al-Assâs kemudian analisis
kesimpulan dari komparatif kedua kitab tafsir (Al-Jailâni dan Al-Assâs), kemudian penulis memaparkan relevansinya pada masa kini.
Bab kelima merupakan penutup dari pembahasan skripsi ini. pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang direkomendasikan penulis bagi para peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA: Pada bagian akhir, penulis mencantumkan daftar pustaka yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini agar pembaca dapat menelaah jauh hal-hal yang berkaitan dengan penyembuhan atau Syifa.
21 BAB II
SYIFA DALAM AL-QUR’AN DAN GAMBARAN TENTANG SYIFA
A. Definisi Syifa
1. Pengertian Syifa dan Konotasinya dalam Al-Qur`an
Secara etimologis, Syifa akar dari huruf-huruf -
ف - ي - ش
dengan pola perubahannyaىفش - يفشي - افيش
(syafa-yasfi-syifa).akar kata ini kemudian terpola menjadi bentuk mudari’ (kata kerja yang menunjuk waktu kini dan atau akan datang) dan dalam bentuk Masdar. Dalam pandangan ilmu nahwu, bentuk Masdar ini tetap mengandung arti kata kerja yang menunjuk pada peristiwa, hanya saja peristiwa yang dimaksud tidak di kaitkan dengan waktu tertentu, yaitu lampau, kini dan akan datang. Dengan kata lain, bahwa masdar adalah perubahan bentuk kata yang semula kata kerja menjadi kata kerja abstrak.
Menurut catatan Ibnu Manzur diartikan sebagai obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Ibnu Faris bahkan menegaskan bahwa term ini dikatakan syifa karena telah mengalahkan penyakit dan menyembuhkannya.1
Beberapa pengertian syifa’ dalam beberapa kamus, misalnya:
kata syifa’ dalam kamus Al-Munawwir diartikan sebagai pengobatan,
1Aswadi, Konsep Syifa dalam Al-Qur`an, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), Cet. I, h. 73
kesembuhan, atau obat.2 Dalam kamus Idris Al-Marbawyi, syifa diartikan dengan senang, obat, sembuh.3 Syifa dalam kamus al- Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam diartikan sebagai obat dan kesembuhan.4 Sedangkan, Menurut M.Quraish Shihab menyatakan bahwa kata Syifa’diartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan.5
Kesembuhan itu datangnya dari Allah. Oleh karena itu, pentingnya memupuk keimanan agar mendapatkan karunianya.
Tujuan terbesar para Nabi a.s ialah mendidik dan menyucikan jiwa manusia. Allah SWT.,
Para Nabi datang untuk mengajarkan jalan penyucian diri kepada manusia, dan membantu serta membimbing mereka di dalam urusan yang amat penting dan menentukan ini. para Nabi diutus untuk membersihkan jiwa manusia dari akhlak-akhlak yang buruk dan sifat-sifat kebinatangan, yang pada gilirannya tumbuh akhlak yang baik dan sifat-sifat yang utama. Para Nabi datang untuk memberikan pelajaran menyucikan diri kepada manusia, membantu mereka dalam mengenal akhlak yang tercela sekaligus mengontrol dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan hawa nafsunya.
Mereka pun menjauhkan manusia dari berbagai keburukan dan kemungkaran dengan cara memberikan peringatan dan ancaman.
2Lihat Ahmad Warison Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 731
3Lihat Muhammad Idris Abdurrauf al-Marbawi, Kamus Idris al-Marbawy (Bandung: Ma’arif), h. 323
4Lihat Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Beirut: Dar al- Masyriq, 1986), h. 395
5M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 532
23
Para Nabi datang untuk menumbuhkan akhlak yang utama dan sifat- siafat yang terpuji pada diri manusia dengan cara memberikan petunjuk dan dorongan.6
Sehat menjadi sangatlah penting. Oleh karena itu menjaga fisik dan jiwa agar terjaga dari berbagai penyakit perlu di realisasikan, berupa menjaga kesehatan fisik berupa mengatur pola makan, olahraga serta yang paling utama adalah dengan memupuk keimanan kepada Allah SWT, dengan cara menjauhi segala yang di murkai dan melaksankan apa yang diperintahkan.
2. Ayat-Ayat Syifa Dalam Al-Qur`an
Term Syifa adalah bentuk Masdar dari kata
- يفشي - افيش ىفش
. Term ini dengan berbagai isytiqaq-nya diulang sebanayak 6 kali dalam Al-Qur`an. Kata Asy-Syifa dalam kamus “Konkordansi Qur`an” terulang 4 kali dalam Al-Qur`an, antara lain: QS. Al-Isra [17]:2, QS.Yunus [10]: 57, QS.An-Nahl [16]:69, QS.Fushilat [41]:44, sedangkan kata turunannya terdapat dalam QS.At-Taubah [9]:14, QS. As-Syu’ara [26]:807.Secara berurutan, bentuk-bentuk term syifa’ dengan berbagai isytiqaq-nya dalam Al-Qur`an sebagai berikut:
a. Bentuk fi’l mudhai’ diulang dua kali dalam Al-Qur`an, yaitu:
6Ibrahim Amini, Risalah tasawuf; Kitab Suci Para Pensuluk, terj. Ahmad Subandi dan Muhammad Ilyas, (Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002), Cet. I, h. 3-4
7Ali Audah, Konkordansi Quran; Panduan Kata Dalam Mencari Al-Qur`an, (Bogor: Pusaka Litera AntarNusa, 1996), Cet. 2, h. 614
1) Menggunakan kata فشي disebut sekali dalm Q.S Al- Taubah:14
“Perangilah mereka, niscahya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”. (Q.S At-Taubah [9]:14)
2) Menggunakan kata disebut sekali dalam QS. Al- Syuara:80
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku”.(Q.S As-Syu’ara [42]: 80)
Dua ayat diatas, telah tampak penggunaan term yang seakar dan semakna dengan kata syifa’, hanya bentuk dan kedudukannya yang berbeda. Karena kata syifa’ itubsendiri berbentuk masdar, sedangkan du kata dalam ayat di atas adalah bentuk berbentuk mudari (menunjuk waktu kini dan yang akan datang). Bahkan bentuk fi’l mudari ini justru mengandung arti pergerakan maupun tindakan.
25
b. Bentuk masdar diulang empat kali dalam Al-Qur`an yang kesemuanya menggunakan kata
ءافش
sebagaimana terdapat pada:1) QS. Al-Isro: [17]: 82
“Dan kami turunka n dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang Yn ang dzolim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (Qs. Al-Isra [17] : 82)
2) QS. Yunus [10]:57
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.(Q.S Yunus [10]:57)
3) QS. An-Nahl [16]: 69
“Dan sekiranya Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan,
“Mengapa tidak dijelasakan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al- Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi mereka.
Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”.( Q.S An-Nahl [16]: 69)
4) QS. Fushilat [16]: 69
“Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir”. (Q.S An-Nahl [16]: 69)
Ayat-ayat diatas menunjukan konotasi bahwa Al-Qur’an mengandung penawar dan rahmat bagi orang beriman. Penawar bagi orang yang terkena musibah, atau kesulitan yang menimpa manusia.
Sedangkan rahmat dalam bahasa Arab disebut Rahmah. Penyebutan ini mengandung konotasi yang mengarah kepada “riqqah taqtadli al- ihsan ila al-marhum, perasaan halus (kasih) yang mendorong
27
memberikan kebaikan kepada yang dikasihi. Dalam penggunaannya, kata itu bisa mencakup kedua batasan itu dan bisa juga hanya mencakup salah satunya, rasa kasih atau memberikan kebaikan saja.8 Hal tersebut dapat terealisasikan jika disertai akidah atau keimanan yang utuh tanpa keraguan sedikitpun. Jika sebaliknya, yaitu meragukannya, maka akan terjadi kerugian baginya. Selain itu, Ayat diatas juga mengandung konotasi bahwa Al-Qur’an terdapat penjelasan adanya macam-macam obat yang dihasilkan dari alam, seperti hewan yang menghasilkan madu yang terbukti menyembuhkan macam-macam penyakit, dan tumbuhan yang mampu menjadi obat segala penyakit.
Ilmu akidah biasanya mengedepankan persoalan-persoalan keyakinan berikut dalil-dalilnya. Juga menyebutkan pokok-pokok masalah yang menjadi topik pertentangan antara ahlusunnnah waljamaah dengan non ahlusunnah waljamaah, namun tidak mengisyaratkan pada segi dzauq (rasa ruhaniah) dan pada jalan untuk mencapai rasa ruhaniah tersebut. Suatu contoh, ilmu aqa’id menerangkan bahwa Allah bersifat Sam’ (mendengar), Bashar (melihat), Kalam (berbicara), Iradah (Berkemauan), Qudrah (Kuasa), Hayah (Hidup), dan Ilm (Berilmu),. Akan tetapi bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsungh bahwa Allah mendengarnya, melihatnya, dan bagaimana hati seorang hamba merasa ketika membaca Al-Qur’an bahwa yang dibacanya adalah kalam Allah, serta bagaimana seorang manusiamerasa bahwa segala sesuatu tercipta merupakan pengaruh dari Quradah
8Umar Latif, Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa) Bagi Manusia, Jurnal Al-Bayan/Vol.21, No. 30, Juli-Desember 2014
(kekuasaan) Allah?. Semua itu tidak dibicarakan oleh aqa’id.
Biasanya yang membicarakan hal ini adalah ilmu tasawuf9 5. Sasaran Objek Syifa
Manusia adalah makhluk dwi-dimensi, ruhani dan jasmani, makhluk ini dinilai sebagai manusia sejak ditiupkan ruh kepadanya.
Tidak terdapat teks keagamaan pasti yang menunjuk bahwa manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna atau mulia, namun prinsip dasar yang disepakati para ulama, bahkan agamawan, adalah bahwa manusia tanpa terkecuali makhluk terhormat, baik hidup maupun telah wafat.10
Sasaran atau objek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan dari pengobatan, Al-Qur`an dan Hadits banyak berbicara tentang manusia, baik fisik maupun mentalnya, serta menganjurkan untuk memperhatikan dan mempelajarinya.11
a. Mental, yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan, seperti mudah lupa, malas berpikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang nudharat, serta yang haq dan yang bathil.
9Disiplin Ilmu Taswuf membahas tentang bagaimana merasakan nilai-nilai akidah dengan memperhatikan bahwa persoalan tadzawuq (bagaimana mersakan) tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang sunah atau dianjurkan, tetapi justru termasuk hal yang diwajibkan.
10M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), Cet. I, h. 439
11M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), Cet. I, h. 440
29
b. Spiritual, yaitu yang berhubungkan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa, religious, yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshakehan dan menyangkut nilai-nilai transedental. Seperti halnya syirik (menduakan Allah), nifaq, fasiq dan kufur, lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malakut dan alam ghaib. Semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah.
c. Moral (akhlak) yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian, atau sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam betuk piker, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya.
d. Fisik (Jasmaniyah), yaitu suatu keadaan yang ada pada bentuk perubahan fisik manusia sebagai hal yang berindikasi pada ketidaknormalan
Dalam doktrin agama Islam bersikap adil atau seimbang antara jasmani dan rohani atau antara hal yang bersifat profan religious akan mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendek kata mustahil rasanya manusia dapat hidup Bahagia jika ia hanya berkonsentrasi pada pemenuhan kehidupan jasmani belaka. Namun juga, jika hanya berkonsentrasi pada persoalan ruhani, akhirat dan religious juga akan membuat manusia menjadi makhluk sosial yang jelas dikecam oleh Al-Qur’an.12
12Eni Zulaiha, Spiritualitas Taubat dan Nestapa Manusia Modern, dalam Jurnal Syifa al-Qulub, Vol. 2 No. 2 Tahun 2018, h.33