• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Segar Umbi per Petak (Kg) dan Bobot Segar Umbi per Hektar (ton) Hasil analisis ragam dari data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan Pengamatan

6. Bobot Segar Umbi per Petak (Kg) dan Bobot Segar Umbi per Hektar (ton) Hasil analisis ragam dari data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan

pergerakan udara didalam tanah menjadi baik, kelembaban tanah pada bedengan pertanaman bawang putih juga dapat terjaga. Kondisi tersebut akan meningkatkan kemampuan tanaman dalam pengambilan nutrisi yang dibutuhkan tanaman secara optimal untuk pembentukan umbi dan perkembangannya sehingga bisa meningkatkan berat tanaman.

Hardiyanto (2007) mendapatkan bobot segar umbi per tanaman bawang putih varietas lumbung hijau dapat mencapai 53,33 g. Dengan pemberian beberapa dosis pupuk kascing ini hasilnya hanya mencapai 39,6 g, ini berarti bobot segar yang didapatkan masih rendah. Ini berarti pupuk kascing dapat meningkatkan bobot segar umbi per tanaman bawang putih tetapi belum bisa meningkatkan secara optimal hingga mencapai bobot 53,33 g. Tetapi hasil yang didapatkan ini melebihi hasil yang diperoleh oleh petani Alahan panjang secara umum yaitu memiliki berat segar umbi pertanaman 28,3 g. Diduga lebih rendah hasilnya tersebut dari hasil Hardiyanto (2007) karena dosis pupuk yang diberikan masih dibawah rekomendasi.

6. Bobot Segar Umbi per Petak (Kg) dan Bobot Segar Umbi per Hektar (ton)

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis pupuk kascing akan meningkatkan bobot segar umbi per petak dan bobot segar umbi per hektar.

Pemberian dosis pupuk kascing 15 ton/ha mampu meningkatkan hasil per petak, dan hasil per hektar bila dibandingkan dengan perlakuan 0, 5, dan 10 ton/ha. Hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan yang lain seperti jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah siung, diameter umbi, bobot segar tanaman. Pupuk kascing mempunyai peran yang sangat penting karena mampu menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan hasil tanaman.

Kascing mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Kascing mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik (Masnur, 2001). Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Ketersedian unsur hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula fase reproduksi dan hasil tanaman karena pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula.

Selain menggunakan beberapa dosis pupuk kascing, juga digunakan pupuk NPK majemuk Mutiara (16 16 16) 2/3 rekomendasi tanpa penggunaan pupuk kandang. Menurut Irwanto (2014) Pupuk NPK Mutiara merupakan pupuk NPK yang mempunyai kandungan N 16%, P2O5 16% dan K2O 16%. Kandungan dalam NPK Mutiara hampir seluruhnya larut dalam air sehingga seluruhnya dapat terserap oleh tanaman serta kandungan unsur hara makro yang lengkap dan berimbang menjadikan tanaman sehat dan kuat. Sedangkan pupuk kascing bisa digunakan sebagai pengganti pupuk kandang, karena mengandung unsur hara makro, mikro, dan hormon tumbuh yang tersedia bagi tanaman.

Menurut Sutanto (2002) Beberapa keunggulan kascing adalah menyediakan

bahan organik, menyediakan hormon pertumbuhan tanaman, sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai penyangga pengaruh negatif tanah, mampu mengikat air lebih tinggi sehingga ketersediaan air untuk pertumbuhan organ tanaman terpenuhi. Pertumbuhan organ tanaman mengakibatkan kandungan air di dalam jaringan akan meningkat, sehingga akan meningkatkan berat basah tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (2010) berat basah tanaman tergantung pada kadar air dalam jaringan, dimana kadar air di dalam jaringan tanaman ditentukan oleh ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman.

7. Bobot Kering Angin Umbi per Tanaman (g)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kascing pada berbagai dosis yang berbeda memberikan pengaruh terhadap bobot kering angina umbi per tanaman bawang putih, untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Bobot kering angin umbi per tanaman akibat pemberian pupuk organik kascing pada beberapa dosis

Pemberian pupuk Kascing (ton/ha) Bobot kering angin umbi per tanaman (g)

15 32.01 a

10 25.78 b

5 24.11 b

0 18.82 c

Rata-rata 25.18

KK = 1.56%

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

data pada Tabel 8 terlihat bahwa pemberian beberapa dosis pupuk meningkatkan berat umbi kering angin per tanaman. Perlakuan 15 ton/ha pupuk menghasilkan berat umbi kering angin tanaman terbesar yaitu 32.0125 gram, berbeda dengan perlakuan kascing 0, 5, 10 ton/ha. Peningkatan dosis pemberian kascing menyebabkan aktifitas fisiologi tanaman semakin meningkat, dalam hal ini proses fotosintesis. Menurut Satyawibawa dan Widyastuti (1992) tinggi rendahnya berat kering tanaman tergantung pada tingkat serapan unsur hara yang berlangsung selama proses pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Dwidjosepoetro (1996) berat

kering tanaman sangat dipengaruhi proses fotosintesis. Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat yang dihasilkan pada saat fotosintesis, karena berat kering sangat tergantung pada laju fotosintesis. Fotosintat yang lebih besar memungkinkan pembentukan biomassa tanaman yang lebih besar.

Pemberian pupuk kascing yang sudah terdekomposisi dibuktikan dengan nilai C/N yang sedang yaitu 14,14% (P3IN, 2017) akan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N). Bila jumlah karbon tinggi dibandingkan nitrogen maka rasio C/N akan tinggi dan sebaliknya. Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Mikroorganisme membutuhkan sumber karbon untuk pertumbuhan dan nitrogen untuk sintesis protein. Kompos yang baik adalah yang mengandung C/N rasio 12–15 (Novizan, 2001). Menurut LPT (1983) kriteria C/N yaitu rendah 5-10%, sedang 11-15 %, tinggi 15-25%, dan sangat tinggi besar dari 25%. Rasio C/N kascing bernilai sedang dan tergolong kompos yang baik, ini menggambarkan cepatnya laju pengomposan oleh mikroorganisme dekomposer. Kascing akan menjadi butir-butir tanah yang membuat tanah menjadi gembur. Unsur hara dan air yang cukup tersedia akan meningkatkan pertumbuhan yang pada akhirnya juga meningkatkan produksi tanaman.

Jumlah N, P, dan K yang diserap tanaman berhubungan erat dengan bobot kering tanaman yang dihasilkan. Dengan meningkatnya serapan hara N, P, dan K dapat merangsang pertumbuhan tanaman (bobot kering tanaman) yang lebih baik, begitu pula sebaliknya.

8. Bobot Kering Angin Umbi per Petak (Kg) dan Bobot Kering Angin Umbi per Hektar (ton)

Angka-angka hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kascing pada berbagai dosis yang berbeda memberikan pengaruh terhadap bobot kering angin umbi per petak dan bobot kering angin umbi per hektar tanaman bawang putih, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 9.

Berdasarkan data pada Tabel 9 berat kering angin umbi bawang putih pada perlakuan 15 ton/ha berada dalam rentang deskripsi yaitu 8-10 ton/ha. Produksi asimillat pada daun cukup baik karena bertambahnya jumlah daun tanaman dengan berbagai dosis pupuk kascing yang diberikan. Rata-rata berat kering angin umbi per hektar tertinggi didapatkan pada perlakuan dosis 15 ton/ha yaitu 8.50 ton/ha yang berbeda dengan dosis kascing 5 ton/ha dan 0 ton/ha kascing yaitu berturut-turut 6,50 kg/petak dan 3.87 ton/ha.

Tabel 9. Bobot kering angin per petak dan per hektar akibat pemberian pupuk organik kascing pada beberapa dosis

Pemberian pupuk Kascing (ton/ha)

Bobot segar umbi

per petak (Kg) per hektar (ton)

15 1.70 a 8.50 a

10 1.40 ab 7.00 ab

5 1.30 b 6.50 b

0 0.77 c 3.87 c

Rata-rata 1.29 6.47

KK = 4.10%

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Perbedaan dosis pupuk kascing memberikan pengaruh yang berbeda terhadap semua variabel pengamatan. Makin tinggi dosis pupuk kascing dari 0 ton/ha ke 15 ton/ha mengakibatkan berat kering angin umbi/petak semakin meningkat.

Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah daun tanaman akibat pemberian kascing. Daun berfungsi menangkap sinar matahari lebih banyak untuk fotosintesis sehingga produksi asimilat tinggi dan ketersediaan unsur hara untuk kebutuhan bawang putih terpenuhi. Selain itu, pupuk kascing juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar dan memperbaiki kapasitas menahan air (Munip dkk., 1999). Karame (1990) menyatakan bahwa pupuk organik berfungsi secara fisik memperbaiki agregasi, granulasi dan permeabilitas tanah, secara kimia meningkatkan ketersediaan unsur hara NPK, dan secara biologi sebagai sumber utama bagi aktivitas

mikroorganisme tanah untuk mengubah bahan organik menjadi unsur hara yan tersedia bagi tanaman melalui dekomposisi dan mineralisasi.

Meningkatnya bobot kering angin umbi bawang putih baik per petak maupun per hektar akibat pemberian kascing dapat diartikan bahwa pupuk kascing mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga tanah menjadi subur. Hal tersebut meski didukung oleh perawatan yang intensif seperti penyiangan, penyiraman, pemberian pupuk dasar (NPK 16 16 16), pengendalian hama penyakit tanaman, penggunaan bibit umbi dan varietas yang tepat. Menurut Samadi (2005) varietas lumbung hijau yang digunakan memiliki produksi umbi kering 8-10 ton/ha.

Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kascing terhadap produksi bawang putih lumbung hijau secara nyata mampu meningkatkan produksi umbi segar hingga 10 ton per hektar dan umbi kering sekitar 8 ton/ha pada perlakuan 15 ton/ha kascing, tidak sama pada perlakuan 0 ton/ha yaitu 6,50 ton/ha.

Perlakuan 15 ton/ha dan 10 ton/ha pupuk organik kascing menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi tanaman bawang putih dibandingkan dosis yang lain.

Wargiono dan Tuherkih (1987) menyatakan faktor penting yang mempengaruhi peningkatan hasil umbi yaitu peningkatan bobot umbi pertanaman, diameter umbi, dan jumlah umbi. Bobot kering angin umbi per hektar tanaman bawang putih yang meningkat akibat pemberian kascing dari dosis 10 ton/ha hingga 15 ton/ha sejalan dengan peningkatkan tinggi tanaman, jumlah siung, diameter umbi, bobot segar, bobot kering angin umbi pertanaman dan per petaknya.

Pupuk kascing merupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus). Usaha budidaya cacing tanah dan pupuk kascing ini paling banyak diusahakan di pulau Jawa, sedangkan penyebaran didaerah-daerah lain di Indonesia masih rendah, terbukti dengan banyak dari masyarakat baik petani maupun mahasiswa yang belum mengetahui pupuk kascing ini. Kurangnya usaha pembuatan pupuk dan lamanya waktu untuk proses penyediaan pupuk dalam jumlah banyak menyebabkan rendahnya ketersediaan pupuk kascing dipasaran. Hal ini berdampak pada harga pupuk yang berbeda-beda disetiap daerah. Oleh karena itu, dosis pupuk

Dokumen terkait