BAB 3 PERKEMBANGAN EKONOMI,
3.2.1 Capaian Utama Pembangunan Perdagangan Dalam Negeri
Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016, jumlah Pasar Rakyat yang telah berhasil dibangun/revitalisasi adalah sebanyak 1.806 unit. Target pembangunan pasar pada tahun 2017 adalah sebanyak 891 unit, yang terdiri dari 273 pasar melalui Dana Tugas Pembantuan (TP) dan 618 pasar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Jumlah pasar yang terbangun sampai dengan tahun 2017 sebanyak 2.697 pasar, sehingga masih tersisa 2.303 pasar untuk mencapai target pembangunan 5.000 pasar pada tahun 2019.
Sementara itu, Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menjaga kestabilan harga, terutama harga bahan pokok, yang antara lain melalui: kebijakan distribusi yang lebih efisien, operasi pasar, konsolidasi barang dengan melibatkan BUMN dan pihak lainnya, serta koordinasi antara pemangku kepentingan terkait. Selain itu juga dilakukan penetapan harga acuan untuk beberapa komoditi pokok dan kewajiban pelaku usaha distributor pangan untuk mendaftarkan usahanya.
Dalam rangka melindungi keabsahan transaksi perdagangan, Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kebenaran pengukuran serta ketertiban dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Untuk itu, perbaikan terhadap kualitas pelayanan kemetrologian telah dilakukan melalui pembentukan Unit Metrologi Legal di Kabupaten/Kota, atau yang disebut dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Sampai dengan tahun 2017, telah
3-12 PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAAN,DANKEMISKINAN
terbangun 112 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal di 112 Kabupaten/Kota (Tabel 3.4).
Pembangunan UPTD Kemetrologian (Unit) Tahun 2014 – 2017
Uraian 2014 2015 2016 2017*)
Unit Pelaksana
Teknis Daerah
52 UPT Provinsi
52 UPT Provinsi
52 UPT Provinsi
1 UPTD Provinsi (DKI
Jakarta) 4 UPTD
Kab/Kota
10 UPTD Kab/Kota
28 UPTD Kab/Kota
81 UPTD Kab/Kota Sumber: Kementerian Perdagangan
Catatan: *) Sampai Dengan Akhir Juni 2017
Di sisi lain, perdagangan berjangka komoditi (PBK) juga mengalami peningkatan, dengan total volume transaksi PBK (Kontrak Multilateral dan Kontrak Sistem Perdagangan Alternatif/SPA) meningkat sebesar 6,40 persen (YoY), atau dari 6.590.530 lot pada tahun 2015 menjadi sebesar 7.012.220 lot pada tahun 2016. Namun demikian, volume transaksi PBK pada bulan Januari-April 2017 mengalami penurunan sebesar 3,01 persen (YoY), atau dari 2.367.584 lot (Januari-April 2016) menjadi 2.296.221 lot (Januari – April 2017).
Dalam rangka memberikan alternatif pembiayaan bagi para petani dan untuk mendukung terciptanya harga komoditas pertanian yang lebih stabil, Pemerintah telah melakukan penguatan terhadap pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG) di berbagai daerah. Jumlah Resi Gudang yang diterbitkan semakin meningkat, dengan total nilai Resi Gudang tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp134,85 miliar, dan jumlah resi sebanyak 600.
PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAAN,DANKEMISKINAN 3-13 Perkembangan Transaksi Resi Gudang
Tahun 2014 - 2017
Uraian Satuan 2014 2015 2016 2017*) Jumlah Resi
Gudang
Lembar
Resi 605 300 250 50
Nilai Resi Gudang
Rupiah
Miliar 116,51 81,17 42,64 11,04 Sumber: Kementerian Perdagangan
Catatan: *) Sampai Dengan Akhir Juni 2017
Sementara itu, nilai transaksi di Pasar Lelang Komoditas juga mengalami peningkatan. Total transaksi Pasar Lelang sepanjang tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 mencapai nilai sebesar Rp620,20 miliar, dengan jumlah resi sebanyak 322.
Perkembangan Transaksi Pasar Lelang Komoditas Tahun 2014 - 2017
Uraian Satuan 2014 2015 2016 2017*) Nilai
Transaksi
Rupiah
Miliar 725,8 240,5 283,5 96,2 Jumlah
Komoditas
Jenis
Komoditas 114 137 138 47
Sumber: Kementerian Perdagangan Catatan: *) Sampai Dengan Akhir Juni 2017
Selama periode Januari-Mei 2017, 10 jenis komoditas dengan nilai transaksi terbesar di pasar lelang adalah cabe dengan kontribusi terhadap nilai transaksi sebesar 49,60 persen, diikuti oleh jagung (14,45 persen), kopra (12,69 persen), kelapa (5,35 persen), teh hitam (5,32 persen), ubi jalar (1,98 persen), arang (1,20 persen), bawang (1,16 persen), karet (0,95 persen), dan salak (0,87 persen).
3-14 PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAAN,DANKEMISKINAN
Perdagangan Luar Negeri Pertumbuhan Ekspor Nonmigas
Kinerja neraca perdagangan tahun 2016 membaik dan mencatatkan surplus lebih besar dibandingkan tahun 2015 bahkan menjadi yang terbesar selama lima tahun terakhir.
Neraca perdagangan tahun 2016 mengalami surplus sebesar USD9,53 miliar, yang berasal dari surplus perdagangan nonmigas sebesar USD15,16 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar USD5,63 miliar. Amerika Serikat, India, Filipina, Belanda, dan Pakistan menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar selama tahun 2016 yang jumlahnya mencapai USD24,40 miliar. Sementara RRT, Thailand, Australia, Brazil, dan Argentina menyebabkan defisit nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai USD23,90 miliar.
Perkembangan total ekspor Indonesia pada periode Januari- Juni 2017 mencapai USD79,96 miliar dengan pertumbuhan positif sebesar 14,03 persen (YoY). Peningkatan ekspor selama Januari-Juni 2017 tersebut didukung baik oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 13,73 persen (YoY) maupun ekspor migas sebesar 17,02 persen (YoY). Ekspor selama Januari-Juni 2017 memperlihatkan kinerja yang membaik dibanding tahun- tahun sebelumnya.
PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAAN,DANKEMISKINAN 3-15 Neraca Perdagangan Indonesia (USD Miliar)
Tahun 2014-2017
No Uraian 2014 2015 2016
Jan-Juni* Perubahan (Persen,
YoY) 2017/2016 2016 2017
I Ekspor 175,98 150,37 145,19 70,12 79,96 14,03
Migas 30,02 18,57 13,11 6,49 7,60 17,02
Non Migas 145,96 131,79 132,08 63,62 72,36 13,73
II Impor 178,18 142,69 135,65 65,99 72,33 9,60
Migas 43,46 24,61 18,72 8,69 11,63 33,71
Non Migas 134,72 118,08 116,92 57,29 60,70 5,94
III Neraca -2,20 7,67 9,53 4,13 7,63 84,77
Migas -13,44 -6,04 -5,63 -2,20 -4,02 -82,96 Non Migas 11,24 13,71 15,17 6,33 11,66 84,14 Sumber: BPS
Keterangan: *) Sampai Dengan Akhir Juni 2017
Kontribusi Produk Manufaktur Terhadap Total Ekspor Pada tahun 2016, ekspor produk manufaktur tercatat sebesar USD69,65 miliar atau meningkat 2,73 persen (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor pada tahun 2016 meningkat menjadi 48,23 persen dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 45,09 persen. Pada periode Januari–Mei 2017, nilai ekspor produk manufaktur mencapai USD30,48 miliar atau meningkat sebesar 5,17 persen dari periode yang sama tahun 2017 yang mencapai USD28,98 miliar. Nilai ekspor produk manufaktur selama Januari-Mei 2017 tersebut memberikan kontribusi sebesar 44,61 persen terhadap total ekspor. Di sisi lain, ekspor komoditi primer periode Januari-
3-16 PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAAN,DANKEMISKINAN
Mei 2017 mencapai USD37,84 miliar, tumbuh 35,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dengan kontribusi 55,39 persen terhadap total ekspor sehingga menyebabkan kontribusi produk manufaktur menurun pada periode tersebut. Pertumbuhan ekspor komoditi primer yang meningkat terutama dipicu oleh harga komoditi dunia yang meningkat.
Pertumbuhan Ekspor Jasa
Ekspor jasa tahun 2015 sebesar USD22,22 miliar dan pada tahun 2016 naik menjadi USD23,48 miliar. Sampai dengan triwulan I tahun 2017 ekspor jasa mencapai USD5,80 miliar, lebih besar dari nilai yang sama di triwulan I tahun 2015 dan 2016 yang masing masing sebesar USD5,57 miliar dan USD5,77 miliar.
Neraca perdagangan jasa pada triwulan I tahun 2017 mencatatkan defisit sebesar USD1,35 miliar. Penyumbang terbesar defisit transaksi jasa adalah defisit di neraca perdagangan jasa transportasi. Apabila diturunkan lebih lanjut maka defisit neraca perdagangan jasa transportasi barang yang menyumbangkan defisit terbesar, yaitu sebesar USD1,26 miliar.
3.2.2 Permasalahan dan Kendala