BAB 4 PEMBANGUNAN MANUSIA
4.3 Perumahan dan Kawasan Permukiman .1 Capaian Utama Pembangunan
4-34 PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT
wilayah dan kelompok masyarakat; (3) Meningkatkan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dalam rangka pendewasaan usia perkawinan dan penyiapan kehidupan berkeluarga, melalui pusat konseling kesehatan reproduksi remaja serta bina keluarga remaja; (4) Meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam pembangunan keluarga; dan (5) Menguatkan kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana yang efektif, dan menyusun landasan hukum melalui penyerasian kebijakan pembangunan bidang kependudukan dan KB, serta menguatkan data dan informasi kependudukan dan keluarga berencana.
4.3 Perumahan dan Kawasan Permukiman
PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT 4-35 Sebagai terobosannya, Pemerintah akan menyempurnakan pola subsidi sektor perumahan agar semakin tepat sasaran, transparan, akuntabel, dan pasti, khususnya subsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah. Selain itu, akan didorong insentif perpajakan kepada dunia usaha agar berpartisipasi secara langsung dalam penyediaan perumahan serta penguatan swadaya masyarakat dalam pembangunan rumah melalui pemberian fasilitas kredit mikro perumahan, fasilitasi untuk pemberdayaan masyarakat, dan bantuan teknis kepada kelompok masyarakat yang berswadaya dalam pembangunan rumah.
Air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang masih harus terus ditingkatkan pemenuhannya. Capaian akses air minum tahun 2016 sebesar 71,14 persen dan untuk sanitasi (air limbah) tahun 2016 sebesar 76,37 persen (akses sanitasi layak 67,2 persen dan akses sanitasi dasar 9,17 persen). Capaian ini menunjukan bahwa Pemerintah memberikan perhatian khusus pada pemenuhan layanan dasar ini (Tabel 4.6).
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah inovasi/mekanisme dibidang pendanaan berupa hibah berbasis output yaitu skema bantuan pendanaan kepada pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi. Hibah ini bersumber dari APBN dan mitra pembangunan internasional yang dihibahkan kepada pemda untuk mengganti dana APBD yang telah dialokasikan sebelumnya. Proses penggantian dilakukan bila terbukti infrastruktur telah berfungsi selama minimal tiga bulan.
Pencapaian lainnya dalam pembangunan sistem air minum adalah terwujudnya kerja sama pemerintah dan badan usaha
4-36 PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT
(KPBU) pada SPAM Umbulan, Jawa Timur yang mulai dilaksanakan pada tahun 2017.
Tabel 4.6
Pencapaian Utama Pembangunan dan Kawasan Permukiman Tahun 2014-2017
Uraian Satuan 2014 2015 2016 2017 * Perumahan 1
Fasilitasi penyediaan hunian layak
Unit 81.110 **) 127.607 198.001 -
Fasilitasi peningkatan kualitas rumah tidak layak huni
Unit 153.622 61.489 96.881 -
Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan
Ha 369 **) 3.140 2.462,7 -
Air Minum dan Sanitasi 2 Akses Air
Minum Layak
Persen 68,11 70,97 71,14 - Akses Sanitasi Persen 69,42 73,68 76,37 -
- Akses Layak 61,06 62,14 67,80 -
- Akses Dasar 8,34 11,54 9,17 -
Sumber: 1) Kementerian PU-PR (data tahunan), 2) BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional (data kumulatif)
Catatan: *) Data Belum Tersedia, **) Capaian Kementerian Perumahan Rakyat
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan hunian yang layak, termasuk pembangunan air minum dan sanitasi ini berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan, yang akan mendorong
PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT 4-37 produktivitas bangsa sesuai dengan salah satu janji Presiden dalam Nawa Cita.
4.3.2 Permasalahan dan Kendala
Secara umum, pencapaian target RPJMN 2015-2019 bidang perumahan dan permukiman dihadapkan pada pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman yang masih belum mencukupi. Selain itu, pengintegrasian dukungan pembangunan dari berbagai sektor, masyarakat, dunia usaha, dan lembaga keuangan perlu ditingkatkan.
Fasilitasi penyediaan hunian oleh pemerintah, selain menghadapi keterbatasan pendanaan, juga menghadapi kendala dalam penyediaan lahan yang terjangkau oleh MBR, pengelolaan aset, serta pola subsidi perumahan yang belum efisien dan menjangkau MBR nonbankable. Keterlibatan pemerintah daerah pun belum optimal disebabkan oleh keterbatasan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan serta masalah pembagian kewenangan sebagaimana diatur dalam lampiran UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah terkait penyediaan perumahan bagi MBR.
Pada sisi pasokan, iklim kebijakan pertanahan dan perizinan yang ada belum dapat mewujudkan keadilan akses lahan dan menarik dunia usaha untuk terlibat dalam penyediaan hunian bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Di sisi lain, sistem pembiayaan primer dan sekunder perumahan saat ini belum mampu meningkatkan keterjangkauan masyarakat untuk memiliki hunian layak. Kondisi pada sisi pasokan dan pembiayaan menyebabkan harga hunian semakin tinggi yang tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan rumah tangga.
Akibatnya, masyarakat terpaksa memilih hunian yang
4-38 PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT
terjangkau tanpa memperhatikan kelayakannya sehingga menyebabkan berkembangnya permukiman kumuh.
Sementara itu, pembangunan air minum dihadapkan pada beberapa permasalahan krusial, yaitu: (1) Jaminan ketersediaan air baku di seluruh wilayah Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh rumitnya kerja sama pemanfaatan air baku baik intra dan antarwilayah administrasi. Saat ini penyedia jasa layanan air minum dan masyarakat khususnya perkotaan masih bergantung terhadap pemanfaataan air tanah dikarenakan operator air minum yang belum mampu menjangkau seluruh wilayah pelayanannya secara optimal. Selain itu, air tanah masih dipandang lebih murah dan mudah dimanfaatkan dibandingkan mendapatkan layanan PDAM; (2) Belum optimalnya tata kelola air minum antara lain masalah perpipaan, kapasitas yang belum termanfaatkan (idle capacity), belum kompetitifnya penentuan tarif air. Kondisi ini disebabkan oleh kapasitas pemerintah daerah yang masih perlu memenuhi pelayanan dasar air minum; (3) Tingkat partisipasi masyarakat yang berkelanjutan dalam penyediaan air minum berbasis masyarakat belum memadai antara lain ditunjukkan oleh ketidaksiapan tata kelola kelembagaan yang berkelanjutan mulai dari pendanaan, operasional, dan pemeliharaan; (4) Belum efisiennya mekanisme manajemen aset sarana dan prasarana air minum antara lain kepemilikan aset dan kewenangan pengelolaan; dan (5) Perencanaan sektor air minum yang belum terintegrasi dengan sanitasi.
Pembangunan sanitasi yang masih belum maksimal disebabkan keragaman pemahaman masyarakat akan pentingnya sanitasi dalam meningkatkan kualitas kesehatan.
Hal ini mengakibatkan masih rendahnya tingkat permintaan
PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT 4-39 masyarakat terhadap layanan sanitasi, pemanfaatan sarana sanitasi, dan tingkat keberlanjutan sarana sanitasi berbasis masyarakat. Di sisi lain, peran pemerintah baik pusat maupun daerah belum memadai.
4.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Dalam mendorong percepatan pembangunan perumahan MBR serta menyelesaikan kendala yang ada, maka pembangunan diarahkan pada: (1) Peningkatan efektivitas dan efisiensi fasilitasi dukungan pembangunan perumahan melalui: (a) Pembangunan hunian publik yang terintegrasi dengan penyediaan transportasi publik khususnya di perkotaan seperti rusunawa, (b) Pengembangan sistem informasi perumahan, antara lain menyusun daftar antrian untuk mendapat rumah bagi MBR, dan (c) Akselerasi pemanfaatan skema KPBU dalam pembangunan perumahan;
dan (2) Selain melanjutkan pemberian bantuan pembiayaan perumahan (subsidi perumahan), baik berupa Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB), dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), juga melakukan perluasan fasilitasi pembiayaan perumahan untuk MBR nonbankable melalui: (a) Subsidi perumahan progresif untuk setiap segmentasi pendapatan, sehingga porsi subsidi akan lebih besar pada desil lebih rendah; dan (b) Penyediaan skema micro-finance untuk pembangunan baru maupun peningkatan kualitas rumah.
Untuk pembangunan air minum, arah kebijakan dan strategi untuk pencapaian target RPJMN 2015-2019, meliputi: (1) Menjamin ketersediaan air baku dengan lebih memprioritaskan pemanfaatan sumber air permukaan; (2)
4-40 PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT
Meningkatkan kelestarian daerah tangkapan air melalui pembangunan bendungan, embung, waduk, dan perluasan daerah resapan air. Untuk daerah kepulauan dan rawan air akan dikembangkan teknologi tepat guna seperti pemanfaatan reverse osmosis dan Penampungan Air Hujan (PAH) pada skala rumah tangga, komunal, dan kawasan; (3) Menjamin penyediaan air minum yang aman dan berkelanjutan melalui inisiatif Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) mulai dari sumber, operator (PDAM dan sarana komunal), sampai tingkat rumah tangga; (4) Meningkatkan modernisasi tata kelola PDAM melalui pengembangan inisiatif pendanaan berbasis kinerja di PDAM dan Pemda guna menurunkan angka kebocoran dan meningkatkan efisiensi pengelolaan; dan (5) Meningkatkan keterpaduan program dan kegiatan antara Pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa (mengoptimalkan dana desa), dan TNI.
Arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi antara lain: (1) Mendorong keberpihakan pemerintah daerah terhadap pembangunan sanitasi melalui advokasi kepada pemerintahan daerah (termasuk legislatif) dengan mengoptimalkan kemitraan dalam Aliansi Kota/Kabupaten Peduli Sanitasi (AKKOPSI) dan koordinasi dengan K/L terkait, dan (2) Penataan regulasi untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan sanitasi baik di pusat maupun di daerah.
PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT 4-41 4.4 Kebudayaan
4.4.1 Capaian Utama Pembangunan
Pembangunan kebudayaan bertujuan untuk mewujudkan insan Indonesia yang bermartabat, berkarakter, dan berjati diri yang mampu menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan peradaban luhur di tengah pergaulan global. Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap hasil karya budaya dan perfilman, melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan warisan budaya, meningkatkan kualitas SDM kebudayaan, serta meningkatkan promosi budaya nasional dan diplomasi budaya di tingkat internasional.
Sampai dengan tahun 2016, upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap hasil karya budaya dan perfilman ditunjukkan oleh penyelenggaraan berbagai pameran, festival, pagelaran seni dan film, revitalisasi enam Taman Budaya, pemberian penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro, pengiriman misi kesenian ke berbagai acara internasional, serta keikutsertaan film-film Indonesia pada festival film internasional. Selain itu, telah dilakukan upaya penguatan karakter siswa melalui kegiatan Belajar Bersama Maestro, Seniman Masuk Sekolah, Lawatan Sejarah Nasional, Kemah Budaya Nasional, dan Jejak Tradisi Nasional, sebanyak 2.457 siswa.
Dalam rangka pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya, telah dilakukan registrasi 25.130 cagar budaya, revitalisasi 139 desa adat, revitalisasi 20 museum, dan pembangunan 4 museum tematis. Upaya tersebut telah meningkatkan kesadaran, kebanggaan, dan penghargaan masyakarat terhadap nilai-nilai sejarah bangsa
4-42 PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT
Indonesia dan meningkatkan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya (CB)/situs sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan penelitian.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dibidang kebudayaan, telah dilakukan pembinaan teknis pada 1.905 orang. Selain itu, telah dilakukan sepuluh penelitian arkeologi dengan tema Kebhinnekaan, Kemaritiman, dan Wilayah Perbatasan. Adanya penelitian tersebut, masyarakat mendapatkan informasi secara langsung mengenai kehidupan nenek moyang di masa lalu yang telah menjalani kehidupan multikultur, memiliki kekayaan budaya maritim, dan kesadaran wawasan nusantara mempertebal nasionalisme bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.
Di samping itu, dalam rangka promosi budaya nasional dan diplomasi budaya di tingkat internasional telah dilakukan pengiriman Guru Bahasa Indonesia ke luar negeri; fasilitasi partisipasi Indonesia dalam festival internasional, misalnya Festival Europalia; dan fasilitasi Rumah Budaya Indonesia di sepuluh negara, yaitu Amerika Serikat, Perancis, Singapura, Turki, Jerman, Timor Leste, Myanmar, Australia, Jepang, dan Belanda.
4.4.2 Permasalahan dan Kendala
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan kebudayaan antara lain: (1) Masih kurangnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai sejarah, dan kearifan lokal;
(2) Adanya kecenderungan pengalihan ruang publik ke ruang privat yang mengakibatkan terbatasnya ruang/wadah penyaluran aspirasi masyarakat dan ekspresi karya budaya;
PEMBANGUNANMANUSIADANMASYARAKAT 4-43 (3) Terbatasnya upaya penggalian dan pemanfaatan nilai-nilai yang terkandung dalam warisan budaya, serta kurangnya pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang arti penting warisan budaya; (4) Terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap kekayaan budaya antardaerah; dan (5) Belum optimalnya pelibatan pelaku budaya dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan.
4.4.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kebudayaan adalah: (1) Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sejarah dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, serta kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya kearifan lokal sebagai perekat persatuan bangsa; (2) Menyediakan sarana dan prasarana aktualisasi seni dan karya budaya untuk mendorong tumbuh kembangnya kreativitas dan produktivitas para pelaku budaya kreatif serta kecintaan pada produk dalam negeri; (3) Meningkatkan potensi dan pendayagunaan warisan budaya untuk kesejahteraan rakyat;
(4) Meningkatkan promosi budaya antardaerah serta meningkatkan kreativitas dan pertukaran antarpelaku sebagai sarana diplomasi budaya di tingkat internasional; dan (5) Meningkatkan kapasitas sumber daya pembangunan kebudayaan serta mensinergikan kerja pelaku budaya, masyarakat, dan pemerintah untuk mewujudkan satu kesatuan ekosistem kebudayaan.