BAB I PENDAHULUAN
B. Pembahasan
1. Data Kualitatif
Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek pokok yaitu. (1) mengenai penerapan konsep diklat PPCKS dan (2) tentang hasil penerapan konsep diklat PPCKS dan PKS.
a. Analisis Penerapan Konsep PPCKS dan PKS
Penerapan konsep diklat PPCKS dan PKS dalam praktik persekolahan secara efektif di lembaga pendidikan memerlukan sistem yang terstruktur dan terdokumentasi secara baik. Setiap lembaga yang menerapkan konsep PPCKS dan PKS yang sudah berjalan dengan baik umumnya akan memiliki dokumentasi penerapan hasil yang baik. yaitu memiliki panduan, prosedur dan instruksi kerja. Dimana tujuan dari penerapan konsep diklat PPCKS dan PKS di Kabupaten Lombok Tengah adalah memberikan kepuasan kepada masyarakat yang arahnya untuk peningkatan mutu. Jadi, dalam hal ini penerapan konsep PPCKS dan PKS ditata sedemikian rupa agar masyarakat merasa puas dengan hasilnya.
Penerapan konsep diklat PPCKS dan PKS dikembangkan berdasarkan indikator kinerja kepala sekolah. Untuk mengukur keberhasilan sekolah yang dapat ditampilkan oleh kepala skeolah sebagai berikut: (1). Keberhasilan dalam mengelola sekolah (2). Keberhasilan dalam mengelola kegiatan pembelajaran, (3). Mengelola ketenagaan, (4).
Mengelola sarana prasana, (5). Mengelola keuangan, (6). Mengelola lingkungan solah, (7). Serta megelola hubungan sekolah dengan
masyarakat.85
Sesuai dengan indikator pada batasan masalah peneliti membatasi penelitian ini menjadi: (1) Kepemimpinan perubahan (2) pengembangan rencana kerja sekolah (3) sarana dan prasarana (4) supervisi dan penilaian kinerja guru. Dan tentunya hasil yang dicapai juga harus sesuai dengan indikator yang ada.
1) Kepemimpinan Perubahan
Kepala sekolah sebagai manajer puncak harus mampu mengelola dan memposisikan diri dengan baik. Leroy Eimes Seorang pakar mengatakan
“Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih dari yang orang lain melihat, yang melihat lebih jauh daripada yang orang lain melihat dan yang melihat sebelum orang lain melihat.”.86 Kepala sekolah sebagai agent of change harus mampu mengarahkan dan memberikan contoh upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data, dan mengidentifikasi guru dalam mengimplementasikan kegiatan sehari-hari dimana kepala sekolah berperan sebagai penasehat, guru dan pimpinan.87
Peneliti menilai proses kepemimpinan perubahan kepala sekolah di kabupaten Lombok Tengah sudah ditingkatkan dengan baik setelah diberikan pembekalan melalui PPCKS dan PKS. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket diklat kepala sekolah yang telah diisi oleh guru. Namun ada beberapa kepala sekolah yang sedang berupaya menuju kearah sana dengan cara mempraktikkan hasil pendidikan dan pelatihan yang “dimulai dari diri”.
Menurut hemat peneliti kepala sekolah di Kabupaten Lombok tengah di semua unit kerja yang kepala sekolahnya sudah mendapatkan diklat melalui PPCKS maupun PKS sudah berupaya melakukan perubahan pada kepemimpinan perubahan diri masing-masing di sekolah, perubahan tersebut dapat menjadikan tolak ukur keharmonisan kekeluargaan yang terjalin antara kepala sekolah dan semua ekosistem sekolah lainnya.
2) Pengembangan Rencana Kerja Sekolah
85 Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah, Konsep dan Aplikasi.
86 Yuli Cahyono, dkk, Modul Diklat Kepala Sekolah. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Copyright © 2019
87 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan. hlm.302
Perwujudan mutu berdasarkan pada keterampilan setiap kepala sekolah dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi dan mengembangkan sebagaimana tuntutanlembaga pendidikan.
Pemahaman dan keterampilan kepala sekolah menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu melalui aplikasi pemahaman dan kemampuannya.88 Perkembangan tuntutan lembaga pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan inilah yang terus berkembang dan harus direspon positif oleh kepala sekolah baik dari pengembangan profesi guru, sara prasarana dan lain-lain melalui pengembangan sekolah yang akan direncanakan.
Adapun pengembagan rencana kerja sekolah yang sudah dikemabngkan berdasarkan keadaan pandemi covid 19 antara lain adalah:
a) Kurikulum darurat covid 19 mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) selain itu kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013 yang disempurnakan yang di dukung oleh dinas pendidikan Kabupaten Lombok Tengah.
b) Metode pembelajaran menggunakan blanded learning dengan pendekatan yang lebih tematik, aktif, kontekstual serta belajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan hidup dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dalam setiap prosesnya.
c) Distance learning (Belajar Jarak Jauh) Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar di rumah dengan modul bersama orang tua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Dalam distance learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan antara peserta dengan orang tua, sedangkan guru membimbing jarak jauh menggunakan aplikasi belajar yang digunakan di masing-masing sekolah.
d) Teacher Visit Merupakan metode pembelajaran dimana peserta didik belajar di rumah dan didampingi oleh guru secara langsung. Dalam tutor visit jadwal belajar disusun sesuai dengan kesepakatan antara peserta, orang tua dan guru kelas.
88 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan. hlm.302.
Peneliti menilai proses pengembangan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah di kabupaten Lombok Tengah bisa dikategorikan penerapan konsep PPCKS dan PKS sudah terlaksana. Namun ada bebrapa sekolah yang masih belum bisa melaksanakan semua pengembangan sekolah, terlihat dari perbedaan antara kepala sekolah yang di diklat melalui PPCKS dan PKS. Materi ini sudah disampaikan pada diklat PPCKS dan PKS. Sehingga penerapan konsep pengembangan sekolah bisa dilaksanakan walaupun masih sedikit kurang.
Menurut hemat peneliti kepala sekolah di Kabupaten Lombok tengah di semua unit kerja yang kepala sekolahnya sudah mendapatkan diklat melalui PPCKS maupun PKS sudah melakukan pengembangan sekolah dengan mengedepankan standar nasional pendidikan di sekolah masing- masing, pengembangan tersebut dapat menjadikan tolak ukur keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan potensi sekolah.
3) Sarana dan Prasarana
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah sarana dan prasarana terhadap pembelajaran yang dilakukan secara efektif dan optimal.89 Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah hendaknya kepala sekolah bisa memanage sarana dan prsarana dengan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.. Hal ini juga bisa meminimalisir terjadinya tindakan yang merugikan dan akhirnya dapat menggagalkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Peneliti menilai proses penerapan sarana dan prasara manusia kepala sekolah di kabupaten Lombok Tengah bisa dikategorikan penerapan konsep PPCKS dan PKS sudah terlaksana dengan baik. Hal ini sudah disampaikan pada diklat PPCKS dan PKS.
Menurut hemat peneliti kepala sekolah di Kabupaten Lombok tengah di semua unit kerja yang kepala sekolahnya sudah mendapatkan diklat melalui PPCKS maupun PKS sudah melakukan perubahan sistem kepemimpinan di sekolah, perubahan tersebut dapat menjadikan tolak ukur mutu sekolah dalam melayani pendidikan masyarakat lebih baik dari waktu ke waktu.
89 Setyo Hartanto, Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Copyright © 2019
4) Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru
Kepala sekolah adalah pemimpin dan sekaligus penanggung jawab terselenggaranya pembelajaran yang berkualitas di sekolah. Pembelajaran yang tinggi yang ditandai dengan kinerja yang baik. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk menjamin adanya proses peningkatan profesionalisme guru sekaligus melakukan penilaian kinerjanya. Salah satu upaya penting dalam pengembangan pengembangan profesionalisme dan peningkatan kinerja guru di sekolah adalah supervisi kepada guru. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan supervisi kepada guru. Pada sisi lain, guru harus dinilai kinerjanya melalui mekanisme Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Merujuk pada Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama Guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.90 Supervisi kepada guru lebih bersifat membantu guru dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sedangkan PK Guru lebih condong pada justifikasi kinerja guru. Berbagai pendekatan, teknik dan model supervisi kepada guru yang dilaksanakan secara simultan di sekolah diharapkan berdampak pada peningkatan motivasi dan profesionalisme guru. Salah satu bentuk peningkatan profesionalisme guru adalah kinerja guru, yang diukur dengan mekanisme PK Guru.
Peneliti menilai proses supervisi dan penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di kabupaten Lombok Tengah bisa dikategorikan penerapan konsep PPCKS dan PKS sudah terlaksana.
Namun ada bebrapa sekolah yang masih belum bisa melaksanakan semua pengembangan sekolah, terlihat dari perbedaan antara kepala sekolah yang di diklat melalui PPCKS dan PKS. Materi ini sudah disampaikan pada diklat PPCKS dan PKS. Sehingga penerapan konsep supervisi dan penilaian kinerja guru bisa dilaksanakan walaupun masih sedikit kurang.
Menurut hemat peneliti kepala sekolah di Kabupaten Lombok tengah di semua unit kerja yang kepala sekolahnya sudah mendapatkan diklat melalui PPCKS maupun PKS sudah melaksanakan supervisi dan penilaian
90 Setyo Hartanto, Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Copyright © 2019
kinerja guru di sekolah dengan mengedepankan standar nasional pendidikan di sekolah masing-masing, pengembangan tersebut dapat menjadikan tolak ukur keberhasilan kepala sekolah dalam membuat laporan supervisi dan penilaian kinerja guru.
b. Analisis Capaian Hasil Penerapan Konsep PPCKS dan PKS
Capaian hasil penerapan konsep diklat dapat dilihat pada perubahan peserta diklat PPCKS dan PKS di Kabupaten Lombok. Peningkatan kinerja kepala sekolah antara sebelum mengikuti dan sesudah mengikuti diklat dilakukan dengan cara memantau secara langsung perubahan di sekolah serta melakukan wawancara dan obeservasi melalui guru yang ada disekolah tersebut. Peneliti juga meminta pendapat kepala bidang GTK di dinas pendidikan Kabupaten Lombok Tengah dengan hasil wawancara bersama Bayangkari Sahip, M.Pd Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan mengungkapkan “ada pihak monitoring kami, tapi belum rutin karena yang berkewajiban melakukan monitoring adalah pengawas, akan tetapi insyaAllah saya tau kepala sekolah yang sudah di diklat dan sudah terlihat lebih baik dari yang kemarin”.
Sesuai dengan focus penelitian, hasil perubahan diantaranya : (a) Kepemimpinan Perubahan
Hasil yang didapatkan peneliti tentu pendapat langsung dari peserta diklat yakni kepala sekolah yang di diklat melalui PPCKS dan PKS, peneliti juga menghubungi atasan kepala sekolah secara langsung dan menanyakan perubahan yang ada, dan gurunya sampai sejauh ini bagaimana kinerja kepala sekolah apakah ada peningkatan atau tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mashur, S.Sos (Diklat PPCKS):
“yang pasti yang saya terima dari diklat PPCKS langsung kita coba terapkan dan praktikkan, saya selama ini mengguanakan berbagai macam teknik kepemimpinan dan taktik pemimpin sesuai dengan kebutuhan. Salah satu contoh yang sering saya gunakan seperti yang ibu sedang lihat sekarang, mendidik. saya menyapu menggunakan sapulidi bukan semata-mata saya harus gengsi selaku kepala sekolah, akan tetapi dengan saya dilihat menyapu halaman oleh siswa dan guru saya seolah-olah mengajak mereka terjun secara langsung dan ini yang disebut dengan
mendidik. Tugas guru bukan hanya mengajar tapi tugas paling pending adalah mendidik”.
Ditanggapi juga oleh pernyataan Reniah, S.Sos (Diklat PPCKS) :
“Banyak perubahan untuk lembaga kami setelah mengikuti diklat, contohnya pada materi kepemipinan perubahan saya seolah-olah digiring dan bahkan dirubah mindset kearah yang lebih baik. Dulu saya selaku kepala sekolah lebih banyak menggunakan kepemimpinan otoriter, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi, saya akan berusaha setandarkan dengan ketentuan pemerintah dari hasil diklat yang saya terima”
Diperkuat dengan tanggapan Jumadi, S.Pd (Diklat PPCKS):
“Saya sebagai seorang pemimpin lebih banyak memerdekakan, dimana guru saya beri kebebasan berpendapat. Bukan hanya dari segi mengajar akan tetapi dari segi kebutuhan sarana-prasarana. Sehingga semua guru merasa dilibatkan dalam semua proses persekolahan. disisi lain, saya juga memberikan pengahargaan-penghargaan kecil kepada guru satu kali semester, misalnya guru teladan dan guru bersih dan lain-lain agar mereka merasa dihargai bukan hanya dalam proses pembelajaran saja, sehingga kami disini saling menghormati layaknya satu keluarga besar”.
Sedangkan bagi kepala sekolah yang di diklat melalui PKS mengungkapkan hal yang berbeda. Edi Safwan, S.Pd (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“Perubahan yang drastis sih tidak karena apa yang disampaikan dalam diklat itu semua sudah kita laksanakan, tapi terus terang kami belum pernah mendokumentasikan dalam bentuk dokumen cetak”
Diperkuat dengan pendapat Suarni, S.Pd kepala SDIT GMC (Diklat PKS) dalam waktu yang bersamaan bersama Hj. Hidayati, M.Pd kepala SDN Bilepait (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“Apa yang kami kerjakan merupakan rencana yang di praktikkan walaupun tidak dibuktikan dengan dokumen tertulis, dapat dilihat dari foto sekolah kami sebelum dan sesudah kami di diklat”
Ada kesamaan pendapat antara kepala sekolah yang sudah di diklat melalui PPCKS dan PKS bahwa mereka sepaham akan konsep diklat kepala sekolah dengan materi kepemimpinan perubahan, akan tetapi sedikit berbeda pengertian bahwa setiap yang akan dilakukan maka sebelumnya sudah tertuang dalam tulisan. Melalui wawancara ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep kepemimpinan perubahan disekolah sudah diterapkan dengan hasil yang maksimal.
(b) Pengembangan Rencana Kerja Sekolah
Pengembangan rencana kerja sekolah hasil yang didapatkan peneliti melalui obeservasi dan wawancara, tentu pendapat langsung dari peserta diklat yakni kepala sekolah yang di diklat melalui PPCKS dan PKS
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mashur, S.Sos (Diklat PPCKS):
“Ada, kami memiliki rencana kerja sekolah pendukung (RKS, RPS, RKAS) beserta notulen rapatnya. Sehingga kami disekolah merumuskan, merencanakan dan membiayai setiap program apa yang sesuai dengan pembentukan dan perumusan RKS tersebut, dalam merumuskan rencana kerja kami bersama guru dan komite beserta pengawas bina merencanakan rencana kerja jangka panjang, rencana kerja jangka pendek dimana yang terelibat adalah semua individu maupun kelompok disekolah”.
Ditanggapi juga oleh pernyataan Reniah, S.Sos (Diklat PPCKS) :
“Ada, kami memiliki rencana kerja sekolah (RKS, RPS dan lainnya) beserta notulen rapat tersebut, dalam merumuskan rencana kerja kami bersama guru dan komite merencanakan rencana kerja jangka panjang, rencana kerja jangka pendek dimana yang terelibat adalah semua individu maupun
kelompok disekolah dan selanjutnya diserahkan ke pengawas sekolah untuk di revisi bersama mengetahui kepala UPT dan kepala dinas pendidikan.”
Hal yang sama dengan apa yang diungkapkan oleh Jumadi (Diklat PPCKS), Kepala SDN 4 Praya91 bahwa dalam penerapan pengembangan sekolah sudah ada dokumen-dokumen cetak yang mendukung. Peneliti dalam hal ini melihat dan membukan secara langsung keberadaan bukti pembuatan RKS, RPS dan yang lainya sangat lengkap. Sedangkan bagi kepala sekolah yang di diklat melalui PKS mengungkapkan hal yang berbeda. Edi Safwan, S.Pd (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“saya sedang mencoba membuat pengembangan rencana kerja sekolah yang sudah kami miliki, karena yang dulu kami mempunyai rencana kerja skolah masih secara mengglobal.
Nah, yang sedang saya susun saat ini adalah rencana kerja panjang, menengah dan pendek. Disini utama yang saya kembangkan adalah kegiatan extrakurikuler siswa”
Diperkuat dengan pendapat Suarni, S.Pd kepala SDIT GMC (Diklat PKS) dalam waktu yang bersamaan bersama Hj. Hidayati, M.Pd kepala SDN Bilepait (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“saya belum membuat rencana krja sekolah yang tertulis akan tetapi saya sudah melaksanakannya, seperti pengembangan guru dan tenaga kependidikan saya menguapayakan mereka mendapatkan pelatihan yang bisa mengcover media online, saya memang tidak pernah merencanakan akan tetapi melaksanakan sesuai kebutuhan” kata Suarni.
“kalau saya mengembangkan rencana kerja sudah ada tertulis tetapi kadang tidak sesuai dengan yang saya rencanakan, misalnya masa pandemic ini saya tidak rencanakan akan belajar menggunakan media online tapi saya sudah laksanakan. Kamu akan berupaya sebaik mungkin untuk merubah itu semua”
91Wawancara Bersama Kepala SDN 4 Praya Kabupaten Lombok Tengah. “Penerapan dan konsep dan hasil diklat PPCKS yang dilaksanakan oleh LP2KS” Sabtu, 28 Agustus 2021 Pukul 09:24
Ada sedikit perbedaan antara kepala sekolah yang sudah di diklat melalui PPCKS dan PKS bahwa mereka sudah menerapkan konsep diklat kepala sekolah dengan materi pengembangan rencana kerja sekolah, akan tetapi sedikit berbeda pengertian bahwa setiap yang akan dilakukan maka sebelumnya sudah tertuang dalam tulisan. Melalui wawancara ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep pengembangan rencana krja sekolah disekolah sudah diterapkan dengan hasil yang masih kurang.
(c) Sarana dan Prasarana
Kepala sekolah harus mampu menganalisis ketersediaan sarana dan prasarana pada satuan pendidikan sesuai peraturan yang berlaku.92 Kemampuan menganalisis diawali dengan memahami konsep sarana dan prasarana pendidikan. Konsep sarana prasarana memfasilitasi kepala sekolah untuk memahami pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan dan pelaporan. Untuk membangun pemahaman konsep tentang sarana prasarana pendidikan tersebut, kepala sekolah perlu mengingat kembali apa itu sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.
Permsndiknas menyebutkan sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.93 Hal ini sesuai dengan pernyataan Mashur, S.Sos (Diklat PPCKS):
“sarana yang kami miliki dan kembangkan di sekolah sangat beragam, misalnya alat pelajaran yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaranadalah buku, alat tulis, penggaris, alat dan bahan praktikum, bahan praktikum sesuai mata pelajaran yang di praktikkan. Kemudian alat pegara dan media pembelajaran beragam yang digunakan sebagai perantara dalam pembelajaran.
Adapun prasarana yang kami miliki dan kembangkan di sekolah ini kalau ruang kelas masih kurang satu ruang karena semakin banyak
92 Djoko Sambodo Pengelolaan SaranaPrasarana Sekolah Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Copyright © 2019
93 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
siswa baru tahun ini kami dapatkan oleh karena itu kami menggunakan mushola sebagai ruang kelas yang kurang, ruang perpustakaan, ruang UKS dan fasilitas olahraga lengkap”.
Diperkuat juga oleh pernyataan Reniah, S.Sos (Diklat PPCKS) :
“sarana yang kami miliki disini beragam untuk menunjang tujuan pembelajaran. Ada buku, kit praktikum IPA, Matematika, olahraga dan seni. Sedangkan prasarana terutama ruang kelas kami masih kurang 2 kelas sehingga ruang kelas yang kurang kami menggunakan ruang perpustakaan dan aula sekolah, prasarana berupa fasilitas seni dan olahraga berupa gendang beleq, alat olahraga lengkap dan alat pramuka”
Hal yang sama dengan apa yang diungkapkan oleh Jumadi (Diklat PPCKS), Kepala SDN 4 Praya94 bahwa :
“sarana yang kami miliki di sekolah kami kembangkan melalui dana BOS, tetutama pengadaan buku, alat pembelajaran dan media penujang agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana kami Alhamdulillah lengkap semua, dari toilet, ruang kelas ruang perpustakaan, UKS, bahkan kami mengikuti lomba sekolah sehat kami mendapat juara 1 tingkat provinsi”
Sedangkan bagi kepala sekolah yang di diklat melalui PKS mengungkapkan hal yang berbeda. Edi Safwan, S.Pd (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“sarana yang kami miliki belum memadai, hanya buku yang lengkap sedangkan alat pembelajaran dan media lainnya kami memanfaatkan barang limbah yang ada, seperti koran bekas, undangan, plastic bekas, dan lainnya. Prasarana yang kami miliki masih sangat kurang akan tetapi kami mengguanakan ruang kelas seadanya, seperti yang dapat dilihat kami menggunakan aula sekolah untuk tiga kelas siswa dan yang lainnya masih belum ada”.
94 Wawancara Bersama Kepala SDN 4 Praya Kabupaten Lombok Tengah.
“Penerapan dan konsep dan hasil diklat PPCKS yang dilaksanakan oleh LP2KS”
Sabtu, 28 Agustus 2021 Pukul 09:24
Diperkuat dengan pendapat Suarni, S.Pd kepala SDIT GMC (Diklat PKS) mengatakan :
“yang mengelola sarana dan prasarana kami adalah yayasan, kami disekolah tinggal melaksanakan dan mengguanakan fasilitas yang ada”.
dalam waktu yang bersamaan bersama Hj. Hidayati, M.Pd kepala SDN Bilepait (Diklat PKS) mengatakan bahwa :
“sarana yang kami miliki cukup memadai, untuk prasarana yang masih kurang. Kami hanya memiliki ruang kelas dan ruang guru. Selainnya tidak ada. ”
Berbanding jauh antara kepala sekolah yang sudah di diklat melalui PPCKS dan PKS bahwa mereka sudah menerapkan konsep diklat kepala sekolah dengan materi sarana dan prasarana. Melalui wawancara ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil sarana dan prasarana dapat dilihat bukti yang ada disekolah dan peneliti menyimpulkan bahwa hasil belum maksimal.
(d) Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru
Hasil penerapan konsep pada supervisi dan penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah melakukan monitoring dan evaluasi untuk menggambarkan bagaimana faktor-faktor penting dan indikator-indikator keterlaksanaan dan ketercapaian kegiatan-kegiatan itu dimonitor dan dievaluasi sedemikian rupa sehingga kegiatan bisa dilaksanakan secara aplikatif dan terukur.95 Supervisi umumnya dilakukan dua kali dalam satu semester pada masing-masing guru. Hasil supervisi digunakan untuk pengambilan keputusan. Di dalam bagian supervisi ini, kepala sekolah menuliskan apa saja yang menjadi bagian yang di supervise dan bagaimana melakukan monev. Instrumen monitoring dan evaluasi disusun oleh kepala sekolah berdasarkan indikator keberhasilan pada matriks Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mashur, S.Sos (Diklat PPCKS):
“saya melakukan supervisi kepada guru kelas 2 kali dalam
95 Setyo Hartanto, Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Copyright © 2019