• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Mahasiswa yang menjadi Dropshipper di UIN Mataram

BAB II PRAKTIK JUAL BELI DROPSHIPPING DIKALANGAN

A. Gambaran Umum Perguruan Tinggi UIN Mataram

2. Data Mahasiswa yang menjadi Dropshipper di UIN Mataram

No Dropshipper Fak/Jurusan Produk Supplier

1 Dewi Sosiologi

Agama

Baju, Tas, Sepatu dan Aksesoris

Shoppie.

2 wardathun Ekonomi Islam Baju, Tas dan Aksesoris

Shoppie

3 Kusman Manajemen

Dakwah/FDIK

Baju Toko Male Clothes

4 Juaini Pend. Agama Islam/FTK

Baju Toko kaos

jo

5 Wulan HES /Syariah Baju dan Tas Toko baju 6 Risma HES/Syariah Baju dan Tas Toko baju

bertais 7 Mustiadi Pend.

Kimia/FTK

Baju dan Sepatu

Toko Male Clothes

8 Putri FALAK/Syariah Tas Shoppie

9 Novi BKI/FDIK Kosmetik Shoppie

Dropshipper merupakan pekerjaan jual beli online yang banyak ditemukan diberbagai kalangan dikarenakan pekerjaannya yang mudah dan fleksibel. Sebagaimana penyusun memaparkan konteks penelitian bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga banyak penjual yang menggeluti jual beli dropship dan berprofesi sebagai dropshipper karena tidak memberatkan dan tidak terlalu menghalangi aktivitas mereka. Lalu bagaimana kerja dropshipper tersebut? Seperti yang dikatakan oleh narasumber pertama Wulan mengatakan

Penjualan dengan sistem ini sangat memudahkan saya apalagi saya yang sebagai mahasiswa banyak tugas dari dosen tapi karena sistem ini memudahkan, sehingga saya mendaftarkan diri kepada pihak grosir sebagai dropshipper (penjual), sistem ini tidak perlu mengluarkan modal terlebih dahulu, ketika saya sudah didaftarkan saya dikirimkan katalog oleh pihak grosir yang nantinya saya pasarkan. Dan ketika ada pesanan , pembeli tersebut harus membayar terlebih dahulu kepada saya, kemudian saya akan

memberitahukan pihak grosir mengenai pesanan tersebut atas nama pembeli dan pihak penyetok akan mengirim barang tersebut atas nama saya”.66

Selain penjelasan dari mahasiswi atas nama Wulan, ada juga penjelasan dari Juaini mengatakan bahwa.

“dropshipper itu sebutan dari nama penjual atau yang memasarkan barang di media sosial. Ada juga supplier yaitu yang menyetok barang atau pihak grosir. Tugas dropshipper sendiri itu untuk menjualkan barang milik dari supplier”.67.

Jawaban selanjutnya juga peneliti dapatkan dari narasumber yang lain walaupun banyak penjelasan panjang tapi apa yang disampaikan oleh narasumber sebelumnya tidak jauh berbeda mengenai dropshipper.

Begini mbak, saya kan mahasiswa tingkat akhir yang sudah mulai kerjain proposal laporan dan skripsi jadi tidak bisa berkegiatan yang membebankan. Jadi saya cari pekerjaan yang memudahkan saya dalam bekerja dan cukup penghasilannya langsung saya terima. Oleh karena itu saya mencari pekerjaan yang memudahkan dan saya menemukan toko grosir yang membutuhkan dropshipper. setelah saya mendaftarkan diri sebagai dropshipper setelah saya mendaftarkan diri kemudian saya diberikan sebuah katalog yang isinya berupa gambar dan informasi mengenai barang yang akan dijual tersebut. Sehingga jika ada yang membeli dari teman-teman jurusan saya, kemudian saya memesan ke pihak grosir atas nama teman saya, dan pihak grosir tersebut akan mempersiapkan barang yang sudah dipesan dan akan mengirimnya ke alamat pemesan atas nama pengirim saya sendiri. Bagaimana mudah kan mbak?.”68

Ada berbagai cara untuk memasarkan barang milik supplier dari dropshipper yang berbeda-beda.

setelah mendapatkan katalog tersebut pihak supplier tidak menekankan untuk melakukan pemasaran harus dengan ini itu, jadi terserah kita mau memasarkannya seperti apa, bagaimanapun cara

66 Wulan, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi , Kekalik swasembada, 23

September 2021

67Juaini, Pelaku Usaha dropshipper, Wawancara Pribadi , jempong, 23 September 2021

68 Yulia, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi, pagesangan 24 September

2021

dropshipper entah melalui media sosial seperti facebook, instagram, whatsapp dan lain-lain”.69 Narasumber lain mengatakan “saya lebih memilih untuk memasarkannya melalui media facebook Karena mudah dijangkau dan juga tidak terlalu ribet yang terpenting ada kuota tetap memadai”.70

Cara-cara tersebut dilakukan oleh dropshipper tentu sudah mempertimbangkan kemampuan dan kreatifitas yang dimiliki masing- masing. Sehingga ssitem pemasaran yang dilakukan melaui media sosial merupakan cara pemasaran yang paling mudah dilakukan oleh penjual (dropshipper). Dan juga selain mudah. Penjual juga dapat membuat tokonya sendiri tanpa perlu memiliki modal terlebih dahulu.

Sehingga dropshipper hanya menyiapkan sistem pemasaran yang akan digunakan dan yang paling dibutuhkan akum media sosial da juga kuota internet. Objek jual beli yang dilakukan dropshipper merupakan barang-barang yang banyak dinikmati oleh banyak kalangan. Dan juga yang menjadi penjual atau dropshipper ini tidak hanya perempuan saja namun laki-laki pun ada yang melakukan bisnis online ini.

Sehingga barang yang dijual pun berupa pakaian, tas, sepatu dewasa dan anak-anak.71

Barang yang saya pasarkan yaitu berupa pakaian dan tas, kebanyakan itu yang menjadi pilihan, dan itu barang yang saya pasarkan ke media sosial, diakun facebook saya. Namun ada juga yang sesuai dengan gambar barang dikatalog sesuai dengan tempat mendaftarkan diri sebagai dropshipper.”72

69 Risma, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara Pribadi,Dasan Agung, 24 September 2021

70 Putri, Pelaku Usaha Dropshipper wawancara Pribadi, jempong, 25 September 2021

71 Observasi , Toko Dewi Asia Anjani, (toko onlineshop yang terkait), Wawancara pribadi, 27 September 2021

72 Mustiadi, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara Pribadi, pagesangan timur, 25 september 2021

Sehingga kebanyakan hasil wawancara dari beberapa narasumber bahwa narasumber yang peneliti wawancara banyak menjual barang berupa pakaian dan aksesoris.

“Saya memilih menjadi dropshipper karena lebih mudah dan tidak perlu mengeluarkan modal terlebih dahulu. Pertama kali saya mengetahui jual beli ini di teman, kemudian teman saya mengajak saya untuk ikut jualan dengan sistem dropshipping ini saya kira bakal susah ternyata mudah dan karena juga tidak perlu modal awal.”73

“Selama saya menjadi dropshipper, alhamdulillah ,masih baik-baik saja. Tidak untung banyak dan tidak rugi dan berjalan lancar sampai sekarang. Soal harga supplier hanya mematok harga barang saja sehingga untuk harga yang dijual oleh dropshipper ditentukan sendiri, tidak boleh mengambil untung terlalu banyak sewajarnya saja. Namun ketika barang sampai ke konsumen, ada barang yang seringkali tidak sesuai, ada yang tidak sesuai dengan gambar yang diberikan, terus ada bahannya yang keras, barang yang rusak dan itu merupakan keluhan dari pelanggan, tapi memang ini resiko dan juga sudah ada kesepakatan barang yang sudah dikeep tidak bisa di cancel. Dan juga barang yang sudah dikirim tidak bisa dikembalikan karena memang ada toko yang tidak menerima kembalian barang dan ada yang menerima sesuai dengan kesepakatan.”74

Hal sama juga dituturkan oleh narasumber yang lainnya yaitu wulan dan yulia bahwa semua penjual pasti akan mendapatkan resiko dalam menjual setiap produknya.

Setiap barang yang cacat bisa dikembalikan jika adanya kesepakatan di awal pemesanan, jika tidak ada kesepakatan diawal pemesanan maka barang yang rusak atau cacat tidak bisa dikembalikan. Jadi penjelasan dropshipper dari beberapa narasumber bahwa kewajiban dari dropshipper yaitu memasarkan barang, membayar dan memesan kepada supplier sehingga supplier

73 Wulan, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara Pribadi, kekalik, 23 September 2021

74 Dewi, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi, Mataram , 9 Juli 2021

selanjutnya menyiapkan dan mengeirim barang kepada pemesan sesuai dengan alamat yang diberikan oleh dropshipper dan hak dropshipper yaitu mendapatkan untung yang sewajarnya dari sistem jual beli ini.

Dari penjelasan beberapa responden bahwa dapat dikemukakan mahasiswa yang menjadi drophsipper sangat menyukai sistem jual beli dropshipping ini Karena memudahkan bagi mereka dan juga tidak perlu mengeluarkan modal terlebih dahulu untuk melakukan bisnis tersebut dan juga mendaptkan keuntungan tanpa perlu mengeluarkan modal.

C. Ketentuan Perjanjian dalam Sistem Jual Beli Dropshipping dikalangan Para Pihak

Perjanjian yang terjadi antara supplier dan Dropshipper hanya sebuah perjanjian tidak tertulis yang hanya melakukan perjanjian lewat media whatsapp. perjanjian sistem jual beli dropshipping tidak tertulis diakui sah. Berdasarkan ketentuan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian tersebut, sebab tidak ada satupun syarat yang mengharuskan suatu perjanjian dibuat secara tertulis, karena sudah jelas tertera syarat sahnya suatu perjanjian yaitu, kesepakatan mereka mengikat dirinya, kecakapan untuk melakukan suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal.75 Dalam kompilasi hukum ekonomi syariah syarat subjek menurut

75 Kitab Undang-undang Huku Perdata Burgerlijk Wetboek, hlm. 274- 275

pasal 23 bahwa pihak-pihak yang berakad adalah orang perseorangan, kelompok orang, persekutuan, atau badan usaha, orang yang berakad harus cakap hukum, berakal, dan tamyiz. Syarat objek dalam Pasal 24 KHES yaitu amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan oleh masing- masing pihak, objek akad harus suci, bermanfaat, milik sempurna dan dapat diserah terimakan. Tujuan Perjanjian dalam Pasal 25 ayat 1 bahwa Akad bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha masing-masing pihak yang mengadakan akad. Dan Sighat akad dapat dilakukan dengan jelas, baik secara lisan, tulisan, dan/atau perbuatan.76

Hak dan kewajiban penjual dan pembeli menurut KHES pasal 63 ayat 1 dan 2 bahwa Penjual wajib menyerahkan obyek jual-beli sesuai dengan harga yang telah disepakati dan pembeli wajib menyerahkan uang atau benda yang setara nilainya dengan obyek jual-beli. Dalam Pasal 69 hak para pihak bahwa penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar/pilih selama berada di tempat jual beli, sejak ijab dilakukan hingga berakhirnya pertemuan tersebut.77

Dimana keduanya membuat kesepakatan bahwa mereka membuat kesepakatan mengenai konsep penjualan yang akan dilakukan dropshipper, dimana barang yang dipasarkan oleh dropshipper sesuai katalog yang diberikan oleh supplier yang nantinya jika ada yang memesan akan sesuai dengan yang dipasarkan. Sehingga perjanjian yang terjadi atau kesepkatan

76 Mahkamah Agung RI, Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah, 2011, hlm 17

77 Ibid, hlm 27-28

yang sudah disepakati tidak dipenuhi yang seharusnya dipenuhi oleh pihak supplier.

Sedangkan perjanjian atau kesepakatan yang terjadi antara pihak dropshipper dan konsumen yaitu sama halnya berupa perjanjian tidak tertulis juga dimana kesepakatan dropshipper bahwa setiap barang yang dipesan nantinya akan sesuai dengan gambar yang dipasarkan sehingga apa yang sudah dikatakan oleh supplier kepada dropshipper bahwa katalog tersebut sudah sesuai dengan barang yang akan dikirim nantinya ke pihak konsumen, sehingga konsumen pun tertarik untuk membelinya.

Sehingga baik perjanjian supplier dan dropshipper serta perjanjian antara dropshipper dan konsumen hanya membuat perjanjian secara tidak tertulis menggunakan media whatsapp atau media online. Dan kesepakatan yang terjadi antara dropshipper dan konsumen hanya kesepakatan bahwa barang yang dikirim akan sesuai tidak akan berbeda dengan katalog gambar tersebut.

Seperti yang dituturkan oleh dewi selaku dropshipper “saya dengan pihak shoppie yang sebagai pihak supplier hanya melakukan kesepakatan berupa konsep penjualan, seperti saya dijelaskan mengenai konsep pemasaran, terus kesepakatan harga produk yang akan diperjualbelikan dan juga pihak shoppie menyatakan kepada saya bahwa barang yang yang saya pasarkan nantinya akan dikirim ke konsumen langsung dengan nama saya sebagai pengirim dan barang tersebut akan sesuai dengan yang saya pasarkan. Kebanyakan barang yang saya ambil dikespakatan awal ada supplier yang membuat kesepakatan bahwa barang yang tidak sesuai bisa dikembalikan dengan jangka waktu yang sudah ditentukan dan tata cara pengembalian yang sudah diberitahukan dan ada juga pihak supplier yang membuat kesepakatan bahwa barang yang tidak sesuai bisa dikembalikan , malah ketika hal itu terjadi dan saya ingin komplain malah saya diblokir dan tidak ada jawaban sama sekali dari pihak supplier nya, tidak ada pertanggung jawaban dari pihak supplier atas kesepakatan yang sudah disepakati. Dan untuk kesepakatan antara

saya dan konsumen sudah ada dimana barang akan sesuai dengan yang akan dikirm nantinya akan sesuai, padahal saya sudah membuat kesepakatan kalau barang sudah diterima dan sesuai tapi ada lecet sedikit itu tidak bisa kembalikan tapi banyak kkonsumen yang kekeh untuk bisa diganti dan mau tidak mau harus diganti ”.78

Lebih lanjut, kusman mengatakan “sebelum memulai bisnis saya membuat kesepakatan dengan pihak supplier mengenai konsep pemasaran dan harga yang akan ditetapkan setiap produk yang akan dijual. Dan juga saya membuat kesepakatan mengenai barang yang tidak sesuai yang nantinya bisa dikembalikan dengan aturran kesepakatan yang sudah dibuat. Jadi sudah ada kesepakatan walaupun melalui media online sehingga jadi enak kita melakukan bisnis ini, kalau dengan konsumen saya hanya membuat kesepakatan mengenai pembayaran terlebih dahulu baru barang akan dikirim sesuai dengan pesanan”.79

Wardathun mengatakan : “saya membuat perjanjian atau kesepakatan dengan pihak shoppie sebagai supplier mengenai konsep penjualan dan jenis-jenis barang yang akan saya jual nanti dan juga saya juga membuat kesepakatan mengenai harga barang dan pendapatan yang akan saya dapatkan. Dan pihak supplier juga memberikan perjanjian bahwa barang yang akan dikirim nantinya akan sesuai dengan baran- barang yang sudah saya jelaskan kepada pihak konsumen. Namun, nyatanya saya malah ditipu bahwa barang yang datang ke konsumen tidak sesuai dengan pesanana yang sudah saya sepakati dengan pihak konsumen. Dan saya pun menghubungi pihak supplier untuk pertama-tama responnya baik dari pihak supplier bahwa dia mengganti barang yang tidak sesuai tersebut, namun lama kelamaan tetap tidak sesuai dan bahkan pihak supplier tidak bisa dhubungi lagi. Sehingga kesepakatan yang sudah dibuat tidak dipertanggungjawabkan dengan baik oleh pihak supplier dan saya harus mengganti kerugian tersebut kepada konsumen .80

Juaini mengatakan , “sebelum memulai bisnis saya melakukan sebuah perjanjian atau kontrak dengan pihak toko (supplier) dan sepakat untuk memulai bisnis, kesepakatan saya dengan pihak grosir berupa jenis barang yang akan saya jual nanti dan harga dari barang-bang tersebut dan juga pihak grosir sendiri mengatakan bahwa barang yang akan diperjual belikan akan sesuai dan persisi 100% dan saya pun diyakinkan oleh pihak grosir untuk tidak takut terhadap kualitas barang karena dari katalognya saja sudah banyak yang akan menarik minat pembeli untuk

78 Dewi, Pelaku Usaha dropshipper, Wawancara Pribadi, Fakultas Ushuluddin Studi

Agama, 10 Agustus 2021

79 Kusman, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi, Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi

80 Wardathun, pelaku usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi, Fakulta Ekonomi dan

Bisnis Islam.

memesannya karena pihak grosir mengatakan bahwa ini kualitas premium.81

Wulan mengatakan, “saya membuat perjanjian dengan pihak supplier mengenai sistem penjual dan harga barang. Dan juga saya membuat kesepakatan dengan pihak supplier bahwa jika nanti ada barang yang tidak sesuai bisa ditukarkan dengan barang yang sesuai dan pihak supplier pun menyanggupinya. Sehingga saya dapat memulai bisnis tanpa ada keraguan terhadap kualitas setia barang yang akan dikirimkan nantinya.82

Selanjutnya, risma mengatakan “saya sebelum memulai bisnis online ini, saya membuat kesepakatan dengan pihak grosir mengenai kesesuaian barang yang akan saya pasarkan nanti kepada konsumen dan juga kesepakatan harga barang dan persenan yang akan saya dapatkan.

Pihak grosir menekankan bahwa barang yang akan datang akan 100%

sesuai dengan barang yang akan saya pasarkan kepada konsumen atau sesuai dnegan katalog yang diberikan oleh pihak grosir. Sehingga saya memulai bisnis online ini dengan percaya bahwa semua akan sesuai.83

Selanjutnya, mustiadi mengatakan hal sama dengan wulan bahwa ia menuturkan “ bahwa sebelum memulai bisnis saya membuat perjanjian dengan pihak supplier mengenai sistem jual beli dan harga setiap barang.

Dan juga saya membuat kesepakatan perihal barang yang nanti kan datang jika tidak sesuai dapat ditukarkan dan pihak supplier pun menyetujuinya. Sehingga dengan begitu usaha bisnis online ini dapat saya jalankan.84

Putri juga menuturkan hal yang sama dengan Wardathun “saya membuat perjanjian atau kesepakatan dengan pihak shoppie sebagai supplier secara online mengenai konsep penjualan dan jenis-jenis barang yang akan saya jual nanti dan juga saya juga membuat kesepakatan mengenai harga barang dan pendapatan yang akan saya dapatkan. Dan pihak supplier juga memberikan perjanjian bahwa barang yang akan dikirim nantinya akan sesuai dengan barang-barang yang sudah saya jelaskan kepada pihak konsumen atau sesuai dengan katlog yang diberikan oleh pihak supplier. Namun, nyatanya pihak supplier melakukan penipuan bahwa barang yang datang ke konsumen tidak sesuai dengan pesanana yang sudah saya sepakati dengan pihak konsumen. Dan saya pun menghubungi pihak supplier, untuk pertama-tama responnya baik dari pihak supplier bahwa dia mengganti rugi barang yang tidak sesuai tersebut, namun lama kelamaan tidak sesuai terus-menerus dan bahkan

81 Juaini, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara pribadi, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan.

82 Wulan, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara pribadi, Fakultas Syariah

83 Risma, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Dropshipper, Fakultas Syariah.

84 Mustiadi, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara pribadi, Fakultas Pendidikan dan

Keguruan

pihak supplier tidak bisa dihubungi lagi. Sehingga kesepakatan yang sudah dibuat tidak dipertanggungjawabkan dengan baik oleh pihak supplier dan saya harus mengganti kerugian tersebut kepada konsumen sesuai dengan harga barang tersebut.85

Penuturan selanjutnya mengenai perjanjian atau kontrak antara para pihak yang dituturkan oleh Novi “saya sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan pihak grosir secara online dan sepakat memulai bisnis, saya dijelaskan mengenai konsep pemasaran dan diberikan katalog dan saya membuat kesepakatan jika ada barang yang terjual maka saya akan mendapatkan persenan, pihak grosir juga mengatakan bahwa saya tidak perlu takut mengenai kualitas barang yang saya akan pasarkan nantinya dimana akan sesuai persis dengan katalogtersebut. Dan kemudian saya selaku dropshipper mulai untuk memasarkan barang-barang tersebut.86

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden dapat dikemukakan bahwa bentuk perjanjian atau kontrak yang terjadi antara para pihak berbeda-beda, yaitu bentuk sebuah kesepakatan dan ada bentuk kesepakatan yang lain. Sehingga dari hasil-hasil kesepakatan yang dikemukakan oleh responden tersebut dimana perjanjian yang terjadi sudah membuat suatu ikatan antara para pihak dan harus dipertanggungjawabkan.

D. Bentuk perlindungan hukum terhadap dropshipper dalam Prespektif Undang-undang Perlindungan konsumen dan Hukum Islam.

Bentuk perlindungan hukum terhadap dropshipper dalam UUPK yaitu dalam pasal 19 ayat 1 bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan , pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

85 Putri, Pelaku Usaha Dropshipper, Wawancara Pribadi, Fakultas Syariah.

86 Novi, Pelaku Usaha Dropshipper, wawancara pribadi, Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

diperdagangkan.87 dan pasal 24 ayat 1 huruf a dan b bahwa pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain (perantara) bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/ atau gugatan konsumen apabila perantara dagang menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang dan perantara dagang dalam bertransaksi tidak mengetahui adanya perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu dan komposisi.88 dan pasal 45 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap konsumen atau perantara dagang yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas dalam menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.89

Sedangkan dalam Hukum Islam Perlindungan hukum terhadap dropshipper dalam jual beli dropshipping dimana supplier tidak memberikan informasi secara jelas dalam hukum Islam transaksi yang tidak jelas disebut transaksi gharar. Dalam hukum Islam gharar ini merupakan transaksi yang mengandung tipuan.90 Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam hukum Islam dalam KHES pasal 38 Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi membayar

87 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm 129

88 Ibid, hlm 160

89 Ibid, hlm 227

90 Rizky Natasya Adha, Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Jual

Beli Dropshipping Dalam Presfektif Hukum Islam dan Aturan perundang-undangan di Indonesia, (Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,2020.) hlm. 51

ganti rugi, pembatalan akad, peralihan risiko, denda; dan/atau membayar biaya perkara. Dalam Pasal 39 Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan ingkar janji, tetap melakukan ingkar janji, sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya, pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji yang dilakukannya tidak di bawah paksaan. Mengacu pada kaidah-kaidah Fiqih Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya:” Tidak boleh membuat kemudharatan dan tidak boleh membalas dengan kemudharatan”.91

Penjelasan dari dalil tersebut menjelaskan bahwa pelaku usaha harus melakukan perdagangan dengan sesuai yang sudah diajarkan dalam Al-quran dan sunnah Nabi. Dimana, pelaku usaha tidak boleh melakukan sesuatu hal yang dilarang seperti melakukan kecurangan atau penipuan yang berdampak pada kerugian yang dialami konsumen lainnya.

Dalam hukum ekonomi syariah yang memiliki prinsip yang berdasarkan kajian dan fiqih. Sebagai salah satu dalil dalam ilmu fiqh dalam kaidah besar yang berbunyi :

91 Duski Ibrahim, “Al-Qawa’id Al- Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih)”, dalam

http://repository.radenfatah.ac.id/4295/1/Lengkap.pdf, diakses pada tanggal 13 Desember 2021, Jam 01. 37 , hlm. 34

Dokumen terkait