• Tidak ada hasil yang ditemukan

ىراخبلا

D. Definisi Diat

29

Hal ini perlu dikemukakan sebab ketika terdengar kata qishâsh maka yang terpikir oleh sebagian orang adalah „pembunuh harus mati‟. Memang hukuman mati merupakan salah satu bagian dalam hukuman qishâsh, namun tidak seluruh hukuman qishâsh adalah hukuman mati. Hukuman mati dalam qishâsh hanya berlaku pada pembunuhan disengaja yang juga masih diganti dengan diat, selebihnya adalah hukuman maksimal berupa diat pada pembunuhan tidak disengaja dan seperti disengaja, atau dimaafkan murni tanpa diat pada semua jenis pembunuhan tersebut. Dengan demikian persepsi bahwa kata qishâsh sama dengan mati adalah tidak benar.

Bahkan hukuman mati adalah salah satu alternatif dan alternatif terakhir. Inti keadilan dari hukum qishâsh adalah kepuasan keluarga korban, bukan penghilangan nyawa manusia.17

dengan sebab tindak pidana penganiayaan (jinayat). Bentuk asli kata diat ialah

ةَيْدِو

yang dibuang huruf wau-nya.

Sedangkan diat secara syariat adalah harta yang wajib dibayar dan diberikan oleh pelaku jinayat kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi, disebabkan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kepada korban.19

Diat mengatur segala tindakan yang mengharuskan dan tidak mengharuskan qishâsh di dalamnya. Diat disebut juga dengan „aql, dengan dasar apabila si pembunuh telah bersaksi, dia akan mengumpulkan unta sebagai diatnya, lalu akan mengalungkannya di tanah atau halaman rumah wali si terbunuh, yakni mengikat unta-unta itu dengan ikatan („iqaal) untuk diserahkannya kepada mereka.

Peraturan mengenai diat sudah dilaksakan orang-orang Arab sebelum Islam datang, lalu Islam menetapkannya. Dasar masalah ini terdapat dalam firman Allah Swt dalam QS. An-Nisâ‟ [4]: 92) :



























































































































19 Muhammad bin Ibrâhim bin Abdullah at-Tuwaijiri, Ensiklopedia Islam Kaffah, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2010), Cet. II, h. 1118

31

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)20, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah21. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya22, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah.

dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An- Nisâ‟ [4]: 92)23

Hukuman diat disyariatkan Islam berdasarkan dalil dai Al- Qur`an, sunnah dan ijma‟. Diantara dalil dari Al-Qur`an adalah firman Allah SWT:

















































“…Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

20seperti: menembak burung terkena seorang mukmin.

21 Bersedekah di sini Maksudnya: membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat.

22 Maksudnya: tidak mempunyai hamba; tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba sahaya.

23 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Terj. Khikmawati, (Jakarta:

Amzah, 2017), Cet. Ke IV, h. 82

rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah [2]: 178)

Ayat ini menerangkan bahwa jika dimaafkan oleh keluarga korban, pembunuh hendaknya membayar diat dengan cara yang baik sebagaimana telah dimaafkan dengan baik.

1. Standar Pembayaran Diat

Standar pembayaran diat pembunuhan adalah unta, ini menurut pendapat mayoritas ulama. Seperti pada hadis Rasulullah SAW:

َىَلَعَِةَيِّدلاَُةَميِقَ ْتَناَكَ"َ:َلاَقَ،ِهِّدَجَْنَعَ،ِويِبَأَْنَعَ، ٍبْيَعُشَِنْبَوِرْمَعَْنَع

ََناََثََ:َم لَسَوَِوْيَلَعَُاللهَى لَصَِ للَّاَ ِلوُسَرَِدْهَع

َ،ٍمَىْرِدَ ِف َلَّآََةَيِناََثََْوَأٍَراَنيِدَِةَئاِم َ

َََكِلَذََناَكَفَ:َلاَقَ،"ََينِمِلْسُمْلاَِةَيِدَْنِمَ ُفْصِّنلاٍَذِئَمْوَ يَ ِباَتِكْلاَ ِلْىَأَُةَيِدَو

ََقََلِبِْلْاَ نِإَ َلََّأَ:َلاَقَ فَاًبيِطَخََماَقَ فَ،ُ للَّاَُوَِحَِرَُرَمُعََفِلْخُتْساَ تََّحََكِلَذَك

َْد َ ِقِرَوْلاَِلْىَأَىَلَعَوَ،ٍراَنيِدََفْلَأَ ِبَى ذلاَِلْىَأَىَلَعَُرَمُعَاَهَضَرَفَ فَ:َلاَقَ،ْتَلَغ

َ،ٍةاَشَْيَفْلَأَِءا شلاَ ِلْىَأَىَلَعَوَ،ٍةَرَقَ بََْتََ ئاِمَِرَقَ بْلاَ ِلْىَأَىَلَعَوَ،اًفْلَأََرَشَعََْنَْ ثا

ََقَ،ٍة لُحََْتََ ئاِمَِلَلُْلْاَِلْىَأَىَلَعَو

ََعَفَرَاَميِفَاَهْعَ فْرَ يََْلََِة مِّذلاَِلْىَأََةَيِدََكَرَ تَوَ:َلا

َِةَيِّدلاََنِم )دوادَبِأ(َ.

24

“ Dari „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata: Nilai diat pada masa Rasulullah SAW adalah delapan ratus dinar, atau delapan ribu dirham. Diat ahli kitab saat itu adalah setengah diat dari kaum muslimin. Hal itu berlangsung sampai Umar naik menjadi khalifah, beliau berkhutbah, „Ketahuilah, sesungguhnya harga unta telah naik (mahal).‟ Kemudian Umar pun menawarkan seribu dinar bagi pemilik emas (orang yang kekayaannya berupa emas), dua belas ribu dirham bagi pemilik perak, dua ratus ekor lembu untuk pemilik lembu, dua ribu ekor kambing untuk pemilik kambing, dan bagi pemilik pakaian sebanyak dua ratus pasang baju.

24 Abû Dâwud Sulaimân bin al-Asy‟at, Sunan Abi Dawud, h. 184

33

Sementara untuk diat ahli dzimmah tidak dinaikkan sebagaimana diat lainnya.” (HR. Abu Dâwud).

Imam Syafi‟i mengemukakan pendapat barunya ketika di Mesir: diat dari pemilik kekayaan yang berupa emas dan perak harus senilai dengan harga unta, semahal apapun harga unta tersebut.25

Pendapat yang diunggulkan menyatakan bahwa tidak diragukan lagi ukuran diat yang ditetapkan Rasulullah SAW, namun Umar menambahkan jenis-jenis diat karena ada alasan baru yang ada dan menuntut hal tersebut dilakukan. Seluruh diat anggota tubuh dibayar dan diukur dengan unta. Syariat selalu menentukan ukuran bagian diat dengan unta, sehingga menunjukkan bahwa unta adalah standar asal pembayaran diat. Ketika tidak ditemukan unta maka berpindah pada harga unta-unta tersebut.26

2. Klasifikasi dan Kadar Diat

Diat sebagai satu hukuman memiliki ukuran tertentu yang telah ditetapkan syariat, tergantung pada korban pembunuhan.

Berikut ringkasan dari ukuran diat:27 a. Laki-laki Muslim Merdeka

Para ulama sepakat menjadikan diat muslim merdeka adalah seratus unta, tidak ada bedanya dalam hal ini antara pembunuhan sengaja, tidak sengaja dan mirip sengaja. Namun dari ketiga jenis pembunuhan ini berbeda dari sisi ringan dan beratnya diat. Diat pembunuhan sengaja diperberat dari tiga sisi, dan diat pembunuhan mirip sengaja diperberat dari satu sisi dan diperingan dari dua sisi.

25 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Terj. Khikmawati, (Jakarta:

Amzah, 2017), Cet. Ke IV, h. 83

26 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Cet. IV, h. 84

27 Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukuman Qishash Di Indonesia, h. 57-66

Sedangkan diat pembunuhan tidak sengaja mendapat keringanan dari tiga sisi sekaligus. Perinciannya sebagai berikut:

1) Sisi pemberatan hukuman diat pembunuhan disengaja, yaitu Pertama, pembayarannya ditanggung sendiri oleh pelaku pembunuhan, tidak dibebankan kepada keluarga besarnya. Ini sudah menjadi ijma‟ sebagaimana disampaikan Ibnu Qudamah. Kedua, diwajibkan pembayarannya secara kontan atau tidak boleh dicicil, hal ini karena diat ini disamakan dengan qishâsh dan ganti rugi jinayat. Inilah pendapat yang paling kuat menurut para jumhur ulama. Ketiga, diperberat dari sisi usia unta. Unta yang harus diserahkan yaitu 30 ekor unta hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun), 30 unta jadza‟ah (4-5 tahun), 40 unta yang mengandung janin diperutnya (khilfah) menurut pendapat yang rajah dengan dasar hadis:

َِوْيَلَعَُاللهَى لَصَ ِبِ نلاَ نَأَ،ِهِّدَجَْنَعَ،ِويِبَأَْنَعَ، ٍبْيَعُشَِنْبَوِرْمَعَْنَع