Tuhan Semesta Alam yang melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Qishâsh dalam Al-Qur'an Kajian Pemikiran Al-Qurthubî dalam Tafsir al-Jâmi”. Transliterasi Arab-Latin berikut ini pedoman yang diterapkan dalam petunjuk praktik penulisan disertasi di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.
Konsonan No Huruf
Vokal
Kata Sandang
Untuk itu diperlukan suatu undang-undang yang dapat mengadili para pelakunya secara adil dan setara, yaitu hukum qishash. Dari hasil analisa penulis yang cermat, ditemukan bahwa pada ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum qishash, tafsir al-Kurthub dan Wahbah az-Zuhaili sepakat mengenai hukum qishash, keduanya yakin bahwa Allah sendiri. untuk melaksanakan hukum qishâsh.
Latar Belakang Masalah
Terkadang hakim malah memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan pelaku pembunuhan. Namun tak sedikit pula yang menolak undang-undang qishsh atas nama hak asasi manusia (HAM).
وجام نبا هاور(
- Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Tinjauan Pustaka
- Metodologi Penelitian
- Teknik dan Sistematika Penulisan
- Sejarah Dan Hukum Qishâsh
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengenal qishȃsh dalam al-Qur’an menurut tafsir al-Qurthubî dan Wahbah az-Zuhailî. Oleh kerana sasaran kajian ini adalah ayat-ayat al-Quran, maka pendekatan yang digunakan dalam kajian ini diikuti.
هاور(َ
ىراخبلا
Karakteristik Hukum Qishâsh
Dilihat dari akibat yang ditimbulkan jika hukum qishâsh diterapkan, maka masyarakat akan terhindar dari melakukan pembunuhan dan merugikan orang lain. Hukum qishâsh mudah dan praktis serta menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tuntas pada hakikatnya.
Definisi Diat
Memang hukuman mati merupakan salah satu bagian dari hukuman qishâsh, namun tidak semua hukuman qishâsh merupakan hukuman mati. Pidana mati dalam qishâsh hanya berlaku bagi pembunuhan dengan sengaja yang tetap diganti dengan diat, selebihnya hukuman maksimal berupa diat bagi pembunuhan yang tidak disengaja dan disengaja, atau diampuni murni tanpa diat bagi segala bentuk pembunuhan. Syariat selalu menentukan besarnya bagian diat pada unta, sehingga menunjukkan bahwa unta adalah standar pembayaran diat.
Persyaratan untuk pembunuhan berencana diperketat di tiga sisi, dan pengaduan untuk pembunuhan berencana diperkuat di satu sisi dan dilunakkan di dua sisi. 26 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Cet. 27 Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukuman Qishash di Indonesia, hal. 57-66.
لاَقََم لَسَو
Dalam kasus pembunuhan tidak disengaja, terdapat keringanan sekaligus pada tiga aspek: 1) Pengetatan hukuman terhadap pembunuhan dengan sengaja, yaitu: Pertama, pelaku pembunuhan menanggung sendiri bayarannya, tetapi tidak kepada keluarga besarnya. Unta yang akan diserahkan adalah 30 ekor unta hiqqah (unta betina umur 3-4 tahun), 30 ekor unta jadza'ah (4-5 tahun), 40 ekor unta yang sedang mengandung janin di dalam perutnya (khilfah) menurut pendapat bukan atas dasar hadits :.
دحِأَهاور(
Unta yang akan diserahkan adalah 30 ekor unta hiqqah (unta betina umur 3-4 tahun), 30 ekor unta jadza'ah (4-5 tahun), 40 ekor unta yang sedang mengandung janin di dalam perutnya (khilfah) menurut pendapat Raja. berdasarkan hadits: .. 2) Yang memberatkan dan meringankan pembunuhan serupa dengan pembunuhan berencana. Pembunuhan jenis ini diperparah dalam artian, yaitu umur unta sama dengan umur pembunuhan yang disengaja. Bahwa mereka berdua menjalin diat dengan al-Aqilah (keluarga si pembunuh) selama tiga tahun dan tidak ada seorangpun di antara mereka yang berselisih, sehingga menjadi ijma'. 3) Aspek keringanan hukuman terhadap pembunuhan tidak disengaja terdiri dari tiga sisi, yaitu pertama, kewajiban ini dibebankan kepada al-Aqilah.
Orang yang merdeka dari kitab, sama ada mu'ahad, mustaman atau dhimmi, adalah separuh daripada diat Muslim. Ini telah menjadi ijma' apabila Ibnu Mundzir mengatakan bahawa para ulama mengatakan bahawa diet wanita adalah separuh daripada diet lelaki.
ىذمترلاَهاور(
ىَرْخُْلأا َ
ملسمَهاور(
Syarat-syarat Pelaksanaan Hukum Qishâsh
ماَمِْلْ
ىقهيبلاَهاور(
Ini menunjukkan semangat syariat Islam tidak mencari kesalahan, apatah lagi yang dijatuhkan hukuman mati. Seseorang yang melakukan pembunuhan dikenakan hukuman qishâsh apabila wali/keluarga pembunuh tunduk kepada Allah SWT dan tunduk kepada hukum qishâsh yang ditetapkan. Dalam keadaan ini, wali mangsa wajib mengadakan qishâsh terhadap orang yang hanya membunuh dan berbuat demikian. tidak menjatuhkan hukuman kepada orang lain. Jika pembunuh adalah ibu bapanya sendiri, sama ada bapa, datuk dan terus di atasnya, atau ibu, nenek dan terus di atasnya.
Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa orang tua yang membunuh anaknya sendiri tetap menerapkan hukum qishâsh jika semua syaratnya terpenuhi.38. Adapun bagi orang-orang kafir harbi, orang-orang Islam yang murtad, orang-orang yang berzinah muhshan atau yang lainnya, jika seorang Muslim membunuh mereka tanpa perintah imam atau pemerintah yang berwenang, maka orang yang membunuh mereka tidak boleh qishâsh, tetapi tetap akan dihukum karena penghinaan mereka terhadap pemerintah. .
يذمترلاَهاور(
Tidak ada satupun penggugat yang memaafkan, hal ini dikarenakan hak qishâsh merupakan hak yang dimiliki oleh para ahli waris dan mereka semua bersama-sama dalam hak atas qishâsh tersebut. Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa jenis kalimat (memaafkan) adalah nakiroh yang berupa syarat, maka dalam kaidah ushul pengertian umum mencakup sedikit atau banyak, jadi jika ada ahli waris korban yang memaafkan bahkan satu dari seratus orang, maka tidak boleh qishâsh.42. Pelaksanaan hukuman Qishâsh harus disaksikan oleh pemerintah yang sah atau aparat penegak hukum yang berwenang.
Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, kedatangan para penuduh qishâsh yang melihat bahwa penegakan hukum qishâsh dapat meluluhkan hati para penuduh qishâsh, atau salah satunya karena kasihan lalu mereka memaafkan sehingga qishâsh hukumnya menjadi batal demi hukum. Memaafkan merupakan sikap yang dianjurkan dalam Islam. Namun taubatnya tidak menghalanginya dari hukuman qishash, karena hukuman tersebut merupakan hak sesama makhluk.
BIOGRAFI PENULIS DAN PROFIL KITAB TAFSIR
Al-Qurthubî
- Riwayat Hidup dan Perjalanan Pendidikannya
- Karya-karya al-Qurthubî
- Aliran Pemikiran dan Madzhab Al-Qurthubî
Gambaran Umum Tafsir Al-Jâmi' li Aẖkam Al-Qur`an Kitab Tafsir al-Qurthubî telah dicetak berkali-kali. Kitab tafsir Al-Jâmi' Li Aẖkam Al-Qur'an merupakan salah satu kitab tafsir terbesar yang berdasarkan kajian fiqih. Kelebihan metode ini adalah mereka yang tertarik pada penafsiran dapat memperoleh pemahaman yang luas terhadap ayat-ayat Al-Qur'an.
Ketiga, metode muqarran, yaitu penjelasan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan apa yang ditulis oleh para ahli tafsir sebelumnya dengan cara membandingkannya. Dijelaskannya, tafsir Al-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an merupakan kitab tafsir yang tergolong tafsir gaya fiqh.20.
Wahbah az-Zuhailî
- Karya-karya Wahbah az-Zuhailî
- Aliran Pemikiran dan Madzhab Fikih Wahbah az-Zuhailî
25 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, resensi kitab Tafsir klasik-modern, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Yang terpenting dari tafsir ini adalah dapat membantu setiap muslim dalam mempelajari dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.29. 35 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, mengulas kitab Tafsir klasik-modern, dalam bentuk cetakan. 59. Dalil shahihnya berupa Al-Quran dan hadis shahih, serta ijtihad penafsir.
37 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, membincangkan Tafsir Kitab klasik-moden, Cet.. 38 Husnul Hakim, Ensiklopedia Tafsir Kitab-kitab, Cet. Mengenai tafsir al-Qurthubî dan Wahbah Az-Zuhailî, penulis akan membahasnya dalam bab ini berkaitan dengan ayat qishâsh.
ىراخبلاَهاور(
Jaminan Keberlangsungan Hidup dalam Qishâsh Surah Al-Baqarah [2] ayat 179: Surah Al-Baqarah [2] ayat 179
Dan di dalam qishaash ini (disediakan) kehidupan bagimu, hai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 179). Menurut al-Qurthubî, ada empat permasalahan dalam ayat ini. 19 Pertama, ayat ini menjadikan hukuman qishâsh sebagai hukuman yang mempunyai akibat yang baik, yaitu nyawa. Keempat, makna kata ََنْوُقَّ تَ ت dalam ayat ini adalah menghindari pembunuhan guna menghindari hukuman qishâs.
Sementara itu, Wahbah az-Zuhailî menegaskan bahwa putusan qishâsh selalu adil karena hakim tidak akan mengeluarkan putusan qishâsh kecuali terdapat bukti yang kuat atas kesalahan si pembunuh, dan pada hakikatnya itulah yang menghilangkan pembunuhan. Pada penjelasan al-Qurthubî dan Wahbah az-Zuhailî di atas, penulis dapat menemukan perbedaan dari segi dimana al-Qurthubî melihat pengaruh hukum qishâsh dalam menjadikan masyarakat lebih aman dan layak dalam kehidupan.
Kesetaraan dalam Hukum Qishâsh Surah Al-Baqarah [2] ayat 194: Surah Al-Baqarah [2] ayat 194
Al-Qurthubî menyatakan bahwa firman Allah ini merupakan suatu hal yang disepakati secara umum, baik serangan balik secara langsung maupun melalui campur tangan penguasa. Ketujuh, al-Qurthubî juga menyatakan dalam ayat ini bahwa tidak ada pertentangan pendapat mengenai adanya kesetaraan dalam qishâsh. Kedelapan, qishâsh dengan cara dipukul dengan tongkat, al-Qurthubî menyatakan bahwa Imam Mâlik mengatakan dalam salah satu dari dua pendapatnya, “jika pembunuhan yang dilakukan dengan tongkat mengandung unsur kesakitan dan penyiksaan yang berkepanjangan, maka hendaknya pelakunya dibunuh dengan cara dipancung. dengan pedang.
Al-Qurthub juga menjelaskan adanya anggapan Abu Hanifah telah melakukan sesuatu yang janggal. Al-Qurthubi membenarkan pendapat Imam Atha bahwa orang yang membunuh hendaknya dibunuh, sedangkan orang yang mengurungnya hendaknya dikurung hingga meninggal dunia.
Ketetapan Hukum Qishâsh Surah Al-Mâidah [5] ayat 45: Surah Al-Mâidah [5] ayat 45
Keempat, menurut al-Qurthubî, ayat ini menunjukkan terjadinya qishâsh terhadap anggota tubuh yang disebutkan. Kelima, al-Qurthobi menyatakan ulama bersepakat sekiranya dua mata terbutakan secara tidak sengaja, kedua-duanya wajib dibayar. Ketujuh, al-Qurthubî menjelaskan perbezaan antara ulama tentang mencungkil mata orang miskin, di mana dia tidak melihat dengan mata itu.
Kedelapan, dalam hal membutakan penglihatan kedua mata padahal kedua benih masih ada, al-Qurthubî menjelaskan bahwa wajib membayar diat secara penuh. Dengan telinga." Al-Qurthubî mengutarakan pendapatnya bahwa seseorang yang memotong telinga orang lain hendaknya dipidana dengan pidana denda atau hukuman yang akan diputuskan oleh pengadilan.
صاَص
دوادوبأَهاورَ(
Analisis Persamaan dan Perbedaan Penafsiran
Dalam menafsirkan ayat-ayat di atas, al-Qurthubî dan Wahbah az-Zuhailî bersepakat tentang hukum qishâsh yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada umat Islam untuk menegakkan hukum tersebut. Begitu juga al-Qurthubî dan Wahbah az-Zuhailî juga bersepakat bahawa apabila seseorang pemerintah melakukan pembunuhan atau penganiayaan terhadap rakyatnya, dia sendiri qishâsh kerana dia adalah sebahagian daripada mereka. Sedangkan Wahbah az-Zuhailî lebih kepada penerapan yang tidak jauh dari permasalahan yang timbul pada masa kini.
Manakala Wahbah az-Zuhailî memasuki generasi ahli tafsir kontemporari yang dikaitkan dengan zaman yang berlaku selepas 1800 Masihi.69. Selain itu, dari sisi kedua pemikiran dalam penafsiran ayat-ayat tersebut di atas, Wahbah az-Zuhailî lebih tegas dalam menyatakan pendapatnya sendiri, tidak seperti al-Qurthubî, yang banyak menyuarakan pendapat dan kisah para ulama dan menunjukkan pendapatnya. yang pada pendapatnya paling rajih , kemudian menambah pendapatnya jika difikirkan perlu .
Implementasi Hukum Qishâsh di Indonesia
Selain itu, sebagian kelompok masyarakat masih meyakini bahwa hukuman mati masih dilakukan di Indonesia. Menurut Tina Asmarawati (pakar hukum), penerapan hukuman mati pada hakikatnya bukanlah tujuan utama mengatur, mengatur dan memperbaiki masyarakat. Hukuman mati saat ini diupayakan sebagai upaya terakhir bagi pelanggar setelah melalui proses hukum.
Beberapa ahli hukum berpendapat bahwa hukuman mati tidak dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan undang-undang. Sedangkan ketentuan undang-undang mengatur bahwa pidana mati baru dapat dilaksanakan setelah 30 hari sejak putusan final dan upaya hukum lainnya tidak dapat dilakukan lagi.
Hikmah Hukum Qishâsh
Sebab hakikat tujuan hukuman gereja adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kerugian bagi kehidupan manusia.
هاور(
Saran
The Concept of Law in the Qur'an," Program Tesis Pascasiswazah van het Institut Pengajian Al Qur'an, Jakarta, 2003. Rules of Interpretation, Jakarta: Amzah, 2014 Afdeling Religie. Al-Qur'an Al-Karim, Bandung : Diponegoro, 2010 Ad - Dimasyqi, Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Qira'at dalam Al-Jâmi' Li Ahkam Al-Qur'an (Interpretatie van Al-Qurthubi dalam Surat Al-Baqarah)".
Kementerian Agama. Tafsir Tematik Al-Qur'an: Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Aku Bisa, 2012. Al-Qurthubî, Abû Abdullâh Muhammad bin Ahmad. Al-Jâmi' li Ahkâm Al-Qur`ân, Al-Qâhirah: Dâr al-Kutb al-Mishriyyah, 1964.