• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

1. Internalisasi Budaya Sekolah dalam Membentuk Karakter Religius Siswa di MTsN 3 Ponorogo

Sekolah adalah salah satu lingkungan pendidikan yang berpengaruh dalam membentuk karakter siswa. Sebagai lembaga pendidikan sekolah memiliki peran dalam mendukung pembentukan perilaku siswa dengan menanamkan nilai-nilai luhur. Sekolah yaitu tempat yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan generasi bangsa, tidah hanya memberikan

pembelajaran ilmu pengetahuan saja sekolah juga berperan dalam membentuk karakter pada siswa. MTsN 3 Ponorogo merupakan salah satu madrasah tsanawiyah negeri yang terletak di Ponorogo bagian utara. Dalam pelaksanaan pendidikan di MTsN 3 Ponorogo menerapkan pendidikan karakter bagi siswa siswinya utamanya karakter religius pada siswa.

Bersesesuaian dengan adanya visi madrasah yaitu “Mewujutkan MTs N 3 Ponorogo Unggul dalam IMTAQ dan IPTEK serta peduli lingkungan”.

Dalam hal ini visi madrasah yaitu upaya madrasah dalam rangka pembentukan karakter religius siswa-siswi di MTsN 3 Ponorogo.

Adanya visi menjadi bukti bahwa MTsN 3 Ponorogo merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan karakter religius bagi siswa siswinya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala MTsN 3 Ponorogo, Bapak H. Agus Darmanto, M.Pd. menjelaskan terkait penerapan pembentukan karakter religius di MTsN 3 ini memang sudah lama insyaallah sudah dimulai sekitar tahun 2014-an sejak, sejak saya menjabat sebagai kepala madrasah pembentukan karakter religius ini sudah ada.1

Berdasar uraian diatas memang pembentukan karakter religius dimadrasah ini sudah lama diterapkan. Hal ini juga memiliki kaitan yang erat dengan visi divisi MTsN 3 Ponorogo, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak H. Agus Darmanto, M.Pd. sebagai Kepala Madrasah :

Tentunya sangat berkaitan sekali mbak antara visi dengan pembentukan karakter religius ini. Sebagaimana dalam misi di

1 Lihat Transkip Wawancara Nomor 08/W/8-2/2023.

madrasah ini tertulis Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME melalui penanaman budi pekerti dan program kegiatan keagamaan, dengan tujuan terlaksananya program kegiatan keagamaan seperti: shalat Dzuhur dhuha berjamaah, Istighosah, pesantren kilat/Ramadhan dan Peringatan Hari Besar Keagamaan.

Dari sini maka pembentukan karakter religius ini merupakan salah satu upaya dalam rangka mewujudkan salah satu visi dan misi madrasah membentuk pribadi siswa yang beriman, berakhlak mulia dan berilmu. Jadi, sangat erat kaitannya dalam rangka menuju visi misi dan tujuan madrasah.2

Pembentukan dan pengembangan karakter utamanya karakter religius siswa di madrasah dilakukan melalui interaksi dalam kehidupan sehari-hari di madrasah. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala MTsN 3 Ponorogo, Bapak H. Agus Darmanto, M.Pd. yang menjelaskan hal yang melatarbelakangi terciptanya budaya di madrasah ini, sebagai berikut:

Seperti yang kita tahu mbak anggapan madrasah tsanawiyah dalam lingkungan umum dipahami sebagai madrasah yang berciri khas islam, jadi jelas dari hal ini memiliki nilai-nilai yang lebih condong ke kegiatan keagamaan. Karena hal tersebut makanya semua kegiatan dalam madrasah bernilaian keislaman. Saya pikir di usia sekolah menengah ini anak perlu ditanamkan nilai-nilai religius siswa dilaksanakan secara rutin dan terus menerus melalui pembiasaan, dan keteladanan serta peran dari semua personalia yang terdapat di madrasah baik dari guru ataupun warga madrasah lainnya. Dengan begitu, minimal siswa memiliki pengetahuan tentang agama, sehingga akan tertanam karakter religius tadi dan tumbuh rasa untuk selalu ingin mengerjakan ibadah dan secara tidak langsung pembiasaan yang dilakukan rutin maka siswa pelan-pelan akan mulai terbiasa dan diharapkan dapat terus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik di madrasah ataupun dirumah.Sehingga dengan adanya dari hal ini lah yang melatarbelakangi lahirnya budaya sekolah yang dilaksanakan di MTsN 3 ini.3

Hal ini juga sebagai dasar dalam pelaksanaan pembentukan karakter di madrasah ini yang berdasarkan visi, misi serta tujuan yang dari MTsN 3 Ponorogo yang telah dijelaskan dalam wawancara diatas. Dengan dasar

2 Lihat Transkip Wawancara Nomor 08/W/08-2/2023.

3 Lihat Transkip Wawancara Nomor 08/W/08-2/2023.

tersebut maka diharapkan siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan karakter religius yang tertanam dalam diri mereka. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Agus Mushoffa Jauhari, S.Pd. sebagai guru agama yang mengampu mata pelajaran Fiqih yang menjelaskan tujuan serta pentingnya karakter religius sebagaimana petikan wawancara berikut :

Kaitannya dengan karakter religius sendiri sangat penting sekali dengan memiliki karakter religius yang tinggi maka akan berdampak pula pada perilaku siswa yang lebih baik dalam sehari-hari, begitupun sebaliknya. Sehingga, dari ini dengan adanya pembentukan karakter religius siswa diharapkan dapat berpengaruh pada siswa yang menjadi lebih disiplin dan lebih rajin dalam menjalankan ibadah dan harapannya dapat diterapkan juga ketika dirumah. Sehingga, karakter religius siswa dapat terbentuk. Terlebih lagi tantangan di zaman digital seperti ini dimana siswa harus pandai untuk memfilter sesuatu yang baik atau buruk untuk dirinya.4 Ibu Nur Hamidah Wahid, S.Ag. selaku Waka Humas dan guru AlQur’an Hadis menjelaskan bahwa adanya pembentukan karakter religius ini memiliki tujuan untuk membentuk insan yang berakhlak karimah terutama dalam interaksi dengan orang lain yang sesuai dengan visi misi madrasah ini. Selain itu, dengan adanya membentuk adab dan perilaku siswa menjadi lebih baik, sopan, santun, menghormati orang lebih tua serta patuh dengan bapak ibu guru di sekolah juga dengan orang tua dirumah.5

Sebagaimana yang ada di MTsN 3 Ponorogo yang memiliki budaya yang menjadi ciri khas dari madrasahnya. Adapun bentuk-bentuk budaya sekolah di MtsN 3 Ponorogo secara umum, sebagaimana kutipan

4 Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/08-2/2023.

5 Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/06-2/2023.

wawancara dengan dengan Ibu Siti Rohmatul Mawaddah, M.Pd.I. sebagai waka kurikulum, sebagai berikut :

Kaitannya dengan budaya sekolah yang diterapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan pembiasaan keagamaan. Dimulai dengan salaman atau jabat tangan dengan bapak ibu guru sebelum memasuki madrasah, kemudian dilaksanakan tartil setiap pagi di masing- masing kelas dengan didampingi oleh wali kelas untuk siswa yang masih iqro’ dikelompokkan sendiri untuk dibimbing kelas VII dilakukan di gedung selatan kelas VIII di masjid dan kelas IX di perpustakaan, sholat dzuhur berjamaah pelaksanaannya dengan membagi antara siswa laki-laki terlebih dahulu kemudian gantian perempuan dengan tujuan untuk menertibkan semua siswa baik laki- laki dan perempuan agar bisa didisiplinkan. Setiap hari jum’at juga dilaksanakan jum’at taqwa dengan diisi berdoa bersama dan dilanjut membaca surat yasin serta dilaksanakan kegiatan infak jum’at.

Serta, di Mts ini juga terdapat program yang rutin dilakukan setiap bulan ramadhan yaitu pesantren kilat dengan melakukan kerjasama dengan pihak pondok pesantren untuk mengikuti kegiatan sesuai dengan pondok tersebut selama 4 hari. Pelaksannan program ini ditujukkan kepada seluruh siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX dengan membagi menjadi beberapa sesi dan tentunya disendirikan antara siswa putra dan putri.6

Dari berbagai kegiatan-kegiatan pembiasaan tersebut, peneliti membatasi penelitian pada kegiatan pembudayaan yang rutin dilakukan setiap harinya atau setiap seminggu sekali yaitu budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, melantunkan asmaul husna, membaca Al-Qur’an, sholat berjamaah, jumat taqwa dan infak hari jum’at. Adapun penjelasan pelaksanaan budaya sekolah dalam membentuk karakter religius siswa MTsN 3 Ponorogo, sebagai berikut:

a. 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun)

6 Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/02-2/2023.

Budaya 5 S adalah salah satu budaya dari MTsN 3 Ponorogo dalam rangka membentuk karakter religius siswa siswinya. Melalui kegiatan ini memiliki harapan agar dalam diri siswa terbentuk karakter religius khususnya dalam interaksi kepada orang lain baik di lingkungan madrasah ataupun masyarakat. Kegiatan ini diawali ketika siswa siswi mulai memasuki madrasah, dan akan disambut oleh bapak-ibu guru sesuai jadwal mereka tepatnya di depan gerbang madrasah.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Nur Hamidah Wahid, S.Ag. selaku guru Al-Qur’an Hadits, sebagai berikut :

Budaya sekolah yang pertama kali dilakukan ketika siswa masuk ke madrasah yaitu budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun) dengan pelaksanaannya bapak ibu guru yang terjadwal menyambut kedatangan siswa-siswi di pintu gerbang madrasah. Siswa laki-laki berjabat tangan dengan bapak-bapak guru dan siswi perempuan berjabat tangan dengan ibu guru. Jadi setiap ada siswa yang memasuki madrasah pasti menyapa guru-guru dengan senyum, mengucap salam, dengan sopan dan santun.7

Budaya ini juga dilakukan peserta didik ketika berpapasan baik dengan bapak-ibu, tenaga kependidikan dan pastinya sesama teman dibiasakan untuk saling menyapa guru dalam lingkungan madrasah.

Sehingga dengan begitu tercipta sebuah interaksi yang baik antara semua warga madrasah. Sebagaimana kutipan wawancara Bapak Agus Mushoffa Jauhari, S.Pd. selaku guru Fikih, sebagai berikut :

Interaksi yang terjalin sangat baik dengan siswa ataupun dengan civitas akademik lainnya. Cara menjalin hubungan dan komunikasi yaitu dengan menerapkan 5S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun) yang dilakukan merupakan salah satu upaya dalam rangka menjaga hubungan baik dengan seluruh civitas akademik di

7 Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/06-2/2023.

madrasah utamanya kepada siswa juga. Serta dengan melakukan interaksi secara langsung pada saat tertentu seperti saat istirahat ataupun ketika bertemu dengan saling bertegur sapa.8

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan pada pagi hari sebelum masuk kelas terlihat beberapa guru yang sudah bertugas sesuai jadwal piket berjajar rapi berdiri didepan pintu gerbang untuk bapak guru berdiri di sebelah utara dan untuk ibu guru berdiri di sebelah selatan.

Siswa satu persatu mulai datang memasuki madrasah melalui pintu gerbang, siswa laki-laki langsung berjabat tangan dengan bapak-bapak guru sambil senyum dan menyapa, begitupun dengan siswa perempuan langsung berjabat tangan juga dengan ibu-ibu guru dan mengucapkan salam. Kegiatan menyambut siswa ini dilaksanakan sampai bunyi bel masuk pada jam pertama. Peneliti juga melihat ketika jam istirahat berlangsung, ada beberapa siswa yang memasuki ruang guru. Ketika siswa memasuki ruang guru mengucapkan salam. Selain itu, juga terlihat saat siswa berpapasan dengan guru ataupun siswa lainnya mereka saling menyapa dan tersenyum.9

b. Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran

Dalam kegiatan ini peserta didik selalu memulai pembelajaran dan mengakhirinya dengan berdoa. Pada pagi hari doa dipimpin oleh ketua kelas masing-masing dan didampingi oleh wali kelas. Kemudian pada akhir pembelajaran juga ditutup dengan do’a serta ketika jam pulang sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh ketua kelas dengan

8 Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/08-2/2023.

9 Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/15-2/2023.

didampingi guru yang mengajar pada jam tersebut untuk mengawasi siswa agar berdo’a dengan sungguh sungguh.

Berdasarkan kutipan wawancara dengan Ibu Umi Qomariyah, M.Pd.I. sebagai pengampu mata pelajaran akidah akhlak menjelaskan pelaksanaannya, sebagai berikut:

Pada jam pertama setelah bel dibunyikan siswa langsung memasuki kelas untuk berdoa secara bersama-sama yaitu membaca al-fatihah, doa kedua orang tua dan doa mau belajar doa, tentunya dengan didampingi oleh guru wali kelas sekalian dilanjut dengan kegiatan pembiasaan membaca al-Qur’an setelahnya. Ketika jam pulang sekolah pun juga dilakukan berdoa untuk mengakhiri pembelajaran dengan didampingi oleh guru mapel pada jam tersebut.10

Menurut Nabila Lufiana Naswa selaku siswa kelas VIII A juga menjelaskan, sebagaimana kutipan berikut :

Iya mbak, biasanya pas waktu masuk kelas pagi itu sebelum memulai pembelajaran pada jam pertama dilaksanakan berdoa bersama dengan dipimpin oleh ketua kelas dan juga ada didampingi guru wali kelas. Waktu pulang juga berdoa bersama biasanya membaca surat al-asr dan doa kafaratul majelis.11

Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan peneliti untuk mengamati kegiatan berdoa bersama. Ketika bel masuk berbunyi sekitar jam 06.55 WIB, siswa maupun guru bergegas menuju ruang kelas. Kemudian salah satu siswa yaitu ketua kelas menyiapkan berdoa bersama dan juga didampingi oleh guru. Doa yang dibaca diawali dengan al-fatihah bersama kemudian dilanjut membaca doa sebelum belajar kemudian ditambahkan dengan doa sehari-hari seperti doa menuntut ilmu, doa kedua orang tua dan doa keselamatan dunia dan akhirat.12

10 Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/07-2/2023

11 Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/W/02-2/2023

12 Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/15-2/2023

c. Melantunkan asmaul husna

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari sebelum pembelajaran dimulai dengan media pengeras suara yang terdapat didalam setiap kelas yang memudahkan siswa dalam melantunkan serta menghafal asmaul husna tersebut.

Sebagaimana yang dijelaskan dari hasil wawancara dengan ibu Siti Rohmatul Mawaddah, M.Pd.I. sebagai waka kurikulum sebagai berikut:

Kegiatan yang dilakukan ketika sebelum pembelajaran dimulai yaitu membaca asmaul husna secara bersama-sama dengan melalui media pengeras suara. Kalau disini terdapat sarana pengeras suara yang ada di setiap kelas, dengan memanfaatkan sarana itu ketika pagi hari sebelum pembelajarn diputarkan murottal ayat-ayat al-Qur’an dan dilanjut dengan asmaul husna yang diikuti oleh semua siswa dari kelas mereka masing-masing.13

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Bapak Agus Jauhari Musthofa, S.Pd, sebagai berikut :

Sebelum memulai pembelajaran, pada pagi hari setelah bel masuk anak-anak dibiasakan untuk berdoa bersama selain itu juga dilanjut dengan membaca asmaul husna yang dengan mengikuti audio yang biasanya diputarkan melalui pengeras suara yang terdapat pada setiap kelas. Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan lagu asmaul husna dan secara tidak langsung juga siswa akan menghafal dengan sendirinya.14

Melalui observasi yang dilakukan peneliti pada kegiatan membaca asmaul husna, pelaksanaannya dilakukan setelah masuk ke dalam kelas waktu bel jam pertama. Pelaksanaan membaca asmaul husna diikuti oleh semua siswa dengan memanfaatkan sarana pengeras suara yang

13 Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/02-2/2023

14 Lihat Transkip Wawancara Nomor 06 /W/08 -2/2023

digunakan untuk memutar audio asmaul husna untuk diikuti bersama para siswa mulai kelas VII, VIII dan IX. Dalam pembudayaan ini siswa didampingi oleh wali kelas yang kemudian dilanjut dengan membaca al- Qur’an bersama.15

d. Membaca Al-Qur’an

Dalam pelaksanaanya kegiatan ini, dilaksanakan setelah berdo’a dan membaca asmaul husna kemudian dilanjut tartil setiap pagi dengan pendampingan wali kelas di masing-masing kelas. Bagi siswa yang masih iqro’ maka dikelompokkan sendiri untuk dilakukan pembimbingan sendiri. Sebagaimana kutipan wawancara yang dilakukan dengan ibu Siti Rohmatul Mawaddah, M.Pd.I. selaku waka kurikulum dan juga guru Al-Qur’an Hadits, sebagai berikut :

Pelaksanaan tartil membaca al-qur’an setiap pagi di masing-masing kelas dengan didampingi oleh wali kelas untuk siswa yang masih iqro’ dikelompokkan sendiri untuk dibimbing kelas VII dilakukan di gedung selatan kelas VIII di masjid dan kelas IX di perpustakaan.

Setiap siswa membawa buku monitoring yang diisi dengan surat atau iqro’ yang dibaca hari itu dan kemudian dimintakan paraf guru pendamping.16

Ibu Nur Hamidah Wahid, S.Ag. sebagai waka guru Al-Qur’an Hadits juga menambahkan, sebagai berikut :

Dalam kegiatan membaca al Qur’an ini dilakukan setiap pagi dengan pendampingan dari guru, hal ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa lancar anak-anak itu dalam membaca al- qur’an. Dalam pelaksanaan tartil atau membaca al-qur’an bersama- sama dilakukan sebelum pembelajaran dengan pendampingan guru

15 Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/15-2/2023

16 Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/02-2/2023

wali kelas. Kemudian bagi siswa yang belum bisa membaca al- Qur’an akan diperikan pendampingan tersendiri dengan pengelompokkan untuk membaca iqro’ tentunya dengan pendampingan dari bapak-ibu guru.17

Medina Caranta, Siswa kelas IX F juga menambahkan sebagaimana petikan wawancara berikut :

Biasanya kegiatan membaca al-qur’an ini rutin dilaksanakan pada jam pertama setelah membaca doa bersama, kemudian dilanjut membaca al-Qur’an setiap kelas dimulai jam 06.55 sampai jam 07.35. Untuk pelaksanaanya rutin setiap hari kecuali senin dan jum’at karena hari senin upacara dan hari jum’at dilaksanakan jum’at taqwa.18

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan busay tartil ini dilakukan secara bersama dan diikuti oleh peserta didik, dalam hal ini setiap wali kelas mendampingi kelas perwaliannya. Pelaksanaanya dilakukan setelah membaca asmaul husna dan dilanjut dengan membaca al-Qur’an diawali dengan membaca ta’awudz dan basmallah kemudian membaca al-Qur’an secara bersama. Bagi siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an akan dikelompokkan untuk melakukan bimbingan langsung membaca iqro’ dengan bapak-ibu yang bertugas. Siswa akan langsung menuju tempat biasanya bagi siswa kelas VII pembimbingan dilakukan di gedung selatan, kelas VIII di masjid dan kelas IX di perpustakaan. Dengan pembagian ini dimaksudkan agar siswa secara pelan-pelan dapat membaca al-qur’an denga dimulai dari iqro’ dahulu.

17 Lihat Transkip Wawancara Nomor 03/W/06-2/2023

18 Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/07-2/2023

Ketika pembimbingan di masjid terlihat bapak ibu guru yang sedang menyimak siswa dan setelah selesai siswa akan menulis di buku monitoring tartil yang kemudian dimintakan paraf guru yang menyimaknya. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selasa, rabu dan kamis pada jam pertama yaitu jam 06.55 sampai 07.35.19

e. Sholat berjamaah

Dalam pelaksanaan shalat berjamaah ini sudah menjadi budaya bagi warga sekolah di MTsN 3 Ponorogo. Kegiatan ini menjadi hal yang utama dengan adanya jadwal guru yang bertugas sebagai imam dalam pelaksanaanya. Tidak hanya itu sebagian guru lainnya pun mengikuti dan siswa selama sholat berjamaah. Karena memang diharuskan untuk berjamaah dengan jumlah siswa yang banyak maka dalam pelaksanaan sholat dhuhur dilakukan secara berjamaah dengan menerapkan pembagian antar siswa laki-laki dan siswi perempuan. Ada juga pembudayaan sholat dhuha tetapi dalam pelaksanaannya masih belum keseluruhan hanya beberapa kelas yang rutin mengerjakan dan hal ini juga dipengaruhi dari bimbingan oleh wali kelas.

Hal ini Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh yang dari Ibu Siti Rohmatul Mawaddah, M.Pd.I. sebagai waka kurikulum di MTsN 3 Ponorogo, sebagai berikut:

Pelaksanaan kegiatan religius lainnya adalah sholat sholat dzuhur berjamaah pelaksanaannya dengan membagi antara siswa laki-laki terlebih dahulu kemudian gantian perempuan dengan tujuan untuk menertibkan semua siswa baik laki-laki dan perempuan agar bisa

19 Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/15-2/2023

didisiplinkan. Dengan adanya fasilitas masjid juga tempat wudhu mendukung dalam pelaksanaan ini, siswa tidak terlalu mengantri untuk wudhu karena di madrasah ini sudah tersedia beberapa titik tempat yang digunakan untuk wudhu.20

Hal ini juga diungkapkan dalam hasil wawancara dengan Bapak Agus Jauhari Musthofa, S.Pd, sebagai berikut :

Untuk pelaksanaan sholat dhuha sebenarnya masih belum terlaksana dengan baik dulu pernah dijadwalkan gitu ya tetapi karena kemarin sampat pandemic jadi masih diperlukan lagi untuk mengaktifkan kembali. Tetapi untuk kelas perwalian saya, saya usahakan untuk selalu melaksanakannya mbak tentunya dengan pendampingan dari saya. Dengan begitu maka pelan-palan anak menjadi pembudayaan lagi serta akan timbul kesadaran dari siswa untuk melakukan ibadah baik wajib ataupun sunnah nya. Kemudian pelaksanaan sholat dhuhur dilakukan secara berjamaah ketika jam istirahat kedua bertepatan dengan waktu sholat dhuhur. Dalam pelaksanaan ini juga melakukan koordinasi dengan guru agar bapak ibu guru untuk senantiasa mengikuti juga kegiatan pembiasaan sholat berjamaah sebagai bentuk keteladanan juga bagi siswa.21

Ibu Umi Qomariyah, M.Pd.I. sebagai guru Akidah Akhlak menambahkan terkait pelaksanaan sholat dhuhur, sebagaimana petikan wawancara berikut:

Pelaksanaan sholat dhuhur ini dilakukan dengan berjamaah ya mbak, dalam pelaksanaan sholat dhuhur ini juga ada absen tersendiri dengan tujuan agar siswa bisa menjadi tertib melaksanakan sholat berjamaah dan juga bisa sebagai bahan untuk mengontrol siswa memberikan pendampingan pembimbingan mengawasi siswa apabila nantinya ditemukan siswa khususnya perempuan yang tidak ikut sholat apakah benar-benar haid dengan begitu guru bisa mengetahui dan apabila ditemukan seperti itu guru bisa mencari solusinya kemudian memberikan pemahaman kaitannya dengan fikih wanita.22

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Nabila Lufiana Naswa selaku peserta didik kelas VIII A, sebagaimana kutipan berikut :

20 Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/02-2/2023

21 Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/08-2/2023

22 Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/07-2/2023

Pelaksanaan sholat dhuha dilaksanakan setiap pagi berjamaah dengan teman satu kelas, biasanya berjamaah dengan teman satu kelas, setelah itu dilanjut membaca al-Qur’an. Kalau sholat dhuhur Dilaksanakan ketika istirahat kedua yaitu sekitar jam 12.00-12.45 dilaksanakan berjamaah di masjid yang dibagi menjadi dua yaitu siswa laki-laki berjamaah dahulu kemudian gentian dengan siswi perempuan setelahnya.23

Hal ini diperkuat dari hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti yaitu mengamati pelaksanaan sholat berjamaah, meskipun masih belum aktif kembali tetapi saat pagi hari sebagian siswa kelas VIII A melakukan sholat dhuha dengan berjamaah dengan salah satu dari mereka menjadi imamnya. Hal ini membuktikan bahwa dalam pelaksanaan sholat sudah mulai muncul kesadaran dari pribadi siswa, tanpa menunggu aba-aba dari wali kelas mereka sudah berada di masjid untuk melaksanakan sholat. Untuk pembudayaan sholat dhuhur berjamaah dilakukan pada jam istirahat kedua yaitu jam 12.30-12.50 dengan didampingi guru sebagai imam dan juga mengawasi siswa.

karena jumlah siswa di madrasah ini yang cukup banyak maka untuk menertibkan dibagi menjadi dua sesi pelaksanaan yaitu siswa laki-laki berjamaah dahulu kemudian gentian dengan siswi perempuan setelahnya. Pada saat sholat dhuhur ini juga ada absen tersendiri dengan tujuan agar siswa bisa menjadi lebih disiplin dan tertib.24

f. Jum’at taqwa

23 Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/W/02-2/2023

24 Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/15-2/2023

Dokumen terkait