BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan r tabel = 0,3440 diperoleh hasil yaitu untuk pretest sebesar 0,545 >
0,3440. Kemudian untuk posttest sebesar 0,451 > 0,3440. Dimana menunjukkan bahwa r11 > r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen uji coba reliabel. Perhitungan soal uji coba dan r tabel dapat dilihat pada lampiran 14 dan 15.
c. Tingkat Kesukaran
Uji selanjutnya yaitu tingkat kesukaran. Uji ini dapat dilakukan jika instrumen bernilai valid dan reliabel. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui persentase siswa yang mampu menjawab soal dengan benar. Adapun hasil dari tingkat kesukaran kedua instrumen tes dari 5 soal uji coba yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretest No. Item Tingkat Kesukaran Kriteria
1 0.58 Sedang
2 0.47 Sedang
3 0.69 Sedang
4 0.63 Sedang
5 0.56 Sedang
Selanjutnya untuk uji tingkat kesukaran instrumen posttest yaitu:
Tabel 4.8
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Posttest No. Item Tingkat Kesukaran Kriteria
1 0.67 Sedang
2 0.46 Sedang
3 0.64 Sedang
4 0.63 Sedang
5 0.55 Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan hasil analisis tingkat kesukaran kedua instrumen termasuk dalam kriteria sedang.
Butir soal yang tepat dan baik untuk mengukur kemampuan siswa yaitu butir soal yang memiliki kriteria sedang (0,30 P 0,70).
Untuk rincian perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 16.
d. Daya Pembeda
Jika telah didapatkan hasil bahwa kedua instrumen valid, reliabel, dan dengan tingkat kesukaran pada kriteria sedang. Uji selanjutnya yaitu daya pembeda, uji ini digunakan untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Hasil dari uji daya pembeda yang telah dilakukan dengan menggunakan 5 soal pada instrumen pretest dan posttest adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Pretest
No. Item Daya Pembeda Kriteria
1 0.5 Baik
2 0.68 Baik
3 0.68 Baik
4 0.5 Baik
5 0.91 Sangat Baik
Selanjutnya untuk uji daya pembeda instrumen posttest yaitu:
Tabel 4.10
Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Posttest
No. Item Daya Pembeda Kriteria
1 0.5 Baik
2 0.69 Baik
3 0.69 Baik
4 0.56 Baik
5 0.81 Sangat Baik
Berdasarkan tabel uji daya pembeda di atas, dapat diketahui bahwa instrumen uji coba hanya memiliki kriteria pada butir soal yaitu baik dan sangat baik. Maka setelah melalui beberapa analisis, selanjutnya instrumen dapat digunakan. Untuk melihat perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran 17.
2. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Uji Prasyarat
Sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal data yang berdistribusi normal atau tidak. Pada uji normalitas penelitian ini digunakan uji Chi Square, kriteria pengujian = 0,05. Jika hitung < tabel, maka sampel berasal data yang berdistribusi normal begitupun sebaliknya. Berikut untuk ketentuan yang digunakan pada uji normalitas:
Hipotesis uji:
H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Keputusan dan kesimpulan:
a) Jika hitung < tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak b) Jika hitung > tabel, maka H0 ditolak, Ha diterima
Dan hasil pengujian normalitas kelas sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen
ChiSquare Hitung ChiSquare Tabel
8.88 < 9.49
Kesimpulan Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Berdasarkan dari uji normalitas menggunakan excel pada kelas eksperimen di atas dihasilkan nilai kelas eksperimen hitung = 8,88 < tabel = 9,49. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
ChiSquare Hitung ChiSquare Tabel
7.57 < 9.49
Kesimpulan Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Berdasarkan dari uji normalitas menggunakan excel pada kelas kontrol di atas dihasilkan nilai kelas eksperimen hitung = 7,57 < tabel = 9,49. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian
kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk Chi Square tabel dapat dilihat pada lampiran 19.
Selanjutnya uji normalitas pada kedua kelas sampel juga akan dilakukan dengan menggunakan SPSS yaitu Kolmogorov- Smirnov Test. Kriteria keputusannya yaitu H0 diterima jika p-value (sig) > 0,05. Adapun hasil perhitungannya ialah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 25 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest Eksperimen 20 20.00 80.00 59.9000 17.01362
Posttest Eksperimen
20 72.00 100.00 84.0000 9.88353
Pretest Kontrol 20 40.00 84.00 66.7000 11.53986
Posttest Kontrol 20 68.00 96.00 78.6000 7.37278
Valid N (listwise) 20
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pretest Eksperimen .183 20 .078 .926 20 .128 Posttest Eksperimen .156 20 .200* .896 20 .034 Pretest Kontrol .177 20 .101 .915 20 .079 Posttest Kontrol .192 20 .052 .929 20 .150
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 25 di atas diperoleh data pada kelas sampel, dengan taraf signifikansi : 0,05. Dan hasil dari Sig. (2.tailed) yaitu sebagai berikut:
(1) Sig.(2.tailed) pretest kelas eksperimen = 0,078 > 0,05 (2) Sig. (2.tailed) posttest kelas eksperimen = 0,200 > 0,05 (3) Sig. (2.tailed) pretest kelas kontrol = 0,101 > 0,05
(4) Sig. (2.tailed) posttest kelas kontrol = 0,052 > 0,05.
Sehingga memenuhi kriteria keputusan yaitu H0 diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji prasyarat yang selanjutnya yaitu uji homogenitas, setelah diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data bersifat homogen atau tidak. Untuk mengetahui kita perlu melakukan perhitungan terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap selanjutnya yaitu pengujian hipotesis.
Berikut ini ketentuan yang digunakan pada uji homogenitas:
Hipotesis uji:
H0: data kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen
Ha: data kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang tidak homogen
Keputusan dan kesimpulan:
a) Jika
F
hitung< F
tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak. Maka homogen.b) Jika
F
hitung> F
tabel, maka H0 ditolak, Ha diterima. Maka tidak homogenDari hasil data yang diperoleh kita dapat mencari homogenitas dengan menggunakan
F
hitung untuk mengetahui data bersifat homogen atau tidak. Adapun hasil dari uji homogenitas menggunakanF
hitung seperti di bawah ini:Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas
No.
F
hitungF
tabel Kesimpulan1. 4,41 Homogen
Berdasarkan perhitungan karena
F
hitung< F
tabel yaitu < 4,41 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel memiliki variansi yang sama dan data tersebut bersifat homogen.Data
F
tabel dilampirkan pada lampiran 20.Selanjutnya uji homogenitas pada kedua kelas sampel juga akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 25 yaitu uji Levene.
Kriteria keputusannya yaitu H0 ditolak jika p-value (sig) < α, dengan α = 0,05. Adapun hasil perhitungannya ialah sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Homogenitas dengan SPSS 25 Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Based on Mean 3.598 1 38 .065
Based on Median 1.218 1 38 .277
Based on Median and with adjusted df
1.218 1 33.802 .277
Based on trimmed mean 3.354 1 38 .075
Berdasarkan uji homogenitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 25 di atas diperoleh data pada kelas sampel, dengan taraf
signifikansi : 0,05, dengan dasar mean diperoleh hasil dari p-value (sig) yaitu 0,065, dimana 0,065 > 0,05 sehingga H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen.
Setelah dilakukan uji prasyarat dan diperoleh kesimpulan bahwa memenuhi asumsi uji-t, maka selanjutnya pengujian hipotesis akan dihitung menggunakan uji-t.
b. Uji Hipotesis (Uji t) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk dapat menguji hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan rata- rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur.
Dari hasil perhitungan pada uji prasyarat menunjukkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Dengan jumlah data yang akan diukur < 30.
Berikut ini ketentuan yang digunakan pada uji t:
Hipotesis uji:
1) H0: (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur).
Ha: (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur).
2) H0: (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan kelas konvensional pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur).
Ha: (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan kelas konvensional pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur).
Keputusan dan kesimpulan:
1) Jika
–t
tabelt
hitungt
tabel,
maka H0 diterima2) Jika
–t
hitungt
tabel ataut
hitungt
tabel, maka H0 ditolakSelanjutnya pada pengujian hipotesis ini akan menggunakan
t
hitung untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara kedua kelas sampel
penelitian. Kriteria dalam pengujian hipotesis dengan α = 0,05. Jika
t
hitung
> t
tabel,
maka H0 ditolak dan sebaliknya. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:Tabel 4.16
Data Uji T (Data Posttest) Keterangan Posttest Kelas
Eksperimen (X1)
Posttest Kelas Kontrol (X2)
Jumlah (Σ) 1680 1572
Jumlah X² 2822400 2471184
Jumlah X²/20 141120 123559.2
ata-rata ( ) 84 78.6
Varians (S²) 97.68421053 54.35789474
Dari hasil data penelitian tersebut diperoleh hasil:
Tabel 4.17 Hasil Analisis t-hitung
No.
t
hitungt
tabel Kesimpulan1. 12,0751 2,024 Ha diterima
Diketahui bahwa data bervariansi homogen nilai untuk uji dua sampel independen dengan taraf signifikansi 5% diperoleh
=
=
=
2,024. Berdasarkan uji t (uji hipotesis) yang telah dilakukan, diketahui nilait
hitung> t
tabel yaitu 12,0751 >2,024 maka H0 ditolak dan diterima Ha. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur. Dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (ceramah). Data
t
tabel dilampirkan pada lampiran 21.Selanjutnya akan dilakukan uji t dengan menggunakan SPSS.
Kriteria keputusannya yaitu H0 ditolak jika Sig. (2.tailed) < α, dengan α = 0,05. Adapun hasil perhitungannya ialah sebagai berikut:
Tabel 4.18
Hasil Uji T dengan SPSS 25 Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 59.90 20 17.014 3.804
Posttest 84.00 20 9.884 2.210
Paired Differences
T Df
Sig. (2- tailed) Mean
Std.
Deviation Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
Pretest - Posttest
-24.100 16.511 3.692 -31.827 -16.373 -6.528 19 .000
Berdasarkan hasil output dengan menggunakan aplikasi SPSS 25 di atas diperoleh data pada kelas sampel, dengan taraf signifikansi : 0,05, diperoleh hasil Sig. (2.tailed) = 0,000, dimana 0,000 < 0,05 yaitu H0 ditolak sehingga Ha diterima. Sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji Paired Sample T Test dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Artinya dengan kata lain ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febria Ningsih pada tahun 2019, yang menyimpulkan bahwa jika terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebesar 43,83, maka model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.2
Perhitungan selanjutnya yaitu N-gain score untuk mengukur efektivitas penerapan suatu metode atau model pembelajaran dalam penelitian, yang menggunakan pretest dan posttest. N-gain score akan dianalisis menggunakan SPSS. Adapun hasil uji N-gain score yaitu:
Tabel 4.19 Hasil Uji N-gain score N-Gain Persen
Kelas Statistik
Eksperimen Mean 56,0949
Minimum 12,50
Maximum 100,00
Kontrol Mean 33,8794
Minimum 16,67
Maximum 77,78
Berdasarkan output dengan menggunakan aplikasi SPSS 25 di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
2 Febria Ningsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII MTsN Kabupaten Kerinci,” Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3, No. 2 (2019): 7.
a) Nilai rata-rata N-gain score untuk kelas eksperimen sebesar 56,0949 atau 56,1% termasuk dalam kategori cukup efektif. Dengan nilai N- gain score minimal 12,50% dan maksimal 100%.
b) Sementara untuk rata-rata N-gain score kelas kontrol adalah sebesar 33,8794 atau 33,88% termasuk dalam kategori tidak efektif. Dengan nilai N-gain score minimal 16,67% dan maksimal 77,78%.
c) Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur. Sementara penggunaan metode konvensional tidak efektif.
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis yang kedua, maka akan dilakukan pengujian hipotesis menggunakan SPSS untuk uji Independent Sample T Test dengan menggunakan nilai N-gain score.
Adapun hasil perhitungannya ialah sebagai berikut:
Tabel 4.20
Hasil Uji T dengan SPSS 25
Group Statistics
Kelas N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error Mean NGain_Persen Eksperimen 20 56.0949 30.00858 6.71012
Kontrol 20 33.8794 21.49308 4.80600
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2- tailed)
Mean Differen
ce
Std.
Error Differe nce
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper NGain_
Persen
Equal variances assumed
3.307 .077 2.692 38 .011 22.2155 3
8.2536 9
5.5068 1
38.9242 5 Equal
variances not assumed
2.692 34.4 32
.011 22.2155 3
8.2536 9
5.4497 8
38.9812 9
Berdasarkan hasil output dengan menggunakan aplikasi SPSS 25 di atas diperoleh data pada kelas sampel, dengan taraf signifikansi : 0,05, diperoleh hasil Sig. (2.tailed) = 0,011, dimana 0,011 < 0,05 yaitu H0 ditolak sehingga Ha diterima. Sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji Independent Sample T Test dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan kelas konvensional pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur.
3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Selama Pembelajaran Dengan Model Group Investigation (GI)
Hasil lembar pengamatan digunakan dalam penelitian ini guna mengetahui bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, lembar ini digunakan sebagai penunjang dari hasil analisis data yang telah dilakukan dan terdiri dari beberapa aspek sesuai yang terlampir. Lembar ini diisi oleh guru matematika kelas VIII selama peneliti melakukan
pembelajaran di kelas eksperimen, yaitu pada tanggal 10 Maret – 18 Maret 2022. Adapun hasil dari perhitungan lembar pengamatan ialah sebagai berikut:
Tabel 4.21
Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran
No Pertemuan Ke-n % Skor
Kriteria Pengamat 1 Pengamat 2
1 Pertemuan Ke-1 88 88 Sangat Tinggi
2 Pertemuan Ke-2 96 92 Sangat Tinggi
3 Pertemuan Ke-3 100 96 Sangat Tinggi
Jumlah 284 276
Sumber: Hasil Penelitian di MTsN 1 Lampung Timur Tahun 2022.
Persentase:
x 100
=
x 100
=
x 100 = 93,33%Berdasarkan dari tabel di atas maka diperoleh hasil yaitu dengan rata-rata persentase 93,33 , dengan kriteria sangat tinggi. Dari persentase tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil lembar pengamatan siswa dan guru setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI), memberikan pengaruh yang sangat baik pada keaktifan siswa di dalam kelas dan terlihat pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang meningkat.
Siswa menjadi lebih aktif bertanya, menanggapi, berdiskusi dalam kelompok, dan mengikuti investigasi dengan maksimal.
4. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur dapat dilihat berdasarkan indikator dari kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal matematika yaitu dari nilai post test siswa. Berikut ini hasil jawaban beberapa siswa berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yaitu:
a. Siswa dapat menuliskan informasi yang diketahui dan memodelkan masalah dalam bentuk kalimat matematika pada materi spldv
Gambar 4.2 Jawaban Pretest Siswa
Gambar 4.3 Jawaban Posttest Siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dalam indikator siswa sudah mampu untuk menuliskan informasi yang didapatkan dari soal, kemudian membuat model matematika dari persamaan yang diketahui. Terdapat perbedaan dari jawaban pre test dan jawaban post test pada siswa yang sama. Jawaban tersebut diambil dari siswa yang bernama Alfia Syaputri Majid dimana terdapat peningkatan kemampuan siswa pada indikator tersebut.
Pada pre test, siswa tersebut hanya menuliskan apa yang diketahui dari soal namun belum secara lengkap, dan juga belum bisa memodelkan persamaan yang diketahui dengan benar. Sedangkan pada post test, siswa sudah mampu menuliskan informasi dengan lengkap kemudian memodelkan setiap persamaan yang diketahui tersebut yaitu menuliskan dari mulai diketahui hingga ditanyakan.
Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa rata- rata siswa pada kelas VIII F telah menjawab dengan baik atau telah
meningkat, artinya pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) mampu membuat siswa memahami masalah yang terdapat di soal agar selanjutnya dapat diselesaikan.
b. Siswa dapat menentukan strategi dengan menuliskan cara yang digunakan dalam pemecahan soal
Gambar 4.4 Jawaban Pretest Siswa
Gambar 4.5 Jawaban Posttest Siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis untuk indikator siswa sudah mampu menentukan strategi dengan menuliskan cara yang digunakan dalam pemecahan soal. Terdapat perbedaan dari jawaban pre test dan jawaban post test pada siswa yang sama. Jawaban tersebut diambil dari siswa yang bernama Vika Cahya Agustiani, dimana terdapat peningkatan kemampuan siswa pada indikator tersebut.
Pada pre test, siswa tersebut belum menentukan strategi atau metode penyelesaian apa yang akan digunakan, contohnya seperti metode substitusi, eliminasi, ataupun campuran. Sedangkan pada post test, siswa sudah mampu menuliskan metode penyelesaian yang akan dipakai untuk memecahkan permasalahan pada soal matematika.
Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa rata- rata siswa pada kelas VIII F telah menjawab dengan baik atau telah meningkat, artinya pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) membuat siswa mampu menentukan strategi penyelesaian agar dapat memecahkan permasalahan matematis.
c. Siswa dapat melaksanakan rencana yang telah dibuat hingga memperoleh solusi/ penyelesaian dari persamaan
Gambar 4.6 Jawaban Pretest Siswa
Gambar 4.7 Jawaban Posttest Siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis untuk indikator siswa sudah mampu melaksanakan rencana yang telah dibuat hingga memperoleh solusi/
penyelesaian dari persamaan dengan melakukan perhitungan yang tepat. Terdapat perbedaan dari jawaban pre test dan jawaban post test pada siswa yang sama. Jawaban tersebut diambil dari siswa yang bernama Shendy Aulia dimana terdapat peningkatan kemampuan siswa pada indikator tersebut.
Pada pre test, siswa tersebut belum mampu menyelesaikan masalah dengan metode yang telah ditentukan dan juga belum bisa melakukan perhitungan dengan tepat. Masih terdapat beberapa kesalahan perhitungan khususnya di bagian menemukan harga satuan barang atau nilai dari x dan y. Sedangkan pada post test, siswa sudah mampu melakukan perhitungan dengan tepat sehingga dapat menyelesaikan soal sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa rata- rata siswa pada kelas VIII F telah menjawab dengan baik atau telah meningkat, artinya pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) membuat siswa mampu melakukan penyelesaian masalah matematis sehingga dapat menemukan solusi yang dibutuhkan.
d. Siswa dapat memeriksa penyelesaian dan menuliskan hasil perhitungan sebagai sebuah kesimpulan
Gambar 4.8 Jawaban Pretest Siswa
Gambar 4.9 Jawaban Posttest Siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis untuk indikator siswa sudah mampu memeriksa penyelesaian dan menuliskan hasil perhitungan sebagai sebuah kesimpulan. Terdapat perbedaan dari jawaban pre test dan jawaban post test pada siswa yang sama. Jawaban tersebut diambil dari siswa yang bernama Muhammad Ibnu Lesmana, dimana terdapat peningkatan kemampuan siswa pada indikator tersebut.
Pada pre test, siswa tersebut belum mampu memeriksa kembali hasil perhitungan dengan cara mensubstitusikan nilai x dan y yang didapatkan ke dalam persamaan awal yang diketahui. Siswa belum menuliskan bagian tersebut dan hanya menulis hingga hasil perhitungan x dan y. Padahal bagian ini cukup penting untuk pembuktian apakah nilai x dan y tersebut benar, dan masih terdapat beberapa kesalahan perhitungan khususnya di bagian menemukan
harga satuan barang atau nilai dari x dan y. Sedangkan pada post test, siswa sudah terbiasa menuliskan substitusi dari nilai x dan y ke persamaan awal untuk melakukan pembuktian kebenaran nilai tersebut, agar didapat solusi penyelesaian yang tepat.
Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa rata- rata siswa pada kelas VIII F telah menjawab dengan baik atau telah meningkat, artinya pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) membuat siswa mampu memecahkan permasalahan matematis berdasarkan beberapa indikator termasuk memeriksa kembali hasil perhitungan agar di dapatkan sebuah kesimpulan yang tepat.
dan VIII F. Namun sebelum diujikan, instrumen tes telah divalidasi oleh ahli dalam bidangnya, sehingga diperoleh instrumen yang benar-benar cocok dan sesuai untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan kemudian instrumen tes tersebut akan dibagikan kepada siswa. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti memberikan pre test kepada siswa dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal dan sejauh mana pemahaman siswa pada materi spldv yang kemudian hasil pre test tersebut diuji normalitas lalu homogenitas sebagai data awal.
Penelitian ini berawal dari sebuah pertanyaan dan temuan masalah yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Lampung Timur yang dilihat dari hasil awal yang diperoleh melalui pre test maka dapat dikatakan rendah. Setelah mengetahui bahwa hasil pre test masih rendah maka peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebanyak 5x pada kelas eksperimen secara offline di kelas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker dan cuci tangan sebelum masuk kelas. Proses pembelajaran dilakukan atas izin guru mata pelajaran, wali kelas, maupun pejabat sekolah yang bersangkutan, dan waktu pelaksanaan nya juga berdasarkan saran dari guru matematika. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Media pembelajaran penunjang yang dibutuhkan di kelas seperti LCD proyektor, laptop, maupun bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik. LKS