BAB II LANDASAN TEORI
D. Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI)
1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Group
selanjutnya menurut Slavin ialah Learning Together, Tipe Jigsaw II, kemudian yang terakhir adalah Group Investigation. 30
Group Investigation ialah model yang akan digunakan dalam penelitian ini. Ciri dari model GI sendiri yaitu mengharuskan setiap kelompok mempelajari suatu materi yang telah ditentukan. Kemudian menjelaskan materi tersebut kepada semua siswa di kelas, dan siswa diharapkan menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok.
lainnya. Hanya saja dari setiap model pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda. Begitu juga dengan model ini memiliki langkah- langkah pembelajaran tersendiri selain dari membentuk kelompok belajar.
Menurut Rusman, pengorganisasian kelas menggunakan model ini ialah akan dibentuk kelompok yang beranggotakan dua sampai enam orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik atau sub materi dari materi yang diajarkan, menghasilkan laporan kelompok, dan mempresentasikan laporan untuk saling bertukar informasi hasil temuan.32
Pada beberapa kasus atau pelajaran tertentu, siswa akan dikelompokkan dengan pertimbangan keakraban teman ataupun minat yang sama pada suatu topik tertentu. Untuk langkah lainnya tetap sama seperti siswa memilih topik yang akan diselidiki, melakukan investigasi atau penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, lalu mempersiapkan untuk mempresentasikan laporannya kepada seluruh siswa di kelas.
Model GI ialah suatu model pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar, siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok akan dipimpin oleh satu ketua kelompok. Dalam penerapan model ini, siswa dianjurkan untuk belajar dengan berdiskusi guna memecahkan masalah dalam satu kelompok tersebut. Misal pada pembelajaran matematika untuk materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV), siswa akan diberikan soal cerita yang membutuhkan
32 Rusman, Model-model Pembelajaran, 220.
pemecahan masalah. Kemudian siswa saling berdiskusi untuk menemukan solusi atau penyelesaian dari soal cerita tersebut.
Hal ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk bertanya kepada guru atau saling berdiskusi secara maksimal ketika menemui hambatan selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga pada saat presentasi di depan kelas, siswa sudah yakin dengan konsep dan hasil diskusi maupun investigasi yang mereka lakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa group investigation atau investigasi kelompok ialah proses penyelidikan mengenai suatu permasalahan dari materi tertentu oleh kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Yang dibentuk secara heterogen, kemudian saling berdiskusi dan akan mengkomunikasikan hasil perolehan kelompok mereka. Selama presentasi, siswa dapat saling membandingkan dengan hasil temuan kelompok lain.
Karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih alternatif jawaban.
Menurut pendapat Isjoni dengan model GI ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir secara analitis, kritis, reflektif, kreatif, dan produktif. Dengan begitu siswa dapat menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Selain itu model ini juga menumbuhkan keterampilan komunikasi dan proses kerjasama dalam kelompok yang baik.33
33 Isjoni, Cooperatif Learning, 87.
Model GI ini dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran mulai dari matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni, hingga bahasa. GI juga adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam mencari dan menemukan sendiri informasi dari materi pelajaran yang dipelajari melalui berbagai referensi maupun bahan ajar yang tersedia. Misalnya dari buku paket, e-book, ataupun dari internet. Siswa juga akan dilibatkan mulai dari tahap perencanaan, pada model ini, siswa dapat memilih dan menentukan sendiri jalan atau proses pengerjaan yang cocok bagi mereka.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjadi bahwa karena siswa bekerjasama dan saling berdiskusi dengan teman satu kelompoknya, maka kemungkinan akan menghadapi alternatif penyelesaian yang luas.
Maka dari itu dalam pelaksanaannya selalu perlu untuk memperhatikan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, mungkin dari segi konsep atau solusinya.34
Adanya perbedaan alternatif penyelesaian maka jawaban siswa tidak selalu tepat. Namun dari kesalahan jawaban siswa tersebut, dengan adanya komunikasi dapat memberikan arah dan kesadaran bagi siswa mengenai kesalahan yang mereka lakukan. Khususnya letak sumber kesalahan mereka. Sehingga mereka dapat belajar dari kesalahan tersebut, dengan demikian secara tidak langsung akan mengembangkan rasa ingin tahu.
34 Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Matematika, 2000), 161.
Hal ini membuat siswa lebih aktif berpikir dan dapat bebas mengemukakan ide-ide dalam mencari solusi atau jalan keluar dari suatu permasalahan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator yang dapat mengarahkan siswa ketika siswa menemui kesulitan di tengah diskusi dan di akhir guru juga memberikan kesimpulan untuk memantapkan pemahaman siswa.
Guru juga bukan hakim yang memutuskan kebenaran dari konsep atau pemahaman yang diresap oleh siswa, hal itu disesuaikan dari daya serap siswa tersebut masing-masing. Dan guru tidak dapat memutuskan kebenaran dari berbagai cara atau alternatif yang dikerjakan oleh siswa untuk mendapatkan solusi. Karena dalam matematika, semua cara penyelesaian dapat diterima asal memenuhi syarat dari materi yang dipelajari dan selama hasil akhir antar tiap siswa sama maka jawaban tersebut tetap dianggap benar.
Melalui penerapan model GI ini diharapkan dapat menambah rasa percaya diri siswa. Jika siswa menginginkan kelompoknya memperoleh apresiasi berupa hadiah dari guru, maka kelompok tersebut harus bekerjasama dengan baik untuk menginvestigasi permasalahan yang telah ditentukan hingga menemukan solusi atau penyelesaiannya.
Model ini banyak disebut sebagai model pembelajaran yang paling kompleks dibanding model pembelajaran kooperatif lainnya. Hal ini disebabkan karena langkah-langkah model GI sangat kompleks dari langkah awal hingga akhir, yang dimulai dari merencanakan hingga harus
mempresentasikan hasil diskusi. Dan harus melibatkan siswa secara penuh. Selain itu alasannya adalah karena model ini memadukan beberapa landasan pemikiran yakni pandangan konstruktivisme, democratic teaching, dan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkanpandangan konstruktivisme maka proses pembelajaran dengan model ini memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk terlibat aktif dan membangun sendiri pemahaman mereka dengan mencari referensi terkait yang tersedia. Dan juga memaknai pembelajaran yang dilakukan tersebut berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing- masing siswa.
Sedangkan untuk democratic teaching, yang mana berarti proses pembelajaran dengan dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yakni menghargai kemampuan, menghargai kebebasan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman karakteristik siswa.35
2. Karakteristik Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI)