• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH (Halaman 68-73)

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.5 Evaluasi

tidur

- Segala kebutuhan aktifitas klien dibantu keluarga dan perawat - Kemampuan

pergerakan sendi dan tungkai (ROM):

terbatas - Kekuatan otot

5 5 3 3

- A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan no. 1,2,3,4

28 1. Nyeri akut b.d S : Pasien mengatakan

Desember adanya nyeri pada abdomen

2018 terputusnya bagian bawah sudah

inkontunitas berkurang

jaringan P: luka post op sectio caesarea

Q: nyeri seperti panas terbakar

R: abdomen bagian bawah S: skala 3

T: Nyeri bila dibuat bergerak

O : -K/U Lemah - Tanda-tanda vital:

TD :120/90 mmHg N: 82 x/menit

- Px tampak mengerti penjelasan tentang nyeri yang telah diberikan oleh perawat

- Wajah px tampak sedikit rileks

A : masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan no. 5,6

2. Hambatan mobilitas S : Pasien mengatakan fisik berhubungan kedua kakinya sedikit dengan kelemahan bisa digerakkan

otot akibat tindakan O : - K/U Lemah anestesi - Tanda-tanda vital

TD : 120/90 N : 82x/menit S:36,3C

- Pasien tampak berbaring di tempat tidur

- Segala kebutuhan aktifitas klien dibantu keluarga dan perawat - Kemampuan

pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : terbatas

- Px tampak bisa menggerakkan

kakinya dan melakukan

pergerakan miring kana dan miring kiri - Kekuatan otot

5 5 4 4

- A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan no. 1,2,4

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. M No. RM : 00384xxx Umur : 26 tahun Tabel 3.7 Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post op sectio

caesarea dengan indikasi letak sungsang

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf 29 1. Nyeri akut b.d S : Pasien mengatakan nyeri

Desember adanya terputusnya sudah bekurang

2018 inkontunitas P: luka post op Sectio Caesarea jaringan Q: nyeri seperti panas terbakar

R: abdomen bagian bawah S: skala 2

T: Nyeri bila dibuat bergerak O : -K/U cukup

- Tanda-tanda vital:

TD :120/80 mmHg N: 86 x/menit

- Px tampak mengerti penjelasan tentang nyeri yang telah diberikan oleh perawat

- Px tmpak dapat mentralisir rasa nyerinya

- Wajah px tampak rileks A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan pasien pulang

2. Hambatan mobilitas S : Pasien mengatakan kedua fisik berhubungan kakinya bisa digerakkan dengan kelemahan O : - K/U cukup

otot akibat tindakan - Tanda-tanda vital

anestesi TD : 120/80

N : 86 x/menit S:36,3C

- Pasien tampak sudah bisa duduk di atas tempat tidur - Pasien tampak sudah bisa

berjalan-jalan di sekitar tmpat tidur

- ADL terpenuhi

- Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : terbatas

- Kekuatan otot 5 5

5 5

A : Masalah sudah teratasi P : Intervensi dihentikan pasien pulang

BAB 4 PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan secara langsung pada Ny.M dengan diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga secara terbuka, mengerti dan kooperatif.

Menurut opini peneliti pengkajian antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak banyak kesenjangan pada keluhan utama hal ini terjadi karena terdapat keluhan nyeri pada semua pasien apabila efek anastesi telah hilang pada pasca operasi section caesarea, yaitu pada tinjauan kasus Ny. M mengeluh nyeri daerah perut post section caesarea seperti yang dikeluhkan oleh pasien post section caesarea pada umumnya di dapatkan keluhan nyeri pada daerah perut Karena insisi pasca operasi section caesarea.

Pada pemeriksaan fisik menurut Prawirohardjo (2005) pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian B1 (Breathing) yaitu pada inspeksi : ditemukan yaitu bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi dada, pada palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, pada perkusi : sonor, pada auskultasi : ditemukan tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi, whezzing, reles,bunyi nafas vesikuler. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil hal yang sama karena hal ini dikarenakan pada saat pasien dipindahkan keruangan kesadaran

62

klien kembali pulih dan membaik serta tidak mengalami gangguan pada pernafasan.

Pada pemeriksaan fisik menurut Prawirohardjo (2005) tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian B2 (blood) inspeksi : ditemukan tidak mengalami cyanosis, pada palpasi : nadi 80 -100 x/menit , irama jantung kuat regular , tekanan darah bisa meningkkat atau menurun, CRT (capillary refill time), pada auskultasi ditemukan bunyi jantung S1 (lub) , S2 (dup) . pada tinjauan kasus juga ditemukan hasil yang sama karena kesadaran klien mulai membaik serta tekanan darah yang membaik.

Pada pemeriksaan fisik B3 (brain) prawirohardjo (2005) tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu pada inspeksi : kesadaran composmetis, orientasi baik, tidak kejang, pada palpasi tidak ada masalah, pada perkusi tidak ada masalah, pada auskultasi tidak ada masalah. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan bahwa klien mengalami ganguan pada tidurnya yaitu di rumah sakit:

siang tidak terkaji, malam tidak terkaji, sedangkan di rumah : siang 2 jam/hari, 6 jam/hari. Hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena pada tinjauan pustaka tidak ditemukan jam istirahat terganggu sedangkan pada tinjauan kasus tidak ditemukan masalah keperawatan.

Pada pemeriksaan fisik B4 (bowl) menurut Prawirohardjo (2005) tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu inspeksi: yaitu menggunakabn kateter,warna urine kuning , berbau amis , terdapat lochea rubra berwarna merah , pada palpasi : tidaka ada nyeri tekan pada daerah perkemihan, pada perkusi : tidak ada masalah, pada : auskultasi tidak ada masalah. Sedangkan pada tinjauan kasus di dapatkan hasil yang sama. Hal ini dikarenakan pada pasien post operasi section

caesarea di pasang kateter bertujuan untuk mengosongkan kandung kemih karena jika kandung kemih penuh maka akan mengalami nyeri dan akan dapat menhalangi involusi uterus dan akan dapat mengalami pendarahan.

Pada pemeriksaan fisik B5 (bowel) menurut Prawirohardjo (2005) tinjauan pustaka di dapatkan hasil yaitu pada inspeksi : mukosa bibir lembab, bibir normal, terdapat luka post operasi masih di balut 20 cm , terdapat striae dan linea, pada palpasi : kontraksi uterus baik , TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat nyeri tekan pada abdomen, pada perkusi: abdomen tympani,pada auskultasi : penurunan bising usus . hal ini dikarenakan pada pasien post operasi pada saat hari pertama adalah proses pemulihan organ jadi bising usus menjadi menurun.

Pada pemeriksaan fisik B6 (bone) menurut Prawirohardjo (2005) tinjauan pustaka di dapatkan hasil yaitu pada inspeksi : terdapat turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang atau kuning langsat, tidak ada oedema,kelemahan otot, kebutuhan klien masih dibantu oleh keluarga, pada palpasi : tidak ada nyeri tekan, akral hangat, pada perkusi: reflek patella (+), pada auskultasi tidak ada masalah sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil yang sama mengalami kelemahan otot. Hal ini dikarenakan pasien post operasi mengalami kelemahan otot dikarenakan mengalami pemulihan kemampuan otot pengaruh akibat obat anastesi.

4.2 Diagnosa keperawatan

4.2.1 Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada lima menurut prawirohardjo (2005) yaitu :

4.2.1.1 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan.

4.2.1.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tindakan anestesi

4.2.1.3 Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.

4.2.1.4 Ganguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri 4.2.1.5 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan diri

4.2.2 Pada tinjauan kasus terdapat dua diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

4.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan 4.2.2.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

akibat tindakan anestesi

Pada tinjauan pustaka di dapakan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkotuinitas jaringan (Prawirodiharjo,2005) . Hal ini disebabkan karena nyeri pada daerah abdomen karena terputusnya inkontuinitas jaringan.

Pada tinjauan kasus yaitu ditemukan hal yang sama yaitu nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkotuinitas jaringan. Dengan data objektif abdomen masih tampak membesar, tampak linea dan strae alba, terdapat jahitan luka bekas operasi vertical 20 cm, keadaan luka masih berbalut kasa kering, tampak memegangi

daerah perut, raut wajah tampak menyeringsi, terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi, skala 6.

Pada tinjauan pustaka di dapatkan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan (Prawirodihardjo,2005). Hal ini disebabkan karena klien mengalami otot dan tidak bisa bergerak secara aktif setelah mengalami operasi caesar. Pada tinjauan kasus di dapatkan hasil yang sama yaitu hambatan mobilitas fisisk berhubungan dengan kelemahan otot akibat tindakan anestesi. Dengan adanya data objektif pasien tampak berbaring di tempat tidur, segala kebutuhan aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : Terbatas, kekuatan otot : pada ekstermitas atas 5,5 pada ekstermitas bawah 3,3 .

Pada tinjauan pustaka, menurut Prawirohardjo (2005) di temukan lima diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tindakan anestesi, faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan, gangguan pemenuhan irstirahat tidur berhubugan dengan nyeri, cemas berhubungngan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri. Tetapi pada tinjauan kasus tidak ditemukana resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertololongan persalinan, karena pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala infeksi seperti rubor,dolor,color,funsion lasea sehingga tidak mengalami resiko infeksi.

Sedangkan pada diagnosa cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri, karena pada pengakajian tidak ditemukan

klien tampak cemas setelah selesai persalinan karena klien sebelumnya sudah mengalami persalinan. Tidak semua diagnosa dapat muncul pada tinjauan kasus karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post partum patologis secara umum. Sedangkan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keadaan pasien secara langsung.

4.3 Intervensi

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus ada kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis ingin meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku pasien (afektif), dan keterampilan menangani masalah (psikomotor).

4.3.1Intervensi diagnosa keperawtan nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan pada intervensi tinjauan pustaka menurut ( Prawirohardjo,2005) dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan kasus alasannya karena data yang di dapat klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah akibat pembedahan sectio caesarea, nyeri seperti tertekan ,skala 6,nyeri timbul sejak selesai melakukan operasi caesarea. Diagnosa ini dijadikan prioritas karena yang paling dirasakan oleh klien. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan dengan objektif yang mendukung yaitu abdomen masih tampak membesar tampak linea dan strae alba, terdapat jahitan luka bekas operasi vertical 20cm, keadaan luka masih berbalut kassa kering, tampak memegangi daerah perut, raut wajah menyeringai, terdapat

nyeri tekan pada luka bekas operasi , skala 6. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang. Kriteria hasil : k/u baik, tidak terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi, skala nyeri dapat berkurang 1-3, TTV dalam batas normal (TD : 110/80-120/90 mmHg, N : 60 – 100 x/menit), Wajah tampak tidak menyeringai. Dilakukan intervensi Bina hubungan saling percaya, lakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, berikan penjelasan pada klien tentang nyeri, observasi pemeriksaan TTV, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, atur posisi yang naman bagi klien, kolaborasi pemberian analgesic. Memberikan rencana atau tindakan tidak hanya melakukan teknik distraksi dan relaxsasi saja. Menurut opini penulis mengkonsumsi ikan yang mengandung protein tinggi seperti mengkonsumsi ikan kutuk, mengkonsumsi putih telor, dan buah-buahan. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi nyeri.

4.3.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tindakan anestesi. Alasannya pasien mengatakan kedua kakinya sulit untuk digerakkan dengan data objektif yaitu : K/U lemah, pasien tampak berbaring ditempat tidur, segala kebutuhan aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : terbatas, kekuatan otot :pada ekstermitas atas 5,5 sedangkan pada ekstermitas bawah 3,3. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat melakukan mobilisasi . Kriteria hasil : k/u baik, pasien mengatakan sudah dapat melakukan pergerakan kaki, mika miki,duduk,dan berjalan, klien dapat beraktifitas secara mandiri, kekuatan otot : 5,5,5,5. Dilakuakan intervensi, Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas, motivasi klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap,

anjurkan untuk melakukan gerakan kaki pada saat tidur, bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari, evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. Klien juga dapat melakukan mobilisasi dini seperti miring kanan dan miring kiri atau dapat menggerakkan jari-jari kaki secara perlahan setiap 5-10 jam setelah pasien dipindah ke ruangan. Kemudian di hari kedua pasien dapat di dudukkan selama 5 menit. Selanjutnya dihari ke 3 sampai ke 5 pasien dapat berjalan secara pelan-pelan . menurut opini penulis dengan dilakukannya mobilisasi dini ini dapat mencegah terjadinya thrombosis dan dekubitus pada punggung.

4.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah tindakan atau perwujudan yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membuat teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan pendokumentasian setelah intervensi keperawatan.

4.4.1Implementasi nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan.

Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (prawirohardjo, 2005) sama dengan tinjauan kasus dilakukan tindakan seperti Membina hubungan saling percaya, melakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, frekuensi dan reaksi yang dialami pasien (skala 6), memberi penjelasan pada klien tentang nyeri (bahwa nyeri yang dialami adalah berasal dari luka jahitan bekas operasi), mengobservasi pemeriksaan TTV (TD : 110/80 mmHg, N : 88

x/menit), mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi dengan cara melakukan teknik nafas dalam melalui hidung secara teratur dan kemudian keluarkan secara perlahan-lahan lewat mulut dan mengalihkan perhatian dengan cara membaca buku atau menonton TV, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien (posisi semi fowler), kolaborasi pemberian analgesic (Ceftariazone 2x1 gr/iv, Neurosanbe 3x1 amp, Santagesic 3x1 amp/iv, Vit.k 3x1 amp/iv ) . Dapat dilakukan sesuai rencana karena pasien dapat bekerjasama dengan baik . menurut opini penulis terdapat dua penanganan secara farmakologis dan non farmakologis dengan mengajarkan teknik distraksi yaitu dengan menarik nafas lalu mengeluarkan pelan-pelan, mengalihkan dengan cara menonton tv, membaca buku hal ini untuk mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien post operasi caesar. Sedangkan tindakan nonfarmakologis yaitu dengan cara pemberian obat analgesic hal ini dapat mengurangi nyeri.

4.4.2Implementasi diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tindakan anestesi

Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (prawirohardjo, 2005) sama dengan tinjauan kasus dilakukan tindakan, Mengkaji kemampuan pasien dalam beraktivitas, memotivasi pasien untuk melakukan pergerakan secara bertahap, mengajarkan pasien untuk latihan gerak (menggerakkan kaki ,dan melakukan gerakan miring kanan dan kiri ), menganjurkan keluarga dalam membantu aktivitas pasien, mengevaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. Dapat dilakukan sesuai rencana karena klien dapat bekerjasama dengan baik. Menurut opini penulis dengan melakukan

mobilisasi dini dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga klien tidak mengalami thromboisis.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena merupakan teori, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.

Pada tinjauan kasus pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontuinitas jaringan berkurang dalam waktu 1 x 24 jam karena tindakan yang tepat, pasien juga melakukan apa yang tim medis ajarkan untuk nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan kriteria hasil tercapai.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan kelemahan dalam waktu 1 x 24 jam karena tindakan yang tepat, pasien juga melakukan apa yang tim medis ajarkan dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan kriteria hasil tercapai.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai karena adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny.M sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi dan pasien KRS pada tanggal 29 Desember 2018 jam 08.00 WIB

BAB 5 PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanaan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien post sc dengan indikasi letak sungsang.

5.2 Simpulan

Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.2.1Pengkajian sangat penting pada pasien post sc yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah nyeri pada daerah abdomen agar tidak bertambah, selain itu memberi nutrisi yang baik yang harus di konsumsi pada klien selama pemulihan, klien juga harus bermobilisasi sdengan baik. Pada pasien dengan post sc hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah pengkajian pada pemeriksaan fisik pada ibu post sc akan mengalami perubahan payudara bertambah besar, kontraksi uterus baik/keras, terdapat lochea rubra

5.2.2 Pada pasien dengan post sc (sectio caesarea)akan mengalami beberapa masalah fisik,psikologi maupun social masalah keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adlah nyeri akut, gangguan mobilitas fisik. Kedua

72

diagnosa tersebut muncul karena didapatkan data-data dari keadaan pasien itu sendiri.

5.2.3Intervensi diagnosa keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, kriteria hasil.

5.2.4 Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada tinjauan pustaka.

5.2.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjdi pada pasien setiap saat.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerjasama yang baik antara,keluarga,dan tim kesehatan.

5.3 Saran

Berlatar belakang dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut.

5.3.2Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.

5.3.3 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya lebih berpotensi dengan meiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan yang lainnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan post sc (sectio caesarea).

5.3.4 Untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan sebaiknya diadakan suatu seminar atau penyuluhan yang membahas tentang masalah kesehatan yang

ada pada pasien tentang post sc (sectio caesarea), seperti penyuluhan tentang cara menyusui dengan benar.

5.3.5 Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan bidang melakukan perawatan post sc (sectio caesarea).

5.3.6 Pemahaman dan pengetahuan mengenai konsep kesehatan perlu ditingkatkan secara konprehensif sehingga mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham.(2008). Laporan pendahuluan Post sc. Diakses melalui http://documen.tips/dokuments/laporan-pendahuluan-post-

sc55f5d9b588b7d.html. pada tanggal 15 september 2018 pada pukul 19.50 WIB

Faser. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10 ECG

Hanifa.(2006) Bratakoesoema. Obstetri Patologi, edisi II EGC.

http://rainfallaline.blogspot.com/2011/12/asuhan-pada-kehamilan-dengan- letak.html? Diakses pada tanggal 17 september 2018 pukul 19.15 WIB

Manuaba,(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.

http//rainfallaline.blogspot.com/2012/04/askeb-anc

letaksungsang.html?.Diakses pada tanggal 17 september 2018 pada pukul 20.00 WIB

Potter & perry. (2005). Fundanmental Keperawatan.

http//jabbartbtj.blogspot.com/2004/09/proses-keperawatan-pengkajian- diagnosa.html?. Diakses pada tanggal 17 september 2018 pada pukul 23.45 WIB

Prawirohardjo, (2007). Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. http://www.Abc medika.com/2013/11/konsep-dasar- sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 15 september 2018 pada pukul 19.45 WIB

Riskesdas, 2015. Angka Kejadian Sectio Caesaria. www.google.com. Diakses pada tanggal 15 september 2018

Rukiyah dan Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).

Jakarta. http//rainfallaline.blogspot.com/2013/01/presentasi-bokong-dan- penanganannya.html? Diakses tanggal 16 september 2018 pada pukul 15.15 WIB

Rustam Mochtar. (1998). Manual Persalinan. Jakarta. EGC.

http://rainfallaline.blogspot.com/2013/01/presentasi-bokong-dan-

75

penangananya.html?. Diakses pada tanggal 17 september 2018 pukul 20.00 WIB

Saifudin , mansjoer. (2005). Askep sectio caesaria. Diakses melalui http://annahabayahan.blogspot.co.id/2011/04/askep-sectio-caesaria.html pada tanggal 15 september 2018 pada pukul 22.01 WIB

Sarwono. (2005). Dalam Ilmu Kandungan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo .http://www.abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 20 september 2018 pada 20.00 WIB

Wiknjasastro H. (2005). Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohdjo. http://www.Abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar- sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 09 september 2018 pukul 20.37 WIB

Wiknjosastro H. (2007). Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo.

http://rainfallaline.blogspt.com/2013/01/presentasi:bokong-dan-

penanganannya.html? Diakses pada tanggal 19 September 2018 pukul 20.35 WIB

Wilkinson.(2009) . Pada Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.Yogyakarta: nuha medika.

http//askebdenganletaksungsang.blogspot.com/2012/04/askeb-anc-

letaksungsang.html?. Diakses pada tanggal 10 september 2018 pada pukul 18.00 WIB

Wilkinson.(2007). Proses Keperawatan.Jakarta: selemba medika.

http://dwimahendrayanti.blogspot.com/2013/12/makalah-evaluasi-

keperawatan.html?. Diakses pada tanggal 16 september 2018 pukul 20.00 WIB

DI RSUD BANGIL PASURUAN

Disusun Oleh :

Novi Dwi Lestari 1601026

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2019

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH (Halaman 68-73)

Dokumen terkait