• Tidak ada hasil yang ditemukan

BaB XI PeNUTUP

Pasal 27 Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 27 September 2012

KETUA KOMISI YUDISIAL KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA, ttd ttd

Prof. Dr. H. EMAN SUPARMAN, S.H., M.H. Dr. H.M. HATTA ALI, S.H., M.H.

KeTUa MaHKaMaH agUNg RePUBLIK INDONesIa

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: 01 TAHUN 2008 Tentang

PROseDUR MeDIasI DI PeNgaDILaN MaHKaMaH agUNg RePUBLIK INDONesIa

Menimbang : a. Bahwa medas merupakan salah satu proses penyelesaan sengketa yang lebh cepat dan murah, serta dapat memberkan akses yang lebh besar kepada para phak menemukan penyelesaan yang memuaskan dan memenuh rasa keadlan.

b. Bahwa pengntegrasan medas ke dalam proses beracara d pengadlan dapat menjad salah satu nstrument efektf mengatas masalah penumpukan perkara d pengadlan serta memperkuat dan memaksmalkan fungs lembaga pengadlan dalam penyelesaan sengketa d sampng proses pengadlan yang bersfat memutus (ajudkatf).

c. Bahwa hukum acara yang berlaku, bak pasal 130 HIR maupun pasal 154 RBg, mendorong para phak untuk menempuh proses perdamaan yang dapat diintensifkan dengan cara

mengntegraskan proses medas ke dalam prosedur berperkara d Pengadlan Neger.

d. Bahwa sambl menunggu peraturan perundang-undangan dan memperhatkan wewenang Mahkamah Agung dalam mengatur acara peradlan yang belum cukup datur oleh peraturan perundang- undangan, maka dem kepastan, ketertban, dan kelancaran dalam proses mendamakan para pbak untuk menyelesakan suatu sengketa perdata, dpandang perlu menetapkan suatu Peraturan Mahkamah Agung.

e. Bahwa setelah dlakukan evaluas terhadap pelaksanaan Prosedur Medas d Pengadlan berdasarkan peraturan Mahkamah Agung Republk Indonesa No. 2 tahun 2003, ternyata dtemukan beberapa permasalahan yang bersumber dar peraturan mahkamah agung tersebut, sehngga Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 perlu drevs dengan maksud untuk lebh mendayagunakan medas yang terkat dengan proses berperkara d pengadlan.

Mengingat : 1. Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa tahun 1945.

2. Reglemen Indonesa yang dpcrbaharu (HIR) Staatsblad 1941 Nomor 44 dan Reglemen Hukurn Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (RBg) Staatblad 1927 Nomor 227;

3. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakman, Lembaran Negara Nomor 8 tahun 2004;

4. Undang-undang Nomor l4 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, lembaran Negara Nomor 73 Tahun 1985 sebagamana telah dubah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 tentang Perubahan Alas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkarnah Agung, lembaran Negara Nomor 9 Tahun 2004 dan tambahan lernbaran, Negara No. 4359 Tahun 2004;

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 ten tang Peradlan Umum, lembaran Negara Nomor 20 Tahun t 986, sebagamana telah dubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 ten tang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradlan Umurn, Lembaran Negara Nomor 34 Tahun 2004;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasonal, Lembaran Negara Nomor 206 Tahun 2000.

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradlan Agama, Lembaran Negara Nomor 73 Tahun 1989 sebagamana telah dubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Lembaran Negara Nomor 22 Tahun 2006, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4611.

MeMUTUsKaN :

PeRaTURaN MaHKaMaH agUNg RePUBLIK INDONesIa

TeNTaNg

PROseDUR MeDIasI DI PeNgaDILaN BaB I

KeTeNTUaN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini dimaksud dengan :

1. Perma adalah Peraturan Mahkamah Agung Tentang Prosedur Medas d Pengadlan.

2. Akta perdamaan adalah akta yang memuaj s kesepakatan perdamaan dan putusan hakm yang menguatkan kesepakatan perdamaan tersebut yang tdak tunduk pada upaya hukum basa maupun luar basa.

3. Hakm adalah hakm tunggal atau majes hakm yang dtunjuk oleh Ketua Pengadlan Tngkat Pertama untuk mengadl perkara perdata;

4. Kaukus adalahpertemuan antara medator dengan salah satu phak tanpa dhadr oleh phak lannya;

5. Kesepakatan perdamaan adalah dokumen yang memuat syarat-syarat yang dsepakat oleh para phak guna mengakhr sengketa yang merupakan hasl dar upaya perdamaan dengan bantuan seorang medator atau lebh berdasarkan Peraturan n;

6. Medator adalah phal netral yang membantu para phak dalam proses perundngan guna mencar berbaga kemungknan penyelesaan sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaan;

7. Medas adalah cara penyelesaan sengketa melalu proses perundngan untuk memperoleh kesepakatan para phak dengan dbantu oleh medator;

8. Para phak adalah dua atau lebh subjek hukum yang bukan kuasa hukum yang bersengketa dan membawa sengketa mereka ke pengadlan untuk memperoleh penyelesaan;

9. Prosedur medas adalah tahapan proses medas sebagamana datur dalam peraturan n;

10. Resume perkara adalah dokumen yang dbuat oleh tap phak yang memuat duduk perkara dan at au usulan penyelesaan sengketa;

11. Sertifikat Mediator adalah dokumen yang menyatakan bahwa seseorang telah mengkut pelathan ataau penddkan medas yang dkeluarkan oleh lembaga yang telah d akredtas oleh Mahkamah Agung;

12. Proses medas tertutup adalah bahwa perternuan- pertemuan medas hanya dhadr para phak atau kuasa hukum mereka dan medator atau phak lan yang dznkan oleh para phak serta dnamka yang terjad dalam pertemuan tdak boleh dsampakan kepada- publk terkecual at as zn para phak.

13. Pengadlan adalah Pengadlan Tngkat Pertama dalam lngkungan peradlan umurn dan peradlan agama.

14. Pengadlan Tngg adalah pengadlan tngg dalam lngkungan peradlan umum dan peradlan agama.

Pasal 2

Ruang Lingkup dan Kekuatan Berlaku Perma

(1) Peraturan Mahkamah Agung n hanya berlaku untuk medas yang terkat dengan proses berperkara d Pengadlan.

(2) Setap hakm, medator dan para phak wajb mengkut prosedur penyelesaan sengketa melalu medas yang datur dalam peraturan n.

(3) Tdak menempuh prosedur medas berdasarkan Peraturan n merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 RBg yang mengakbatkan putusan batal dem hukum.

(4) Hakm dalam pertmbangan putusan perkara wajb menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah dupayakan perdamaan melalu medas dengan menyebutkan nama medator untuk perkara yang bersangkutan.

Pasal 3

Biaya Pemanggilan Para Pihak

(1) Baya pemangglan para phak untuk menghadr proses medas lebh dahulu dbebankan kepada phak Penggugat melalu uang panjar baya perkara.

(2) Jka para phak berhasl mencapa kesepakatan, baya pemangglan para phak sebagamana dmaksud dalam ayat (1) dtanggung bersama atau sesua kesepakatan para phak.

(3) Jka medas gagal menghaslkan kesepakatan, baya pemangglan para phak dalarn proses medas dbebankan kepada phak yang oleh hakm dhukum membayar baya perkara.

Pasal 4

Jenis Perkara Yang Dimediasi

Kecual perkara yang dselesakan melalu prosedur pengadlan naga, pengadlan hubungan ndustral, keberatan atas putusan Badan Penyelesaan Sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Koms Pengawas Persangan Usaha, semua sengketa perdata yang dajukan ke Pengadlan Tngkat Pertama wajb lebh dahulu dupayakan penyelesaan melalu perdamaan dengan bantuan medator.

Pasal 5

Dokumen terkait