• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KASUS

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus

4. Ibu mengatakan akan melakukan penyuntikan KB di Puskesmas tanggal 11 Febryari 2020

3) Telinga : Lubang telinga bersih tidak ada kotoran.

4) Mulut : Mukosa mulut lembab 5) Leher : Tidak ada kelainan

6) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung teratur, pergerakan dada tampak simetris.

7) Abdomen : Simetris,tali pusat berwarna putih segar, tidak terdapat perdarahan tali pusat dan tidak ada tanda- tanda infeksi tali pusat, dan tidak teraba

benjolan/massa.

8) Genitalia : Tidak ada kelainan

9) Ekstremitas : Jari tangan dan jari kaki simetris, lengkap dan bergerak aktif

c. Status Neurologi (refleks)

Refleks glabella (+), refleks blinking (+), refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks tonick neck (+), refleks morro (+), refleks walking (+), refleks babinski (+).

Pola Fungsional neonatus usia 24 jam

Tabel 4.19 Pola Fungsional

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh Ibunya.

Ibu menyusui bayinya setiap keinginan bayi atau setiap 2 jam. Ibu juga tidak memberikan makanan lain selain ASI.

Eliminasi - BAB 2 kali/hari konsistensi lunak warna hijau kehitaman

- BAK 3 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih

Personal Hygiene

- Bayi belum ada dimandikan.

- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun lembab.

Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan popoknya basah atau lembab.

A :

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan usia 24 jam

Masalah : Tidak ada Masalah Potensial : Tidak ada Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :

Tabel 4.20 Penatalaksanaan

No. Tindakan

1. Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat Ibu telah mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. Memberikan KIE mengenai tanda bahaya bayi seperti demam, bayi kuning, malas menyusu, tali pusat berbau, gerakan, tangisan tidak ada, merintih, sesak, infeksi mata, diare, kejang. Apabila ibu menemui tanda-tanda tersebut segera ke pelayanan kesehatan terdekat;

Ibu paham mengenai penjelasan yang disampaikan.

3. Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat, yaitu dengan teknik bersih dan kering. Tali pusat dibiarkan kering, dibersihkan dengan sabun saat mandi dan selalu mengganti kassa bila basah atau kotor;

Ibu telah mengerti penyampaian yang disampaikan.

4 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang neonatus selanjutnya yaitu pada 10 hari selanjutnya di tanggal 21 Januari 2020 atau saat ada keluhan.

2. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-II (Hari ke - 10) Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2020 Pukul :

Tempat : Rumah Ny. R

S:

a. Bayi menyusu dengan ibu 1-2 jam sekali. Ibu tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI.

b. Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah putus hari ke 5 tanggal 16 jnnuari 2020

c. BAB 4 kali/hari warna kuning.

d. BAK 7-8 kali/hari warna kuning jernih

e. Bayi dimandikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun lembab.

f. Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan popoknya basah atau lembab.

g. Bayi dapat tersenyum spontan saat diajak bermain

O:

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa nadi 138 x/menit, pernafasan 46 x/menit dan suhu 36,8 °C. Dan pemeriksaan antropometriberat badan 3200 gram, panjang badan 47 cm, pemeriksaan lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, dan lingkar lengan atas 10 cm.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Tidak ada kelainan

2) Mata : Simetris, tidak ada kotoran dan perdarahan, tidak oedema pada kelopak mata, conjungtiva tidak anemis.

3) Hidung : Tidak ada pengeluaran dan pernafasan cuping hidung.

4) Telinga : Lubang telinga tidak terdapat kotoran.

5) Mulut : Mukosa mulut lembab

6) Leher : Pergerakan aktif tidak ada kelainan

7) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung teratur, pergerakan dada simetris.

8) Abdomen : Simetris, tali pusat sudah putus, terlihat kering pada tempat pelepasan tali pusat, tidak teraba kembung, serta tidak teraba benjolan/massa.

9) Genitalia : Tidak ada kelainan 10) Ekstremitas : Pergerakan aktif.

c. Status Neurologi (refleks)

Refleks glabella (+), refleks blinking (+), refleks rooting (+), refleks sucking (+), reflex swallowing (+), refleks tonick asimetris (+), refleks tonick neck (+), refleks morro (+), refleks palmar grasping (+), refleks walking (+), refleks babinski (+), refleks plantar (+), refleks galant (+), dan refleks swimming (+).

d. Pola Fungsional neonates usia 10 hari

Tabel 4.21 Pola Fungsional

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 1-2 jam sekali. Ibu tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI.

Eliminasi BAB 1-2kali/hari konsistensi lunak warna kuning.

BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih

Personal Hygiene

Bayi dimandikan 1 kali sehari pada pagi dan sore hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun lembab.

Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan popoknya basah atau lembab.

Perkembangan Bayi dapat tersenyum spontan saat diajak bermain

A :

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari ke-10

Masalah : Tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada

P :

Tabel 4.22 Penatalaksanaan

No. Tindakan

1. Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat;

Ibu telah mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga menjaga kehangatan bayi;

Ibu dan keluarga mengerti tentang bagaimana cara menjaga suhu tubuh bayinya

3. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan berikutnya tanggal 21 Januari 2020 atau saat ada keluhan

3. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-III (Hari ke-24)

Tanggal Pengkajian : 5 Februari 2020 Pukul :15.00

Tempat : Rumah Ny. R

S:

a. Bayi menyusu dengan ibu 2-3 jam sekali. Ibu tidak memberikan bayi makan dan minum kecuali ASI.

b. BAB 3-4kali/hari konsistensi lunak warna kuning.

c. BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih

d. Bayi dimandikan bayi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun lembab.

e. Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan popoknya basah atau lembab

O:

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa nadi 138 x/menit, pernafasan 40 x/menit dan suhu 36,5°C. Dan pemeriksaan antropometriberat badan 3500 gram, panjang badan 49 cm, pemeriksaan lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, dan lingkar lengan atas 11 cm.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata : Simetris, tidak ada kotoran dan perdarahan, tidak oedema pada kelopak mata, conjungtiva tidak anemis.

2) Hidung : Tidak ada pengeluaran dan pernafasan cuping hidung 3) Telinga : Lubang telinga tidak ada kotoran.

4) Mulut : Mukosa mulut lembab. tidak ada kelainan 5) Leher : Pergerakan leher aktif dan tidak ada kelainan

6) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung teratur, pergerakan dada tampak simetris.

7) Abdomen : Simetris, tali pusat sudah putus, tidak teraba benjolan/massa

8) Genitalia : Tidak ada kelainan

9) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan dan pergerakan aktif.

c. Pola Fungsional neonatus usia 24 hari Tabel 4.23 Pola Fungsional

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 2-3 jam sekali. Ibu tidak memberikan bayi makan dan minum kecuali ASI.

Eliminasi BAB 3-4kali/hari konsistensi lunak warna kuning.

BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih

Personal Hygiene

Bayi dimandikan bayi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun lembab.

Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan popoknya basah atau lembab.

Perkembangan Bayi dapat tersenyum spontan

A : Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari ke-24

Masalah : tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada KebutuhanSegera : Tidak ada

P :

Tabel 4.25 Penatalaksanaan

No Tindakan

1. Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat;

Hasil: Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini

2. Memberikan KIE tentang imunisasi dasar bagi bayi Hasil; Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan

157 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pada pembahasan studi kasus continuity of care ini penulis akan memaparkan kesenjangan ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif yang telah dilakukan mulai dari kehamilan bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi yang diterapkan pada klien Ny.R G3P2001 sejak kontak pertama pada tanggal 14 Oktober 2019 dimulai pada masa kehamilan 27 minggu dengan pembahasan sebagai berikut:

1. Asuhan Kehamilan

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.R pada tanggal 14 Oktober 2019, didapatkan bahwa Ny.R berusia 22 tahun G3P2001 HPHT 07 April 2019 dan taksiran persalinan tanggal 14 Januari 2020.

Pada kontak pertama antara penulis dengan Ny.R mengatakan sudah melakukan kunjungan antenatal care (ANC) ke Klinik terdekat sebanyak 2 kali pada trimester I, 3 kali pada trimester II, Jadwal kunjungan ulang yaitu 2 minggu kemudian atau jika ada keluhan melihat usia kehamilan Ny.R adalah 27 minggu.

Pemeriksaan antenatal care yang dilakukan oleh Ny.R pada trimester III sebanyak 6 kali termasuk pada pemeriksaan yang dilakukan selama asuhan diberikan. Hal ini sesuai dengan standar asuhan kunjungan ANC, dimana Ny.R sudah melakukan pemeriksaan lebih dari 2 kali selama kehamilan trimester III. Secara teori Pelayanan

antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal.

(Depkes RI, 2016)

Berdasarkan jadwal kunjungan, pemeriksaan ANC dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu minimal 1 kali pada trimester I (sebelum usia 14 minggu), 1 kali pada trimester II (usia kehamilan antara 14 – 28 minggu) dan 2 kali pada trimester III (usia kehamilan antara 28 – 36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).

Standar pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini factor risiko, pencegahan, dan penanganan dni komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2017).

Pada kunjungan pertama, usia kehamilan 27 minggu dari hasil pengkajian ibu mengatakan susah makan akibat mual yang dirasakannya dan dari hasil pemeriksaan ditemukan kedua putting payudara Ny.R tenggelam. Penyebab mual semasa kehamilan bisa disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin, efek aparatus vestibular, adaptasi saluran gastrointestinal (Manuaba, 2014).

Asuhan yang diberikan untuk mengurangi keluhan mual yang dirasakan klien yaitu usahakan makan sedikit tapi sering, konsumsi makanan tinggi protein dan vitamin B seperti kacang-kacangan, hindari makanan atau bau yang membuat mual bertambah, istirahat

yang cukup, dan jangan tidur siang setelah makan, karena bisa memperparah mual saat hamil, sedangkan untuk susah makannya sendiri diakibatkan oleh mual yang masih dirasakan ibu. Dengan demikian penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Selanjutnya pada saat dilakukan pemeriksaan fisik kedua putting payudara Ny.R tenggelam dan Ny.R, mengatakan riwayat menyusui bayinya hanya 2 bulan. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut penulis menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang putting susu agar menonjol, yaitu dengan nipplet pam, pijatan, teknik Hoffman dan teknik spuit puller dengan spuit 10 cc (Suherni (2012), serta menarik narik putting secara perlahan lahan 1-2 menit saat mandi agar putting dapat menonjol keluar. Perawatan payudara dapat dilakukan lebih dini pada putting yang mendatar atau teggelam yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan. (Saiffudin, 2010).

Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam batas normal. Berat badan ibu 75 kg, Pada pemeriksaan Leopold didapatkan tinggi fundus uteri 24 cm, pada Leopold I didapatkan hasil bokong janin berada di fundus uteri, Leopold II pada bagian kiri didapatkan punggung janin dan pada bagian kiri abdomen didapatkan ektremitas janin, pada Leopold III

didapatkan hasil letak kepala di segmen bawah rahim dan dapat digoyangkan. Leopold IV, sebagian bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, denyut jantung janin 133 x/menit, dan taksiran berat janin ±1.860 gram.

Kunjungan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2019 dengan usia kehamilan ibu 35 minggu 3 hari, keluhan yang dirasakan oleh ibu adalah Ibu mengatakan sering buang kecil pada malam hari. Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam batas normal. Berat badan ibu 77 kg, kedua putting susu ibu sudah tampak menonjol derajat satu. Pada pemeriksaan Leopold didapatkan tinggi fundus uteri 29 cm, pada Leopold I didapatkan hasil bagian bokong berada di fundus uteri, Leopold II pada bagian kanan didapatkan punggung janin dan pada bagian kiri abdomen didapatkan ektremitas janin, pada Leopold III didapatkan hasil kepala janin berada di segmen atas rahim dan dapat tidak dapat digoyangkan Leopold IV, sebagian besar bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul, denyut jantung janin 132 x/menit.

Perubahan terjadi pada sistem perkemihan pada ibu hamil yaitu pada ginjal dan ureter. Pada masa akhir kehamilan, frekuensi buang air kecil menjadi meningkat dikarenakan mulai turunnya kepala janin sehingga menekan kandung kemih. Perubahan struktur ginjal diakibatkan oleh aktivitas hormon estrogen dan progesteron,

penekanan yang timbul akibat pembesaran usus dan peningkatan volume darah. (Pantiawati, 2011).

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan yang diberikan pada keluhan Ny.R yaitu dengan mengurangi minum pada malam hari serta selalu menjaga kebersihan area intim dan menganjurkan ibu untuk tetap rutin melakukan perawatan payudara guna persiapan laktasi.

Kunjungan ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2020 dengan usia kehamilan ibu 38 minggu 6 hari, keluhan yang dirasakan oleh ibu adalah Ibu mengatakan sering merasakan kotraksi palsu. Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam batas normal. Berat badan ibu 78 kg dan kedua putting payudara ibu sudah tampak sedikit menonol.

Pada pemeriksaan Leopold didapatkan tinggi fundus uteri 30 cm, pada Leopold I didapatkan hasil bokong janin berada di fundus

uteri, Leopold II pada bagian kanan didapatkan punggung janin dan pada bagian kiri abdomen didapatkan ektremitas janin, pada Leopold III didapatkan hasil kepala janin berada di segmen atas rahim dan dapat digoyangkan. Leopold IV, sebagian kecil bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, denyut jantung janin 138 x/menit.

Kontraksi palsu merupakan hal fisiologis yang dialami ibu hamil pada trimester 3 menjelang persalinn. Asuhan yang diberikan kepada Ny.R yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai perbedaan kontraksi

palsu dan kontraksi menjelang bersalin, serta KIE tentang tanda tanda persalinan.

Dalam pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dari kunjungan pertama sampai ketiga berjalan dengan baik dan normal. Penulis melakukan pengawasan selama kehamilan sehingga proses kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun klien mengalami beberapa keluhan namun hal itu dapat diatasi sedini mungkin dan pada kunjugan ketiga didapatkan bahwa kedua puting payudara klien sudah tampak sedikit menonjol serta pengeluaran colostrum cukup banyak.

2. Asuhan Persalinan

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny.R yaitu 39 minggu 6 hari. Berdasarkan teori usia kehamilan cukup bulan atau aterm yaitu pada usia 36-40 minggu (varney,2010). Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny.R menunjukkan tanda-tanda persalinan saat usia kehamilan 39-40 minggu

a. Kala I

Persalinan dianggap normal jika proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan pervaginam dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin serta dimulai dengan adanya tanda – tanda persalinan kala I antara lain terjadi his, terjadi pengeluaran lendir bercampur darah, selain itu tanda lainnya adalah terjadinya penipisan dan pembukaan serviks dan pecahnya kantung (Manuaba,2012)

Pada proses persalinan, Ny.R menjalani kala I fase laten selama 4 jam. Pada umumnya fase laten berlangsung selama 8 jam menurut (Manuaba,2012). Dimulai pada tanggal 11 Januari 2020 pukul 09.00 WITA klien merasakan nyeri perut bagian bawah hingga ke pinggang sejak jam 09.00 WITA, namun ibu belum mau memeriksakan diri ke bidan karena kontraksi yang ibu rasakan masih jarang dan ibu tidak merasa terlalu sakit.

Pada pukul 15.30 WITA ibu mengatakan keluar lendir pervaginam disertai darah, tetapi kencang-kencang yang dirasakan belum terlalu sakit. Pukul 15.55 WITA ibu mengatakan kencang- kencang terasa semakin sering sehingga ibu segera datang ke PKM Baru Ulu.

Pada pukul 16.00 WITA, dilakukan pemeriksaan dengan hasil kemajuan persalinan yaitu pembukaan 3 cm serta ketuban utuh/belum pecah, dengan his mulai adekuat (2x dalam 10 menit dengan durasi 20-25 detik). Tanda-tanda persalinan yaitu rasa nyeri terasa dibagian pinggang dan penyebar ke perut bagian bawah, lendir darah semakin nampak, waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah, serviks menipis dan membuka (Sumarah, 2013).

Pada pukul 19.44 WITA ketuban Ny.R pecah spontan berrwarna jernih dan pembukaan 10 cm serta tampak kepala didepan vulva, penulis segera mengambil partus set dan APD yang sudah dipersiapkan, ibu mengatakan perut semakin nyeri dan lebih sering kencang-kencang serta ibu merasa ingn BAB efficement

100%, penurunan kepala hodge IV, DJJ : 144 x/mnt, His 4 x 10 menit dengan durasi yang adekuat yaitu 35-40 detik..

b. Kala II

Pukul 19.44 ibu dipimpin untuk meneran, melakukan pertolongan persalinan sesuai APN, bayi lahir pada pukul 19.45 WITA, lama kala II Ny.R berlangsung selama 1-2 menit dan ini merupakan keadaan yang normal. Pada primipara kala II berlangsung rata-rata 2 jam dan pada multipara rata-rata 1 jam (Varney,2010), serta menurut (Wiknjosastro(2014) bahwa pada multigravida, khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bagian terbawah janin dapat berlangsung cepat..

3. Bayi Baru Lahir

Pukul 19.45 WITA bayi lahir spontan, segera menangis, usaha napas teratur, tonus otot kuat, tubuh bayi tampak kemerahan, jenis kelamin perempuan. Setelah bayi lahir dilakukan penilaian APGAR skor, didapatkan hasil APGAR skor bayi Ny.R yaitu 7/9.

Penilaian bayi normal yaitu dengan nilai AS 7-10. (Oxorn, 2010).

Pada pukul 19.47 Selanjutnya dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan meetakkan bayi di dada ibu selama 1 jam dan berakhir pada pukul 20.47 WITA. Badan kesehatan dunia WHO 2013 merekomendasikan proses inisasi menyusu dini dilakukan selama satu jam pertama sejak bayi lahir. Cara nya dengan menempatkan bayi di dada ibunya segera setelah bayi keluar dari jalan lahir. Menurut pendapat penulis tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik yang terjadi di lahan praktik dimana bayi dilakukan IMD selama 1 jam hal ini sudah sesuai dengan teori.

Pukul .21.00 dilakukan pemeriksaan pada bayi Ny. R keadaan umum, tanda-tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan antopometri dalam batas normal dengan berat badan 2900 gram panjang badan 47 cm, pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, serta status neurologi baik. Bayi baru lahir normal memiliki ciri berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 44-53 cm, lingkar dada 30-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm. (Saifuddin, 2010)

Menurut pendapat penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik dan penulis berpendapat bahwa riwayat BBLR tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan teori (Romanli,(2011) yang menyebutkan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi berat janin adalah faktor maternal, paternal, lingkungan, keadaan patologi, dan komplikasi kehamilan seperti hipertensi, pre-eklamsia, dan diabetes mellitus gestasional.

Selanjutnya bayi Ny.R diberikan injeksi vitamin K 0,05 cc/IM, imunisasi hepatitis B 0 hari dan antibiotik berupa salep mata. Bayi baru lahir diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL, pemberian imunisasi hepatitis B 0 hari untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis dan pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi.

Penulis berpendapat, karena kondisi bayi yang telah stabil penulis dan bidan segera memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah defisiensi vitamin K, memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis, dan mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi (Depkes RI, 2011).

4. Asuhan Masa Nifas

Kunjungan selama masa nifas Ny.R sebanyak 3 kali yaitu pada kunjungan pertama 6 jam-3 hari ditemukan keluhan masih kesusahan dalam menyusui bayinya, kunjungan kedua 4-28 hari puting payudara ibu lecet dan kunjungan ketiga 29-42 hari ibu tidak ada keluhan. Pada kunjungan nifas sebanyak 3 kali.

Penulis berpendapat kunjungan nifas tersebut sangat penting dilakukan, karena dengan adanya kunjungan nifas tersebut dapat mendeteksi adanya penyulit saat masa nifas. Sejalan dengan kebijakan Program Nasional Masa Nifas yang tercantum dalam buku KIA paling sedikt 3 kali melakukan kunjungan masa nifas dengan tujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi di masa nifas, serta menangani komplikasi atau masalah yang timbul.

Tanggal 13 Januari 2020 dilakukan kunjungan pertama yaitu 24 jam post partum. Berdasarkan hasil pengkajian ibu masih merasa kesulitan dalam menyusui bayinya hal tersebut diakibatkan minimnya pengalaman ibu dalam menyusui namun ibu masih tetap menyusui bayinya dikarenakan ASI yang keluar cukup deras, serta ibu sudah dapat beristirahat setelah proses persalinannya, ibu telah dapat makan dan minum seperti biasa, dari hasil pemeriksaan kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan.

Asuhan yang diberikan yaitu dengan memotivasi Ny.R untuk menyusui bayinya, memberikan KIE tentang teknik dan posisi menyusui yang benar serta menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara dengan cara membersihkan putting susu ibu dengan air bersih sebelum ataupun setelah menyusui bayinya

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik bentuk putting Ny.R sesuai dengan teori (Cadwell dan Maffei, (2011). bentuk puting yang rata (flat nipple) akan menonjol ketika distimulasi dengan taktil atau dingin. Jadi, ketika menyusui, puting ibu dengan bentuk seperti ini akan menonjol dengan sendirinya. Sehingga, bentuk puting yang rata (flat nipple) bukanlah suatu halangan dalam pemberian ASI.

Tanggal 21 Januari 2020, dilakukan kunjungan kedua yaitu asuhan 10 hari post partum. Dari hasil pengkajian Ny.R mengatakan bahwa puting payudaranya lecet dari hasil pemeriksaan puting payudara Ny.R tampak merah dan lecet disertai nyeri, TFU tidak teraba, lochea serosa, tidak ada tanda tanda infeksi pada jahitan.

Asuhan yang diberikan yaitu/ KIE tentang teknik dan posisi menyusui yang benar dan jika nyeri yang dirasakan sudah tidak tertahankan lagi ibu bisa mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lecet dan memerah ASI secara manual dan ditampung pada botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil, serta