• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep Dasar Teori Kehamilan 1. Pengertian

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Saifuddin, 2014).

2. Perubahan fisiologis kehamilan

Selama masa kehamilan seluruh tubuh wanita akan mengalami banyak perubahan,baik pada organ maupun pada sistem organ. Menurut Saifuddin (2014), perubahan yang terdapat pada ibu hamil trimester III adalah :

a. Uterus

Pada usia kehamilan 30 minggu, fundus uteri sudah dapat dipalpasi di tengah antara umbilicus dan sternum. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri kembali turun dan terletak tiga jari di bawah Procesus Xifoideus (PX) karena kepala janin yang turun dan masuk ke dalam rongga panggul. Usia kehamilan mempengaruhi ukuran tinggi fundus uteri. Pada tabel 1 dijabarkan tentang pengaruh usia kehamilan terhadap tinggi fundus uteri dengan pengukuran Mc. Donald yang menyebutkan bahwa ukuran tinggi fundus uteri Β±2 cm dari usia kehamilan. (Manuaba, 2011).

b. Serviks uteri

Serviks akan mulai mengalami perlunakan secara bertahap akibat dari bertambahnya aktivitas uterus selama kehamilan dan mengalami dilatasi sampai kehamilan trimester III.(Manuaba,2011)

c. Vagina dan vulva

Terjadi peningkatan cairan vagina, cairan biasanya jernih.

Meningkatnya cairan vagina selama kehamilan merupakan hal yang normal (Pantiawati, 2011).

d. Payudara

Pada masa akhir kehamilan kolostrum sudah dapat keluar dari payudara, tetapi air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh Prolactin Inhibiting Hormone .(Prasetyono,2011).

e. Kulit

Peningkatan Melanosit Stimulating Hormone (MSH), estrogen dan progesteron mengakibatkan terjadinya hiperpigmentasi di area seperti areola mammae, perineum, umbilicus dan di area yang mudah mengalami gesekan seperti aksila dan paha bagian dalam. (Pantiawati, 2011)

f. Sistem kardiovaskuler

Kondisi tubuh sangat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan volume darah selama kehamilan mulai dari usia kehamilan 10-12 minggu dan progresif sampai usia kehamilan 30-34 minggu. Anemia merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan sel darah merah atau haemoglobin (HB) pada tubuh. Pada trimester pertama dan ketiga disebut anemia apabila kadar HB <11 g/dL, sedangkan pada trimester kedua <10.5 g/dL (Kusmiati, 2012).

g. Sistem respirasi

Perubahan hormonal selama kehamilan trimester tiga yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru yang menyebabkan banyak ibu hamil yang mengalami kesulitan bernapas. Selain itu, hal ini juga didukung oleh tekanan rahim yang membesar sehingga menekan diafragma.( Saifuddin, 2015),

h. Sitem pencernaan

Penurunan tonus dan motilitas dari lambung dan usus disertai relaksasi sfingter bawah esophagus merupakan faktor terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi dan hemoroid. Hemoroid terjadi akibat konstipasi dan naiknya vena hemoroidal. Konstipasi pada ibu hamil terjadi akibat dari hormon progesteron menyebabkan gerakan usus berkurang atau relaksasi otot-otot polos sehingga makanan terpendam lama di dalam usus.

Nyeri ulu hati dikarenakan peningkatkan intragastrik yang disertakan dengan penurunan tonus otot sfingter bawah esophagus yang menyebabkan asam lambung refluks ke dalam esophagus bagian bawah.gerakan usus berkurang atau relaksasi otot-otot polos sehingga makanan terpendam lama di dalam usus. Nyeri ulu hati dikarenakan peningkatkan intragastrik yang disertakan dengan penurunan tonus otot sfingter bawah esophagus yang menyebabkan asam lambung refluks ke dalam esophagus bagian bawah (Manuaba, 2014).

i. Sistem perkemihan

Perubahan terjadi pada sistem perkemihan pada ibu hamil yaitu pada ginjal dan ureter. Pada masa akhir kehamilan, frekuensi buang air

kecil menjadi meningkat dikarenakan mulai turunnya kepala janin sehingga menekan kandung kemih. Perubahan struktur ginjal diakibatkan oleh aktivitas hormon estrogen dan progesteron, penekanan yang timbul akibat pembesaran usus dan peningkatan volume darah. (Pantiawati, 2011).

j. Sistem musculoskeletal

Pada wanita hamil postur tubuh akan mengalami perubahan secara bertahap akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam abdomen. Bentuk tubuh yang lordosis menjadi bentuk tubuh yang paling umum dialami selama masa kehamilan karena pembesaran uterus ke posisi anterior. (Saifuddin, 2011).

3. ANC (Antenatal Care)

a. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi dalam (Manuaba, 2012):

1) Trimester I : 1 kali (sebelum usia kehamilan 14 minggu) 2) Trimester II : 1 kali (usia kehamilan antara14-28 minggu)

3) Trimester III : 2 kali (usia kehamilan 28-36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).

b. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang harus diberikan (Kemenkes RI, 2017) :

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (Riskesdas, 2010).

IMT merupakan rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi menjadi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Penggunaan rumus ini hanya dapat diterapkan pada seseorang berusia antara 19 tahun hingga 70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil menyusui. Pengukuran IMT ini dapat digunakan terutama jika pengukuran tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia. Rumus untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus metrik berikut:

IMT

=

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (𝐾𝑔) {𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘š)}2

Komponen Indeks Massa Tubuh yaitu tinggi badan dan berat badan. Tinggi badan diukur dengan keadaan berdiri tegak lurus, tanpa menggunakan alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding serta pandangan di arahkan ke depan.

Kedua lengan tergantung di samping badan. Bagian pengukur yang dapat bergerak di sejajarkan dengan bagian teratas kepala (vertex) dan harus diperkuat pada rambut kepala yang tebal.

Status berat badan sebelum hamil mempengaruhi hubungan antara kenaikan berat badan ibu selama hamil dan berat badan bayi saat lahir.

Karena ibu hamil yang underweight cenderung mempertahankan kenaikan berat badannya selama hamil untuk kebutuhan dirinya sendiri, mereka perlu menaikkan berat badannya lebih dari ibu hamil lainnya selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil yang mempunyai berat badan lebih bisa menggunakan sebagian dari cadangan energinya untuk

mendukung pertumbuhan janin, sehingga mereka hanya perlu sedikit menaikkan berat badan.

Kenaikan berat badan selama kehamilan tidak menjamin bayi akan mempunyai berat badan normal saat lahir karena banyak faktor lain yang mempengaruhi berat badan bayi lahir. Namun, menaikkan berat badan selama hamil dapat meningkatkan peluang berat badan bayi baru lahir berada di kisaran normal.

Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan

IMT (kg/m2) Total kenaikan berat badan yang disarankan

Selama trimester 2 dan 3 Kurus

(IMT<18,5)

12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu

Normal (IMT 18,5-22,9)

11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu

Overweight (IMT 23-29,9)

6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu

Obesitas (IMT>30)

0,2 kg/minggu

Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu

Sumber : Dasar Teori Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan Sukarni tahun 2013

2) Pengukuran tekanan darah.

Tekanan darah normal 110/70 mmHg-130/80 mmHg. Bila darah ibu<140/90 mmHg berarti tekanan darah ibu tinggi, dansalah satu gejala preeklamsi (Depkes RI, 2016).

3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

Tabel 2.2 Umur Kehamilan Berdasarkan TFU

Tinggi Fundus Uteri Umur kehamilan 3 jari di atas simpisis

Β½ simfisis-pusat 3 jari dibawah pusat

Setinggi pusat 3 diatas pusat Β½ pusat-prosesus xifoideus Setinggi prosesus xifoideus 3/2jari dibawah prosesus xifoideus

12 minggu 16 minggu 20 minggu 24 minggu 28 minggu

32 minggu

\36 minggu 40 minggu

Tabel 2.3 Umur Kehamilan Berdasarkan TFU Dalam (cm)

TFU Usia Kehamilan

20 cm 23 cm 26 cm 30 cm 33 cm

20 minggu 24 minggu 28 minggu 32 minggu 36 minggu

Sumber : Dasar teori Umur Kehamilan Berdasarkan TFU menurut Manuaba, 2011

Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir berat janin ketika masih di dalam uterus (Kuswanti, 2014). Taksiran ini berguna untuk mefremantau pertumbuhan janin dalam rahim, sehingga di harapkan dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadinya pertumbuhan janin yang abnormal (Mocthar.R, 2011). Menurut rumus Johnson, taksiran ini hanya berlaku untuk persentasi kepala dan mengukur terlebih dahulu Tinggi Fundus Uterus dengan tehnik Mc Donald.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

(Tinggi Fundus Uteri dalam cm – n) x 155 = berat (gram) Keterangan :

a) Bila kepala janin belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP) maka n

= 12

b) Bila kepala janin sudah masuk PAP maka n = 11 (Siswosudarmo, 2010).

Tabel 2.4 Tafsiran Berat Janin pada TM II – TM III

Usia Kehamilan Panjang (cm) Berat (gram)

25 minggu 34,6 cm 600 gram

26 minggu 35,5 cm 1000 gram

27 minggu 36,6 cm 1050 gram

28 minggu 37,6 cm 1100 gram

29 minggu 38,6 cm 1150 gram

30 minggu 41 cm 1400 gram

31 minggu 41,1 cm 1502 gram

32 minggu 42,4 cm 1702 gram

33 minggu 43,7 cm 1918 gram

34 minggu 45 cm 2146 gram

35 minggu 46,2 cm 2383 gram

36 minggu 47,4 cm 2622 gram

37 minggu 48,6 cm 2859 gram

38 minggu 49,8 cm 3083 gram

39 minggu 50,7 cm 3288 gram

40 minggu 51,2 cm 3462 gram

41 minggu 51,7 cm 3597 gram

Sumber : Manuaba (2012)

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan sel yang ditentukan oleh kemampuan substrak oleh ibu (Cunningham et al., 2010). (Cunningham et al. 2013) mengatakan bahwa taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan janin apakah janin tersebut normal atau tidak. Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berurutan.

Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua yang berlangsung sampai minggu ke 32 meliputi hiperplasia dan hipertropisel. Setelah usia gestasi 32 minggu pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi, laju pertumbuhan janin yang setar selama 3 fase pertumbuhan sel ini adalah 5 gr/hari pada usia 15 minggu.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat janin adalah faktor maternal, paternal, lingkungan, keadaan patologi, dan komplikasi kehamilan seperti hipertensi, pre-eklamsia, dan diabetes mellitus gestasional (Romanli, 2011).

Etnis dan ras pada ibu hamil juga berpengaruh pada berat badan janin dikaitkan dengan faktor genetik dan faktor metabolisme yang berbeda-beda pada setiap etnis dan ras. Sebagai contoh, bayi yang dilahirkan dari etnis Asia dan Afrika lebih kecil dibandingkan dengan etnis Kaukasia pada usia kehamilan yang sama (Estiningtyas, 2013).

Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan bayi besar yaitu ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu, multiparitas, gestasi lama, usia ibu, janin laki-laki, bayi sebelumnya memiliki berat lebih dari 4000 gram dan ras dan etnik. (Doenges, 2012)

Pengkajian dimulai selama trimester kedua, ketika fundus dapat dipalpasi setinggi umbilikus pada usia kehamilan 20 minggu dan terus sampai mencapai prosesus xifoideus pada usia kehamilan 36 minggu.

Pengukuran memerlukan pita pengukur yang tidak elastis dan fleksibel, dengan menempatkan angka nol pada tepi atas simfisis pubis, dan merentangkan pita pengukur tersebut melewati garis tengah abdomen sampai ke ujung fundus.

Setelah 20 sampai 22 minggu gestasi, tinggi fundus dalam sentimeter secara normal memperkirakan usia kehamilan dalam mimggu sampai kehamilan 36 minggu. Setelah itu, janin bertambah berat daripada tinggi dan mendekati awitan persalinan.

(Notoatmodjo,2011).

Oleh karena alasan inilah, fundus yang benar-benar pada 40 minggu gestasi dapat memiliki tinggi fundus yang sama dengan 36 minggu gestasi. Kemungkinan penyebab tinggi fundus yang lebih besar dari yang diharapkan karena kehamilan multipel, polihidramnion, dan makrosomia janin sedangkan kemungkinan penyebab tinggi fundus kurang dari yang diharapkan meliputi presentasi janin yang abnormal, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, dan oligohidramnion (Dorland, 2010).

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan dilaksanakan pada waktu ANC. Imunisasi TT diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval

tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.

Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2017)

Tabel 2.5 Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid Imunisasi TT Waktu Masa Perlindungan

TT 2 TT 3 TT 4 TT 5

4 minggu setelah TT 1 6 bulan setelah TT 2

1 tahun setelah TT 3 1 tahun setelah TT 4

3 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun

Sumber :Dasar Teori Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid menur Prawirohardjo (2012)

Tabel 2.6 jadwal pemberian imunisasi tetanus toksoid Imu

nisasi Interval

Present ase (%) perlindu ngan

Durasi perlindu ngan

TT I

Selamaku njungan antenatal

pertama

-

TT II

4 minggu setelah TT

I

80 3 tahun

TT III

4 minggu setelah TT

II

95 5 tahun

TT IV

4 minggu setelah TT

III

99 10

tahun

TT V

4 minggu setelah TT

IV

99

25 tahun /seumur

hidup Sumber : Dasar teori jadwal pemberian imunisasi tetanus toksoid menurut (Saifuddin, 2010)

Ket: artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang dilahirkan, akan terlindung dari tetanus neonaturum (Saifuddin, 2010)

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin) yang memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak (Kemenkes RI, 2017).

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin.

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, keluarga berencana). Termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta KB pasca bersalin (Pinem,2012)).

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongandarah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). Waktu pemeriksaan hemoglobin pada ibu hamil dapat dilakukan dengan menggunakan cara sahli dan sianmethemoglobin, dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 minggu) dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu).

Table 2.7 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin

NILAI STATUS

11 gr%

9 – 10,9 gr%

7,0 – 8,9 gr%

< 7,0 gr%

Tidak anemia Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat Sumber : Dasar Teori Pemeriksaan Hemoglobin menurut Manuaba, 2012

Acuan hasil pemeriksaan laboratorium sederhana dan pemeriksaan protein urine normal pada ibu hamil (Doenges, 2012) Darah:

(a) Hemoglobin : β‰₯ 11 g/dl (b) Hematokrit : 36,0-46,0 %

(c) Leukosit : 4.500,00-11.000,00 /ul (d) Eritrosit : 4,4-5,9

(e) Trombosit :150.000-350.000 /ul

(f) MCV : 70-85

(g) MCH :23-31

(h) MCHC :32-36

(i) LED : 0-10

(j) Basofil : 0-1 (k) Eosinofil :1-3 (l) Batang :2-6 (m) Segmen :50-70 (n) Limposit :20-40 (o) Monosit : 2-8 Urin:

(a) Warna : kuning muda-tua (b) Kejernihan : jernih

(c) Berat jenis : 1,010-1,030 (d) pH : 7,0 netral (e) protein : negative

(f) glukosa : negative (g) keton : negative (h) bilirubin : negative (i) urobilinogen :normal (j) lekosit esterase : negative (k) nitrit : negative (l) blood : negative (m) lekosit :1-6 /LPB (n) eritrosit :0-1 /LPB (o) epitel sel : positif /LPK (p) silinder : negatif /LPK (q) Kristal : negatif/LPK (r) Bakteri : negatif /LPK (s) Ragi : negatif /LPB 10) Tatalaksana Kasus

4. Mammae atau payudara

Payudara terletak di dalam faisa superfisialis di daerah pectoral antara sternum dan aksila yang melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh. Berat dan ukuran yang dimiliki wanita beragam.

Hal ini dipengaruhi oleh jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus, tapi besar kecilnya payudara tidak mempengaruhi produksi ASI (Purwanti, 2011).

Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil yang berwarnai tua. Sekitar puting terdapat lingkaran berwarna cokelat yang disebut aerola. Puting tetap lemas karena didasar puting terdapat kelenjar Montgomery yang mengeluarkan zat lemak (Syaifuddin, 2015).

Menurut Rusby, Brachtel, Michaelson, Koerner dan Smith (2011), ada hubungan antara jumlah saluran, usia, volume dan diameter puting payudara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sanuki, Fukuma, dan Uchida (2011), diameter ratarata areola wanita yang telah melahirkan 0,5 cm lebih besar daripada wanita yang belum melahirkan.

Kelenjar mamae menyebar di sekitar aerola. Aerola adalah daerah hitam di sekitar puting susu. Kelenjar mamae memiliki lobus 15-20 lobus yang berbentuk piramid dengan puncak mengarah ke aerola mamae. Septum yang terdiri atas jaringan fibrosa yang padat sebagai pembatas antar lobus. Masing masing lobus memiliki duktus laktiferus sebagai saluran keluarnya ASI yang bermuara ke papila mamae (Wiji.R.N, 201)

Ibu yang berusia 19-23 tahun menghasilkan ASI lebih baik dibanding mereka yang lebih tua, duktus laktiferus berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus yang menyebar di aerola mamae. Sinus ini akan mengecil dan bercabang ke alveoli atau kelenjar susu, yaitu kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan.Kerja sel ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Sinus laktiferus berfungsi sebagai tempat penyimpanan ASI (Dewi Vivian, 2011)

Lingkaran kecil yang terletak di tengah aerola pada bagian luar disebut puting. Puting yang dimiliki tiap wanita berbeda. Ada yang datar, masuk ke dalam dan ada pula yang menonjol. Berikut akan dibahas beberapa bentuk puting pada wanita. Flat nipple atau puting datar, yaitu puting yang tidak menonjol sama sekali. Hal ini adalah normal dan biasa terjadi pada masa remaja. Biasanya puting akan mulai menonjol ketika menyusui. Bentuk

puting yang kedua yaitu inverted nipple, yaitu puting yang tonjolannya ke dalam seperti terbentuk lekukan di tengah aerola. Bentuk puting seperti ini dapat dikembalikan seperti semula (menonjol ke luar) dengan treatment khusus. Bentuk puting selanjutnya yaitu exverted nipple, yaitu puting yang menonjol ke luar. Inilah puting yang dimiliki sebagian besar wanita (Cadwell dan Maffei, 2011).

Bentuk puting inverted nipple ke dalam 3 derajat. Derajat satu dimana puting mudah ditarik dengan hisapan bayi atau pompa payudara, derajat dua ketika puting mudah ditarik dengan hisapan bayi atau pompa payudara tetapi tidak mempertahankan proyeksi setelah mulut bayi lepas dari payudara atau leher pompa diangkat, dan derajat tiga yakni puting sulit atau tidak mungkin ditarik. Pembagian derajat ini didasarkan pada fungsi bukan dari penampilan putting (Cadwell dan Maffei, 2011).

Bentuk puting yang rata (flat nipple) akan menonjol ketika distimulasi dengan taktil atau dingin. Jadi, ketika menyusui, puting ibu dengan bentuk seperti ini akan menonjol dengan sendirinya. Sehingga, bentuk puting yang rata (flat nipple) bukanlah suatu halangan dalam pemberian ASI (Cadwell dan Maffei, (2011).

Bentuk puting dan areola tidak mempengaruhi sensitivitas pada daerah tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh Prado, Andrades, Benitez, dan Parada (2013) dengan melakukan test sensitivitas puting dan areola menggunakan mesin Nihon-Kohden II, salah satu alat faradic elektronik yang mengukur sensitivitas payudara.

Kesimpulan dari tes yang dilakukan adalah perbedaan impuls yang dihasilkan oleh areola dan puting payudara normal, hipertrofi (payudara yang mengalami pembesaran), atau hipoplasia (payudara yang gagal tumbuh) tidak signifikan.

Uraian di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan selain perbedaan bentuk antara bentuk puting payudara yang masuk ke dalam (inverted), rata (flat) maupun yang menonjol (exverted). Ketiganya merupakan bentuk yang normal dan sehat. Sampai saat ini, belum ada uraian tentang bentuk puting payudara yang tidak normal yang ada hanya bentuk payudara yang tidak sehat. Misalnya payudara bengkak, nyeri, kemerahan atau terdapatnya tonjolan (Cadwell & Maffei, 2011).

Sebagai persiapan pemberian ASI pada laktasi, estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara juga pertumbuhan kelenjar mammae, sedangkan progesterone menstimulasi sistem alveolar pada payudara dan berpartisipasi dalam pertumbuhan payudara. Progesterone dan estrogen memiliki efek menstimulasi melanosit yang mempergelap areola disekitar putting (Varney, 2010).

a. Perawatan Payudara

Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, mempunyai tujuan antara lain:

1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.

2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet 3) Untuk menonjolkan puting susu.

4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan 6) Untuk memperbanyak produksi ASI

7) Untuk mengetahui adanya kelainan (Notoadmojo, 2011).

b. Tehnik Perawatan Payudara

Beberapa Keadaan Yang Berkaitan Dengan Teknik Dan Saat Perawatan Payudara antara lain

1) Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air hangat ketika sedang mandi dan janganmenggunakan sabun, karena sabun bisa membuat puting susu kering dan iritasi.

2) Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat abortus, perawatnnya dapat dimulai pada usia kehamilan 6 bulan atas.

3) Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 8 bulan.

4) Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan.Cara perawatan puting susu datar atau masuk Ke dalam Antara Lain:

a) Puting susu diberi minyak atau baby oil

b) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting.

c) Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu d) jari kearah atas dan kebawah Β± 20 kali (gerakannya kearahluar) e) Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting susu

f) Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah kiri dan kekanan Β± 20 kali( Saiffudin, 2010).

5) Jika Asi Belum Keluar

Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera menyusui sejak bayi barulahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini, Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayipada saat menyusu ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni menunggu ASI keluar baru menyusui. (Wiji.R.N, 2013)

6) Penanganan puting susu lecet

Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lecet dan memerah ASI secara manual dan ditampung pada botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.

(Wiji.R.N, 2013)

7) Penyumbatan Kelenjar Payudara

Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa