• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

berlangsung. Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan data peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah disimpulkan.

G. Teknik Pengabsahan Data

Pada tahap ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi, dimana triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Macam-macam teknik triangulasi menurut Sugiyono (sinatriyo:2019):

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan, wawancara, dengan dokumen-dokumen yang ada, ataupun membandingkan hasil wawancara dari informan (data primer) dengan buku bacaan yang berkaitan dengan penelitian (data sekunder).

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji data dengan cara mengecek data yang sama namun namun dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan teknik wawancara lalu dilakukan pengecekan dengan teknik observasi ataupun dokumen.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu adalah triangulasi yang sering mempengaruhi data.

Untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti bisa melakukan pengecekan atau pengamatan tidak hanya satu kali dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini peneliti bisa melakukan pengamatan pada saat di pagi hari saat informan masih dalam keadaan segar dan melakukan pengamatan kembali pada saat observasi untuk mendapatkan data yang lebih valid dan memastikan data yang di peroleh tidak berbeda dari waktu ke waktu.

1. Gambaran Umum Kabupaten Luwu Timur

Kabupaten Luwu Timur merupakan Kabupaten paling timur di Provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Utara. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone. Sementara itu, batas sebelah Barat merupakan Kabupaten Luwu Utara.Di Kabupaten Luwu Timur terdapat 14 sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Kalaena dengan panjang 85 km. Sungai tersebut melintas di Kecamatan Mangkutana. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bambalu dengan panjang 15 km.

Selain itu, di Kabupaten Luwu Timur juga terdapat lima danau. Kelima danau tersebut antara lain danau Matano (dengan luas 245.70 km2), Danau Mahalona (25 km2), dan Danau Towuti (585 km2), Danau Tarapang Masapi (2.43 km2) dan Danau Lontoa (1.71 km2). Danau Matano terletak di Kecamatan Nuha sedangkan keempat danau lainnya terletak di Kecamatan Towuti.Kabupaten Luwu Timur merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Selama tahun 2011, tercatat rata-rata curah hujan mencapai 258 mm, dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan mencapai 17 hari. Curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yakni 393 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 23 hari. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sulawesi Tengah b) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sulawesi Tenggara c) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Teluk Bone

d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Luwu Utara

Kabupaten Luwu Timur yang beribu kota di Malili, secara administrasi dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Kecamatan Burau, Kecamatan Wotu, Kecamatan Tomoni, Kecamatan Tomoni Timur, Kecamatan Angkona, Kecamatan Malili, Kecamatan Towuti, Kecamatan Nuha, Kecamatan Wasuponda, Kecamatan Mangkutana dan Kecamatan Kalaena. Desa Tole sendiri berada di Kecamatan Towuti.

Kecamatan Towuti merupakan salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Luwu Timur. Luas wilayahnya 1.820,48 km², terdiri dari luas daratan 1.219.000 km2 dan luas danau sebesar 601,48 km2.

Kecamatan Towuti terletak di sebelah timur ibu kota Kabupaten Luwu Timur.

Kecamatan Towuti di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Nuha dan Propinsi Sulawesi Tengah, sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tenggara, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Nuha dan Wasuponda.Kecamatan Towuti terdiri dari 18 desa. Ada tiga desa yang

baru mengalami perubahan dari status UPT menjadi desa yaitu desa Libukan Mandiri berubah status dari UPT Mahalona SP 1, desa Kalosi berubah status dari UPT Mahalona SP 2, dan desa Buangin berubah status dari UPT Buangin. Namun dalam publikasi ini masih disertakan daftar nama ketiga UPT yang ada karena pemerintahannya masih ada. Terdapat juga 2 desa yang baru mengalami pemekaran yaitu Desa Tole pemekaran dari desa Mahalona dan desa matompi pemekaran dari desa Pekaloa. Wilayah Kecamatan Towuti adalah daerah yang seluruh desanya merupakan wilayah bukan pantai dengan topografi wilayah sebagian besar merupakan daerah datar. Terdapat 4 danau di Kecamatan Towuti, danau terluas adalah danau Towuti dengan luas 585 km2.

Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Towuti sudah relatif lengkap.

Dari 18 desa yang ada terdapat 4 buah puskesmas yang terletak di Desa Langkea Raya, Bantilang, Mahalona dan Pekaloa. Kecamatan Towuti juga memiliki 30 unit posyandu, 5 unit Pustu, 12 unit Poskesdes, 4 tempat praktik dokter/bidan, dan 2 apotek. Tenaga medis yg tersedia diantaranya 4 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi, 28 bidan, 48 perawat, dan 8 orang tenaga farmasi. Jumlah pasangan usia subur yang ada di kecamatan Towuti sebanyak 4.491. Berdasarkan data PLKB, banyaknya wanita berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat KB tahun 2012 sebanyak 3.474 orang.

Hasil pendataan Badan KB-KS kecamatan Towuti mencatat bahwa

banyaknya keluarga pra-sejahtera yang ada sebanyak 884 keluarga, sejahtera I 1.413 keluarga, sejahtera II 2.057 keluarga, Sejahtera III 1.583, dan sejahtera III+ sebanyak 400 keluarga.

2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian a) Profil Desa Tole

Desa Tole terletak di Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur.

Secara geografis wilayah Desa Tole berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Petea

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Tani Dusun Ponsoa

3. Sebelah Selatan : berbatasan dengan sungai Lampesue 4. Sebelah Barat : Bebatasan dengan sungai Pontali

DesaTole yang memiliki luas 25.000.000 M2 terbagi atas tiga dusun yaitu Dusun Tandumata, Dusun Tambuka, dan Dusun Ponsoa yang masing-masing dusun memiliki 2 (dua)RT. Jarak dari ibu kota kecamatan ± 25 km., dan ± 75 km dari ibu kota Kabupaten, dengan ketinggian antara 0-30 m diatas permukaan laut.

Jumlah penduduk menurut data yang tersedia di kantor Desa Tole adalah sebanyak 936 jiwa, dimana 496 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 440 jiwa adalah perempuan. Dari

keseluruhan penduduk jumlah Kepala Keluarga yang tercatat adalah 253 KK. Potensi sumber daya manusia Desa Tole.

Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur sangat luar biasa jika dibanding dengan beberapa desa yang ada di kecamatan Towuti dan bahkan di seluruh kabupaten Luwu Timur, dengan tingkat pendidikan berdasarkan hasil rekapan data penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Tole Kecamatan Towuti Yaitu : Total jumlah penduduk yang tersebar di 3 (tiga) Dusun Desa Tole ini yakni yang tidak sekolah/ tidak tamat SD (TTSD) sebesar 102 jiwa, yang belum sekolah (BS) berjumlah 102 jiwa yang akan masuk taman kanak-kanak (TK), yang berpendidikan Sekolah Dsar (SD) 174 jiwa, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 179 jiwa, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 105 jiwa, Diploma Tiga (D3) berjumlah 4 jiwa dan Strata Satu (S1) sebanyak 3 orang.

Kondisi Desa Tole saat sekarang mempunyai tenaga kesehatan 1 orang (bidang desa) dengan status Upah jasa. Tugas sehari-harinya melayani kesehatan masyarakat. Melihat dari jumlah penduduk yang berjumlah kurang lebih 936 jiwa sangat tidak seimbang dari jumlah penduduk dan tenaga kesehatan yang ada. Kegiatan imunisasi BCG, Campak dan Polio sudah mulai berjalan di desa oleh tenaga medis dan Kader desa, namum belum

berjalan optimum karena terbatasnya tenaga yang tersedia dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang tersedia.

b) Profil PT Vale Indonesia Tbk

PT Vale mempunyai sejarah sejak Indonesia belum merdeka. PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia) didirikan pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan bijih nikel.

Sejak saat itu PT Vale Indonesia Tbk. memulai pembangunan smelter di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025.

Misi :

“Mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan pembangunan yang berkelanjutan.”

Visi :

“Menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di Indonesia yang menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka panjang, melalui keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap manusia dan alam.”

Nilai-nilai:

1. Kehidupan adalah yang terpenting 2. Menghargai karyawan

3. Menjaga kelestarian bumi 4. Melakukan hal yang benar 5. Bersama-sama menjadi lebih baik

6. Mewujudkan tujuan Untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat

yang terdiri dari ketersediaan anggaran, ketersediaan implementor yang kompeten, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang, dan komitmen pimpinan perusahaan.

a. Ketersediaan Anggaran

Ketersediaan anggaran adalah dana yang di siapkan dengan jumlah yang telah ditentukan yang akan di alokasikan pada suatu program atau kegiatan baik jangka pendek atau jangka panjang. Dalam pelaksanaan CSR PTVI merupakan hal yang paling penting yaitu tersedianya dana yang akan di alokasikan pada program CSR yang akan dilaksanakan.

Dalam hal ini PT Vale Indonesia Tbk. (PTVI) di perkirakan mengeluarkan anggaran dana untuk CSR sekitar Rp. 17 Miliar per-tahun.

Ini terdiri dari Rp.350 juta per-desa dan Rp.400 juta perkecamatan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan penanggung jawab CSR PTVI terkait ketersediaan anggaran sebagai berikut:

“kalo soal anggaran itu banyak sekali programnya dan masing- masing program memiliki besaran anggaran yang berbeda, nanti saya kirimkan anggaran-anggaran yang digunakan dalam program CSR silahkan dicari di PTPM yang saaya kirimkan sebentar, khusus untuk Desa Tole juga disitu terdapat anggarannya.”(Hasil wawancara AS pada Agustus 2020)

Dari hasil wawancara tersebut penaggung jawab CSR PTVI mengatakan bahwa terkait anggaran itu memiliki banyak program-program yang memilki jumlah dana dengan nominal besarnya masing-masing. Hasil sumber data penanggung jawab CSR PT Vale yang memberikan infomasi data melalui PTPM tentang anggaran yang dikeluarkan tahun program 2014-2017 pada sektor kesehatan serapan dana implementasi mencapai

Rp.8.677.259.500,- meliputi 1.317 unit jamban dan rehabilitasi jamban dengan penerima manfaat sejumlah 5.077 orang, 13 unit pembangunan posyandu, 12 unit pengadaan motor sampah, 15 unit pembangunan bedah rumah sehat, 856 meter sanitasi lingkungan saluran air, 66 unit fasilitas air bersih, 5 unit pengadaan perahu/motor ambulance, 9.450 meter pipanisasi saluran air bersih.

Hal serupa juga dikatakan oleh RR dengan wawancara sebagai berikut:

“anggaran CSR yang diterima Desa Tole itu tahun 2014-2015 Rp.300 juta, tahun 2015-2016 Rp. 350 jt, dan tahun 2016-2017 Rp.350 jt. Anggarannya sudah di alokasikan sebaigamana mestinya, berdasarkan program yang telah disepakati bersama masyarakat dalam musyawarah desa dan sudah di gunakan secara maksimal.”

Dari hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan anggaran CSR yang diterima tiap desa itu besarannya sama. Alokasi anggaran dana CSR juga telah di gunakan secara maksimal.

b. Ketersediaan implementor yang kompeten

Implementor adalah seorang pelaksana yang harus mampu menguasai dan mendampingi bagaiman sistem yang dibuat atau telah dijalankan.

Dalam hal ini untuk menyediakan implementor yang kompeten dalam pelasanaan CSR, maka PTVI berupaya membangun kemitraan masyarakat, Pemerintah Luwu Timur, dan PTVI sesuai peraturan yang berlaku. Karena itu, PTVI mendorong pembentukan forum Konsultasi Kerjasama Kemitraan (K3) yang berperan memberikan arahan, masukan, dan kerangka kebijakan operasional PTPM sebagai

implementor dari program yang akan dijalankan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Penanggung jawab CSR PTVI sebagai berikut:

“kalo orang yang melaksanakan CSR itu desa yang bentuk ada namanya komite desa. Komite desa kemudian berkoordinasi dengan kecamatan dan Tim PPM kabupaten. PPM itu (program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat).”(Hasil wawancara Penanggung Jawab CSR PT Vale pada Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR mengatakan bahwa implementor atau pelaksana yang disediakan itu di bentuk oleh desa yang dinamakam komite desa. Komite desa ini yang nantinya akan berkoordinasi dengan kecamatan dan tim PPM kabupaten, tim PPM ini yang berkoordinasi dengan perusahaan.

Lebih lanjut RR menjelaskan berdasarkan wawancara sebagai berikut:

“Komite desa atau pelaksana tingkat desa di bentuk pada saat musyawarah di desa. Orang-orang yang dipilih merupakan masyarakat yang mampu atau bisa bekerja di lapangan, ada juga orang-orang dari pemerintah desa seperti pak dusun atau pak RT berdasarkan hasil musyawarah desa.”(Hasil wawancara dengan RR November 2020)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan bahwa komite desa merupakan orang-orang atau masyarakat yang dipilih dilihat dari kriteria mampu bekerja di lapangan juga pemerintah desa setempat seperti Kepala dusun atau kepala RT.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan kesiapan sesuatu (barang, modal, tenaga, dan anggaran) untuk dapat digunakan atau di operasikan

selama masa operasi yang telah ditentukan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara penulis dengan AS sebagai berikut:

“program tahunan itu kita laporkan terus dengan pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah daerah provinsi dan pusat bahwa seluruh kegiatan yang akan kita lakukan satu tahun itu ada didalam dokumen RKAB (rencana kerja anggaran belanja) perusahaan, nanti dalam rencana kerja itu bisa dilihat ooya ini yang kita bantu atau pengembagan kapasitaskah, sarana dan prasaranakah. Intinya kalo sarana dan prasarana itu tergatung dengan program karena ini program kesehatan makanya yang kita salurkan alat kesehatan dan seterusnya”(Hasil wawancara AS Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana itu tergantung dengan kebijakan pemerintah dan hasil kegiatan dalam jangka satu tahun memberikan laporan kepada pemerintah daerah, provinsi dan pusat.

prasarana yang disalurkan itu tergantung dengan kebutuhan wilayah masing-masing, khususnya program kesehatan yang berdasarkan laporan pertanggung jawaban komite desa yang dilakukan yaitu perbaikan pustu Desa Tole, pembangunan posyandu, pembangunan instalasi air bersih, perbaikan WC umum, dan pengadaan obat-obatan disamping itu divisi kepala CSR menambahkan bahwa langkah ini sudah sesuai dengan arah kebijakan pembangunan desa.

Hal ini juga di ungkapkan RR melalui wawancara sebagai berikut:

“....sarana dan prasarananya yaitu meja, kursi, alat pengukur suhu, bantuan PMT untuk ibu hamil yang kekurangan gizi, alat timbang, PMT untuk lansia, rehab posyandu, pembangunan posyandu, termasuk pembagian jamban sehat.”(Hasil wawancara RR November 2020).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR bahwa sarana dan prasarana dalam bidang kesehatan yang ada di Desa Tole diantaranya ialah meja dan kursi, alat pengukur suhu badan, alat timbang badan yang disimpan di pustu desa dan posyandu, pembangunan posyandu Desa Tole dan Rehabilitasi posyandu Desa Tole juga perbaikan pustu desa, bantuan PMT (pemberian makanan tambahan) untuk ibu hamil yang menderita KEK (kurang energi kronik), kemudian bantuan PMT untuk lansia, juga pemberian jamban sehat untuk keluarga kurang mampu.

d. Komitmen perusahaan

Komitmen perusahaan adalah hal dasar yang harus dimiliki bagi sebuah bagan organisasi dalam sebuah perusahaan pada saat sedang menjalin hubungan atau kerjasama. PTVI sebagai perusahaan yang menjalankan program CSR menjalin hubungan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Luwu Timur secara terus-menerus selama perusahaan tersebut beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan AS Penanggung Jawab CSR PTVI sebagai berikut:

“oke dibidang kesehatan itu macam-macam programnya ada peningkatan akses layanan dan kualitas pelayanan kesehatan, ada peningkatan kapasistas tenaga kesehatan, ada pengembangan sumber daya kesehatan masyarakat dengan memperkenalkan dasar obat-obatan herbal selain itu kita juga melakukan peningkatan status kesehatan dengan melakukan promosi dan salah satunya upaya kami yaitu melakukan pencegahan dengan penyakit-penyakit menular dikalangan masyarakat.”(Hasil wawancara AS Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR mengatakan bahwa komitmen perusahaan mengupayakan peningkatan

akses layanan dan kualitas pelayanan kesehatan, penigkatan kapasitas tenaga kesehatan, pengembangan bersumber daya kesehatan masyarakat dengan orientasi obata-obatan herbal serta peningkatan status kesehatan dengan melakukan promosi dan salah satunya upaya pencegahan penyakit-penyakit menular yang dapat terjadi dikalangan masyarakat.

“kalo ditanya megenai tentang target perusahaan itu kembali kepada input dan output dari langkah yang akan dijalankan, adapun beberapa program-program strategis yang dilakukan perusahaan untuk tercapainya kemandirian dan kesejahteraan masyarakat melalui layanan dasar pasca tambang yang terjadi”(Hasil wawancara AS Agustus 2020)

Target dari perusahaan yang ingin dicapai dari program kesehatan CSR menurut AS mengatakan setiap program yang dijalankan sudah mengetahui gambaran input dan output terhadap program yang akan dijalankan, adapun langkah-langkah strategis diupayakan untuk tercapainya kemandirian dan kesehjahteraan masyarakat melalui layanan dasar kesehatan pasca tambang yang terjadi.

Hal lainnya di ungkapkan RR melalui wawancara sebagai berikut:

“adapun peningkatan layanan kesehatan itu dengan di adakannya pelatihan kader posyandu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kalau untuk pengembangan sumber daya kesehatan masyarakat dengan pengenalan obat-obat herbal itu masyarakat atau tiap rumah di suruh buat toga depan rumahnya masing-masing. Sedangkan promosi kesehatan yaitu dengan sosialisasi dalam bentuk papan dasawisma di tiap rumah.”(Hasil wawancara RR November 2020)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan bahwa peningkatan akses layanan kesehatan melalui pelatihan kader posyandu demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk

masyarakat. Sedangkan untuk pengembangan sumber daya kesehatan masyarakat di Desa Tole yaitu dengan memperkenalkan masyarakat obat-obatan herbal melalui pembuatan tanaman obat keluarga (toga) di tiap rumah masing-masing masyarakat. Untuk promosi kesehatan (promkes) dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu melalui papan sosialisasi dasawisma, serta pembagian pamflet PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) tiap rumah.

Model pelaksanaan CSR yang digunakan oleh PT Vale menurut Suharto (2010) dalam melaksanakan kebijakan CSR yaitu bermitra dengan pihak lain yaitu PT Vale menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk mengimplementasikan kebijakan CSR. Kebijakan CSR yang dilakukan oleh PT Vale dalam bentuk program terpadu pengembangan masyarakat biasa disingkat PTPM yang salah satunya memfokuskan pada bidang kesehatan dan ekonomi. Program CSR ini dilaksanakan dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip utama yaitu keberpihakan kepada masyarakat miskin dan renta, keberpihakan pada perempuan, bertumpu pada pembangunan sumberdaya manusia, partisipasi pemangku kepentingan, akuntabilitas, transparansi, kemandirian, kemitraan, dan keberlanjutan.

Tahapan pelaksanaan program PTPM, pelaksanaan ini juga melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu adalah persiapan dan sosialisasi, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan audit kegiatan, serta evaluasi kegiatan.

a. Persipan dan Sosialisasi

Persiapan dan sosialisasi Program Terpadu Pengembangan Masyarakat dimulai dari pengenalan kondisi sosial mencakup perkembangan kesehatan dan ekonomi masyarakat setempat, hingga musyawarah dusun dan sosialisasi. Dalam analisis kondisi Desa Tole akan diketahui gambaran keadaan masyarakat setempat, kemudian menemukan dan mengenali permasalahan dan isu-isu strategis kesehatan desa yang akan didorong kedepan melalui beberapa gagasan kegiatan dalam Program Terpadu Pengembangan Masyarakat.

b. Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan dalam merupakan tahapan selanjutnya dalam mengidentifikasi permasalahan, merumuskan tujuan, strategi dan prioritas kegiatan bidang kesehatan dan ekonomi yang akan didanai oleh PTVI. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap penggalian informasi dasar, pemetaan sosial sampai merumuskan kegiatan kesehatan dan ekonomi dalam musyawarah desa perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa.

c. Pemantauan dan Audit Kegiatan

Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Proses pemantauan ini dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat, pemerintah daerah, fasilitator, dan juga dilakukan oleh pihak lain.

d. Evaluasi

Pengevaluasian ini bertujuan agar pelaksanan dan pengalokasian dana dapat dipertanggungjawabkan oleh pelaksana desa serta untuk menghindari penyelewengan dana. Selain itu pengevaluasian ini dimaksudkan agar program berjalan dengan efektif dan setiap hambatan yang diperoleh dapat menjadi bahan pembelajaran dan cerminan pelaksana kedepannya.

kelompok lanjut usia rentan. Berdasarkan wawancara penulis dengan Ketua KPMD RR sebagai berikut:

“penerima manfaat bantuan program CSR itu diutamakan ki bagi kelompok masyarakat miskin, kelompok usia rentan, yang selama ini sudah mendapatkan pelayanan kesehatan dan akses ekonomi”(Hasil wawancara RR pada Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut Ketua KPMD RR yang menyatakan penerima bantuan program CSR sudah tepat sasaran kepada target program CSR itu sendiri. Dimana penerima manfaat bantuan program CSR diutamakan bagi kelompok masyarakat miskin, kelompok usia rentan, yang selama ini telah mendapatkan pelayanan kesehatan dan akses ekonomi sesuai dengan aturan PTPM.

“kan yang di prioritaskan kemarin itu untuk CSR itumi salah satunya lansia kemudian RTM. Yang jelas pada umumnya program PTPM selalu mengacu pada aturan yang dibahasakan PTO yang di dalamnya mengacu pada lansia, rumah tangga miskin yang didahulukan terus. Setelah itu kalau ada lebihnya nah itu baru kita melangkah ke parasejahtera yang layak juga menerima bantuan”(Hasil wawancara dengan NA pada Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan NA menyatakan bahwa sasaran program CSR itu di prioritaskan bagi kelompok usia rentan seperti lansia dan rumah tangga miskin (RTM). Karena program CSR yang telah dilaksanakan itu selalu mengacu pada aturan PTO dimana didala PTO itu sendiri mengatakan bahwa prioritas utama program CSR itu adalah rumah tangga miskin dan kelompok usia rentan (lansia). Selanjutnya adapun kelompok yang layak menerima bantuan setelahnya yaitu kelompok para sejahtera yang juga layak menerima yang telah di sepakati besama.

b. Besar kecilnya manfaat yang dihasilkan

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 47-75)

Dokumen terkait