BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.3. Tinjauan Teoritis
2.3.1. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan saduran dari bahasa Inggris “evaluation” yang diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) evaluasi adalah penilaian.
Menurut beberapa ahli, Purwanto dan Atwi Suparman (1999) mengutip beberapa definisi yang sudah cukup dikenal luas antara lain sebagai berikut :
a. “Evaluasi adalah proses menentukan nilai atau efektivitas suatu kegiatan untuk membuat keputusan.” (Cronbach & Suppes, 1989) b. “Evaluasi adalah suatu proses di mana data yang relevan dikumpulkan
dan ditransformasikan menjadi informasi bagi pembuatan keputusan.”
(Departemen Pendidikan Negara Bagian California)
c. “Evaluasi adalah suatu pemeriksaan (penyelidikan yang sistematis tentang manfaat atau kegunaan dan sesuatu berdasarkan Standar tertenentu.” (A Joint Committee on Standards for Evaluation).
Dari ketiga definisi ini, Purwanto dan Atwi Suparman (1999) menyimpulkan bahwa “Evaluasi adalah proses 22 penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan informasi yang valid dan relative untuk membuat keputusan tentang program pendidikan dan pelatihan.”
Prasetyo Irawan (1994) “evaluasi adalah suatu rentetan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan sistematis, dimulai dari penentuan tujuan, perancangan, pengembangan, pengumpulan data, penganalisisan data, dan menafsirkan temuan dengan tujuan untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkannya dengan standar penilaian yang sudah disepakati.”
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008 : 2), bahwa “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.”
Sedangkan Uzer (2003 : 120), mengatakan bahwa: “Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatifalternatif itu harus diberi nilai relative, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan.”
Menurut Djaali dan Pudji (2008 : 1), evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan relative atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek
yang dievaluasi”.
Sedangkan Ahmad (2007 : 133), mengatakan bahwa “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dan lain-lain.
Berdasarkan relative tertentu melalui penilaian”. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan evaluator dapat langsung membandingkan namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan relative. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi 24 dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford (2000 : 13), mengartikan “penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau relative yang telah ditentukan”.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah penilaian yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat keberhasilan sebuah program.
1. Tujuan Evaluasi
Prasetyo Irawan (1995) mengemukakan setidak-tidaknya ada tiga tujuan evaluasi yaitu “memahami sesuatu, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas Pelatihan”.
a. Memahami Sesuatu, Maksud dari memahami sesuatu adalah agar pelatihan berjalan optimal dibutuhkan berbagai informasi tentang sesuatu oleh pengelola pelatihan. Misalnya, untuk menentukan “entry behavior” peserta pelatihan secara tepat, seorang pengelola pelatihan membutuhkan informasi yang cukup tentang calon peserta yang akan diajarnya.
b. Membuat Keputusan, Peningkatan kualitas pelatihan berikutnya merupakan hal yang sangat penting. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa evaluasi terhadap sarana dan prasarana pada saat selesai kegiatan.
c. Meningkatkan Kualitas Pelatihan, Sebagian atau seluruh hasil evaluasi biasanya digunakan sebagai bahan renungan, pemikiran untuk memperbaiki program Pelatihan berikutnya.
d. Menurut Arikunto (2002 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. “Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen”. Menurut Crawford (2000 ; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :
a. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
b. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil.
c. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
d. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah sebagai bahanbahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.
2. Teknik Evaluasi
Teknik dan instrumen yang valid dan reliable diperlukan untuk memperoleh data yang akurat dalam pembuatan sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test). Hisyam Zaini, dkk. Dalam Qomari (2008 : 8), mengelompokkan tes sebagai berikut:
a. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes.
Jenis tes ini antara lain: tes esai, lisan
b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir
tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benarsalah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice). Teknik nontes dalam evaluasi banyak macamnya, beberapa di antaranya adalah: angket, wawancara (interview), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper, portofolio, kehadiran (presence), penyajian (presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.
4. Model Evaluasi
Objek evaluasi akan dapat dilihat dengan mudah dengan mencermati apa yang dikemukakan dalam jenis/model evaluasi. Model evaluasi program Pelatihan banyak jenis atau modelnya. Prasetyo Irawan (1995), Purwanto dan Atwi Suparman (1999) menyebutkan beberapa jenis/model evaluasi dan evaluasi program Pelatihan. Salah satu jenis/ model evaluasi Program Pelatihan ialah model CIPP. Model CIPP memberikan gambaran tentang komponen-komponen 28 Pelatihan yang perlu dipahami, dan evaluasi yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Konteks (Contex) Evaluasi konteks merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan untuk menyediakan alasan-alasan dalam penentuan tujuan dan mengidentifikasi kebutuhan yang dilakukan agar tidak salah arah (misleading).
b. Masukan (Input) Masukan merupakan faktor yang turut menentukan
kelancaran proses dan mutu hasil Pelatihan. Beberapa masukan penting dalam Pelatihan adalah :
1) Peserta Pelatihan
2) Tujuan dan kurikulum Pelatihan 3) Metode dan bahan
4) Pemateri
5) Sarana dan Prasana
c. Proses (Process) Komponen proses mencakup:
1) Penyelenggaraan
2) Implementasi kegiatan belajar mengajar (KBM) 3) Aktivitas peserta
4) Penggunaan sarana dan media
d. Produk (Output) Produk Pelatihan berupa lulusan yang diharapkan dapat menunjukkan kinerja di tempat kerja masingmasing. Oleh karena itu, ada dua hal penting yang perlu mendapat perhatian.
1) Sejauh mana peserta menguasai pengetahuan, keterampilan dan kualitas pribadi sesuai dengan tujuan Pelatihan.
2) Bagaimana kinerja lulusan di tempat kerjanya masing-masing.
Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick (1998) mencakup empat level evaluasi, yaitu: level 1 Reaction, level 2 Learning, level 3 behavior, dan level 4 result.
a. Evaluasi level 1 : Reaksi (Reaction Evaluating).
Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pembelajaran berarti mengukur kepuasan peserta. Pembelajaran dianggap efektif apabila proses pembelajaran dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta akan termotivasi apabila proses pembelajaran berjalan 30 secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa nyaman terhadap proses pembelajaran yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran lebih lanjut. Partner (2009) mengemukakan “the interest, attention and motivation of the participants are critical to the success of any training program, people learn better when they react positively to the learning environment”.Disimpulkan bahwa keberhasilan proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta pelatihan dalam mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran. Peserta akan belajar lebih baik manakala reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh fasilitator/widyaiswara, media pembelajaran
yang tersedia, waktu pelaksanaan pembelajaran, hingga gedung tempat pembelajaran dilaksanakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction 31 sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif.
b. Evaluasi level 2 : Evaluasi Belajar (Learning Evaluating).
Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan “learning can be defined as the extend to which participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of attending the program”. Terdapat tiga hal yang dapat fasilitator ajarkan dalam pelaksanaan program pembelajaran, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Peserta dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan keterampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program pelatihan maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan keterampilan pada peserta maka program dapat dikatakan gagal. Penilaian evaluating learning ini ada yang menyebut dengan penilaian hasil (output) belajar. Oleh karena itu dalam pengukuran hasil belajar (learning measurement) berarti penentuan satu atau lebih hal berikut: 1) pengetahuan yang telah dipelajari, 2) perubahan sikap, dan 3) keterampilan yang telah dikembangkan atau diperbaiki. Mengukur
hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif. Menurut Kirkpatrick (1998: 40), penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan: “a control group if practical, evaluate knowledge, skill and/or attitudes both before and after the program, a paper-and-pencil test to measure knowledge and attitudes, and performance test to measure skills”. Dengan demikian untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode waktu tertentu. Dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dengan posttest, tes tertulis maupun tes kinerja (performance test).
c. Evaluasi Level 3 : Tingkah Laku (Behavior Evaluating).
Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat
eksternal. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali ke lingkungan mereka maka evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan.
d. Evaluasi level 4 : Evaluasi Hasil (Result Evaluating).
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program pembelajaran. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program pembelajaran diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan pengetahuan, dan peningkatan keterampilan (skills). Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork (kerjasama tim) yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program (pengaruh program). Tidak semua pengaruh dari sebuah program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu evaluasi level 4 ini lebih sulit di bandingkan dengan evaluasi pada level – level sebelumnya. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan dengan membandingkan kelompok 39elativ dengan kelompok peserta pembelajaran, mengukur kemampuan peserta sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran apakah ada peningkatan atau tidak (Kirkpatrick, 1998: 61).
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 40 ), membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:
a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
c. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven
d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”
evaluasi dilakukan.
g. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
h. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. Pemilihan model evaluasi yang akan digunakan tergantung pada tujuan evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi program pembelajaran keterampilan memasak digunakan pendekatan system.
Pendekatan system adalah pendekatan yang dilaksanakan dalam mencakup seluruh proses pendidikan yang dilaksanakan.
5. Objek Evaluasi
Banyak hal dalam pendidikan dan pelatihan yang dapat dan perlu dievaluasi. Berikut ini adalah contoh-contoh objek evaluasi. Berikut, disajikan sejumlah bentuk atau kegiatan evaluasi yang sering dilakukan
dalam kegiatan Pelatihan
a. Objek evaluasi yang termasuk dalam komponen masukan (input) yaitu meliputi :
1) Rekrutmen dan seleksi peserta Mutu peserta Pelatihan sebagai masukan Pelatihan (entering behavior) merupakan faktor penting yang menentukan proses dan hasil pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, peserta perlu direkrut dan diseleksi sesuai dengan peraturan dan 41elative yang disepakati. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara mengkaji dokumendokumen tentang identitas dan riwayat hidup calon peserta sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Jika Pelatihan menuntut kemampuan tertentu yang dipersyaratkan maka tes seleksi perlu dilakukan untuk memilih peserta yang memenuhi syarat kemampuan itu.
2) Evaluasi silabi dan bahan Pelatihan Silabi dan bahan Pelatihan perlu terus ditingkatkan mutunya, sehingga dapat menjamin manfaatnya bagi pencapaian tujuan Pelatihan. Evaluasi silabi dan bahan,ini biasanya dilakukan dengan cara mengkaji ulang yang dilakukan oleh para pakar dengan memanfaatkan (respons) dari peserta Pelatihan.
3) Pemateri
Mutu pemateri pelatihan merupakan faktor penting yang menentukan proses dan hasil pendidikan dan pelatihan. Oleh
karena itu, pemateri perlu ditetapkan sesuai dengan kriteria yang disepakati. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara mengkaji sertifikat atau kompetensi yang telah dimiliki oleh pemateri sehingga pemateri dianggap mampu dalam menyampaikan materi pelatihan.
4) Sarana Pelatihan
Sarana pelatihan perlu dipersiapkan dengan baik agar pelatihan dapat terselenggara dengan lancar. Penilaian terhadap sarana dan prasarana dapat dilakukan pada akhir kegitan melalui penilaian dari peserta pelatihan. Penilaian tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sarana untuk pelatihan berikutnya.
b. Objek evaluasi yang termasuk dalam komponen “proses”
1) Evaluasi kinerja pemateri
Evaluasi kinerja pemateri dapat dilakukan dengan cara menyebarkan format penilaian pemateri pada akhir Proses Belajar Mengajar kepada peserta. Penilaian pemateri meliputi strategi dalam memberikan materi dan cara mengajar pemateri.
2) Partisipasi peserta
Partisipasi peserta Pelatihan dievaluasi dengan cara melakukan pengamatan selama proses Pelatihan berlangsung, seperti kehadiran, kegiatan bertanya, partisipasi dalam diskusi, dan lain-lain. Evaluasi ini 39 biasanya dilakukan oleh panitia
penyelenggara atau suatu tim khusus yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas ini.
3) Evaluasi penguasaan materi/bahan
Evaluasi penguasaan peserta terhadap materi/bahan dilakukan melalui tes penguasaan materi. Tes ini dilakukan pada awal sebelum pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest) kemudian hasilnya dibandingkan. Dengan pemberian tes tersebut dapat diketahui informasi tentang peningkatan pengetahuan dan keterampilan (added knowledge dan skills).
4) Evaluasi penyelenggaraan
Pelatihan Evaluasi penyelenggaraan suatu kegiatan Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan Pelatihan berikutnya. Evaluasi ini dilakukan pada akhir Pelatihan berkaitan dengan kinerja panitia penyelenggara, manfaat Pelatihan secara keseluruhan, akomodasi, konsumsi, pelayanan dan sebagainya.
5) Objek evaluasi yang termasuk dalam komponen “produk”
(Output) yaitu evaluasi dampak Pelatihan terhadap kinerja lulusan pelatihan. Bagaimana mutu kinerja lulusan sesudah Pelatihan? Hal yang tidak kalah pentingnya adalah informasi tentang dampak Pelatihan terhadap peningkatan kinerja lulusan di tempat kerjanya masing-masing (permanent unit). Evaluasi
ini biasanya dilakukan beberapa bulan (short-term) atau beberapa tahun setelah Pelatihan selesai. Kinerja lulusan di tempat kerjanya masingmasing kemudian dievaluasi untuk mengkaji apakah Pelatihan yang diikuti memberikan bekal yang bermanfaat. Di sini, konteks pekerjaan (kebijakan atasan dan dukungnan fasilitas) perlu dipertimbangkan.