• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Perlindungan Lahan

Dalam dokumen Untitled - Universitas Udayana (Halaman 96-101)

BAB III KEBIJAKAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR

3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Perlindungan Lahan

A. Peraturan Daerah dan Awig-Awig Subak Pendukung LP2B

Hasil analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Gianyar belum diketahui secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena implementasi Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 berlaku secara nasional, sedangkan di Kabupaten Gianyar implementasi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan baru sampai pada tahap identifikasi lokasi dan belum ada suatu peraturan daerah yang mengatur tentang hal tersebut meskipun Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan telah ada sejak tahun 2009.

Dalam implementasinya, perlu ada peraturan yang jelas dan tegas mengatur tentang lahan pertanian yang dilindungi, sanksi jika terjadi konversi pada lahan yang dilindungi, serta insentif yang akan diterima masyarakat jika melindungi lahan pertaniannya. Belum adanya aturan daerah mengenai perlindungan lahan pertanian berkelanjutan ini menyebabkan implementasi Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Gianyar belum berjalan efektif. Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat hanya mengetahui bahwa konversi lahan pertanian sekarang dilarang tetapi sanksi yang akan diterima jika masyarakat melanggarnya

belum pernah ada, sehingga praktek konversi lahan masih tetap terjadi.

Pemerintah sendiri tidak dapat memberikan sanksi karena tidak ada aturan hukum yang mengatur tentang hal tersebut. Dengan ditetapkannya lahan-lahan yang telah diidentifikasi sebagai lahan yang dilindungi, selanjutnya dapat dilaksanakan kegiatan berikutnya yang merupakan ruang lingkup dari perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan seperti dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009, tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kegiatan lanjutan tersebut diantaranya adalah pengembangan, penelitian, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan.

B. Sosialisasi LP2B

Sosialisasi yang dimaksud disini adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan.

Berdasarkan hasil FGD di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Gianyar, Blahbatuh, dan Sukawati, masalah yang muncul adalah kepastian hukum, hak dan kewajiban bila perlindungan lahan pertanian berkelanjutan dilakukan di daerah tersebut. Menurut responden yang berhasil diwawancarai di lapangan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden yaitu 90 % mengatakan kegiatan sosialisasi perlindungan lahan pertanian berkelanjutan baru dilaksanakan. Belum adanya perda menjadi hambatan dalam kegiatan sosialisasi karena lahan pertanian yang dilindungi belum ditetapkan, sehingga tidak ada payung hukum yang jelas seandainya terjadi pelanggaran, demikian pula dalam menyampaikan informasi lahan-lahan mana yang dijadikan lahan yang dilindungi. Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan dan agar masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan mengetahui tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, sangat diperlukan adanya sosialisasi. Sosialisasi perlu dilakukan secara intensif dan kontinyu, mengingat masih banyaknya kejadian konversi lahan pertanian.

Melalui kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan lahan pertaniannya seandainya ada pihak-pihak yang ingin membeli lahan

pertaniannya untuk dikonversikan menjadi bentuk penggunaan tertentu.

Materi sosialisasi disamping tentang perlindungan lahan pertanian, juga tentang dampak dari konversi, baik dari sisi ekonomi, sosial maupun lingkungan. Sehingga dapat menyadarkan masyarakat bahwa konversi lahan pertanian merugikan baik dari segi ekonomi, sosial maupun dari sudut pandangan lingkungan.

C. Dana

Menurut Subarsono (2011), sumberdaya keuangan merupakan faktor krusial untuk suatu program, seberapa besar dana dialokasikan untuk pelaksanaan suatu kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara dan FGD di tiga Kecamatan diperoleh bahwa di Kabupaten Gianyar kegiatan perlindungan lahan baru pada proses identifikasi lokasi. Dana dialokasikan untuk pelaksanaan identifikasi tersebut hingga menghasilkan suatu dokumen Rencana Tata Ruang Perlindungan Lahan pertanian Pangan Berkelanjutan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2012, segala pembiayaan yang timbul dari kegiatan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan ini menjadi tanggung jawab pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Dijelaskan dalam pasal 31 ayat 1 bahwa sumber pembiyaan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan berasal dari APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten/kota. Pembiayaan juga dapat diperoleh dari : a. dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari badan usaha; b. kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan/atau masyarakat; c. hibah; dan/atau d. investasi.

D. Respon Pekaseh

Para pekaseh dan implementor kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Gianyar menunjukkan sikap bahwa mereka memberikan respon yang baik terhadap kebijakan. Meskipun baru pada tahap identifikasi lokasi yang dilakukan oleh Bappeda. Hal ini menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan bersama instansi terkait telah berupaya melaksanakan isi kebijakan dari Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Upaya pengendalian konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian oleh pemerintah juga tertuang dalam RTRW yang ditetapkan dalam perda Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2032. Menurut Listyawati (2010), kunci utama untuk mengatasi masalah konversi lahan adalah penataan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Disamping juga diperlukan komitmen antara instansi terkait untuk pelaksanaannya. Optimalisasi lembaga perizinan terkait dengan konversi lahan pertanian juga sangat penting, tidak hanya dengan political will, tetapi juga political commitment dan law enforcement yang tangguh.

E. Peraturan Pendukung

Undang-Undang No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam pelaksanaannya memiliki beberapa peraturan pendukung. Peraturan yang mendukung pelaksanaan Undang- Undang Nomor 41 tahun 2009, adalah sebagai berikut:

1. Peraturaturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

.

F. Standard Operating Procedures (SOP)

Standard Operating Proceduresmerupakan salah satu aspek penting dalam struktur birokrasi untuk pelaksanaan suatu program atau kegiatan.

Dalam implementasi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Gianyar perlu ada SOP yang dijadikan sebagai pedoman.

G. Koordinasi Antar Instansi

Implementasi perlindungan lahan pertanian berkelanjutan memerlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait, mengingat permasalahan lahan pertanian ini merupakan permasalahan lintas sektoral. Dari segi teknis, dinas pertanian sangat berkompeten dalam permasalahan ini, tetapi jika ditinjau dari segi lahannya, pihak BPN lah yang memiliki wewenang. Kebijakan perlindungan lahan merupakan wewenang pemerintah daerah. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antar instansi terkait demi suksesnya implementasi perlindungan lahan pertanian berkelanjutan tersebut.

BAB IV

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN

4.1 Ketersediaan Lahan Pangan di Kecamatan Gianyar, Blahbatuh, dan Sukawati

Sesuai dengan data yang terkompilasi pada tahun 2015 tercatat luas lahan sawah untuk mendukung rencana realisasi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Kecamatan Gianyar seluas 2.457ha, Kecamatan Blahbatuh seluas 2.171 ha, dan Kecamatan Sukawati 2.647 ha.Sementara rata-rata produktivitas lahan sawah tersebut pada tahun yang sama adalah Kecamatan Gianyar 6.327 ton/ha, Kecamatan Blahbatuh 6,796 ton/ha, dan Kecamatan Sukawati 5.869 ton/ha. Namun demikian berdasarkan kompilasi data dari masing-masing wilayah kecamatan sekitar lima belas tahun terakhir diperoleh rata-rata produktivitas lahan sawah tersebut adalah sebagai berikut: Kecamatan Gianyar 5,806 ton/ha, Kecamatan Blahbatuh 6,796 ton/ha, dan Kecamatan Sukawati 6,193 ton/ha. Sementara dari analisis data yang terkompilasi dari periode tahun yang sama diperoleh rata-rata tingkat penyusutan lahan sawah untuk ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Gianyar 0,297%/tahun; Kecamatan Blahbatuh 0,770%/tahun;

dan Kecamatan Sukawati 0,724%/tahun. Dalam analisis penyusutan lahan sawah ini digunakan metode rata-rata, dengan pertimbangan jika menggunakan metode analisis peramalan atau analisis kecenderungan (trending) berdasarkan prinsip selisih kuadrat terkecil akan diperoleh proyeksi yang bias. Dengan metode peramalan atau kecendrungan akan diperoleh luas lahan sawah pada awal-awal proyeksi/peramalan yang lebih besar dari tahun ini. Kasus ini terjadi karena ada kasus yang bersifat ekstrem terhadap penyusutan lahan sawah pada obyek penelitian, khususnya setahun terakhir di Kecamatan Gianyar.

Dari data tersebut di atas dapat dilihat Kecamatan Sukawati merupakan kecamatan yang saat ini memiliki lahan sawah yang paling luas, tetapi Kecamatan Blahbatuh memiliki tingkat produktivitas yang

paling tinggi. Sementara Kecamatan Gianyar mengalami penurunan luas lahan yang paling kecil dibanding dua kecamatan lainnya, terlepas dari adanya kasus alih fungsi lahan yang cukup ekstrim pada tahun terakhir di Kecamatan Gianyar tersebut. Berdasarkan kecendrungan penurunan luas lahan tersebut maka proyeksi perkembangan sekaligus ketersediaan luas lahan pertanian sawah pada ketiga kecamatan tersebut untuk dua puluh tahun ke depan dapat disajikan seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1.Proyeksi Potensi Lahan Sawahpada Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati

Tahun Proyeksi Potensi Lahan Sawah (ha)

Kec. Gianyar Kec. Blahbatuh Kec. Sukawati

2015 2457 2171 2647

2016 2450 2154 2628

2017 2442 2138 2609

2018 2435 2121 2590

2019 2428 2105 2571

2020 2421 2089 2553

2021 2414 2073 2534

2022 2406 2057 2516

2023 2399 2041 2498

2024 2392 2025 2479

2025 2385 2010 2461

2026 2378 1994 2444

2027 2371 1979 2426

2028 2364 1963 2408

2029 2357 1948 2391

2030 2350 1933 2374

2031 2343 1918 2356

2032 2336 1904 2339

2033 2329 1889 2322

2034 2322 1874 2306

2035 2315 1860 2289

Sumber: Hasil Analisis

Tercatat pula luas panen padi sawah pada Tahun 2015 di Kecamatan Gianyar sebesar 5.603 ha, Kecamatan Blahbatuh 3,954 ha, dan Kecamatan Sukawati 4.954 ha. Berdasarkan tingkat penurunan luas lahan dari masing-masing kecamatan, maka proyeksi luas panen untuk ketiga kecamatan tersebut adalah seperti disajikan pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2.Proyeksi Potensi Luas Lahan Panen Padi Sawahdi Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati

Tahun Proyeksi Potensi Luas Lahan Panen Padi Sawah(ha) Kec. Gianyar Kec. Blahbatuh Kec. Sukawati

2015 5603 3954 4954

2016 5586 3924 4918

2017 5570 3893 4883

2018 5553 3863 4847

2019 5537 3834 4812

2020 5520 3804 4777

2021 5504 3775 4743

2022 5488 3746 4708

2023 5471 3717 4674

2024 5455 3688 4640

2025 5439 3660 4607

2026 5423 3632 4573

2027 5407 3604 4540

2028 5390 3576 4507

2029 5374 3548 4475

2030 5359 3521 4442

2031 5343 3494 4410

2032 5327 3467 4378

2033 5311 3440 4347

2034 5295 3414 4315

2035 5279 3388 4284

Sumber: Hasil Analisis

4.2 Perkembangan Penduduk di Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati

Tercatat pada tahun 2010 dan tahun 2015 jumlah penduduk pada tiga wilayah kecamatan yang menjadi obyek penelitian adalah Kecamatan Gianyar 86.843 jiwa, Kecamatan Blahbatuh 65.875 jiwa, dan Kecamatan Sukawati 110.429 jiwa. Sementara pada tahun 2015 tercatat jumlah penduduk tersebut menjadi Kecamatan Gianyar 91.460 jiwa, Kecamatan Blahbatuh 69.600 jiwa, dan Kecamatan Sukawati 119.400 jiwa.

Berdasarkan data tersebut maka diperoleh rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tiga kecamatan tersebut seperti disajikan pada Tabel 4.3.

Dari kompilasi dan analisis data kependudukan tersebut diperoleh untuk kondisi saat ini Kecamatan Sukawati memiliki jumlah penduduk dan rata- rata laju pertumbuhan per tahunnya yang tertinggi.

Tabel 4.3. Jumlah dan Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk pada Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati.

Tahun

Jumlah dan Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Kec.

Gianyar Kec.

Blahbatuh Kec. Sukawati 2010 86.843 jiwa 65.875 jiwa 110.429 jiwa 2015 91.460 jiwa 69.600 jiwa 119.400 jiwa Rata-rata

PertumbuhanLaju (%/tahun)

1,041 1,106 1,574

Sumber: Kabupaten Gianyar dalam Angka, 2016 dan Hasil Analisis

Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk seperti disajikan pada Tabel 4.3 tersebut maka proyeksi jumlah penduduk untuk Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati untuk duapuluh tahun ke depan disajikan seperti pada Tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati Tahun 2015- 2035

Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk (jiwa)

Kec. Gianyar Kec. Blahbatuh Kec. Sukawati

2015 91.460 69.600 119.400

2016 92.412 70.370 121.279

2017 93.374 71.148 123.188

2018 94.346 71.935 125.127

2019 95.328 72.731 127.097

2020 96.321 73.535 129.097

2021 97.323 74.348 131.129

2022 98.336 75.171 133.193

2023 99.360 76.002 135.290

2024 100.394 76.843 137.419

2025 101.440 77.692 139.582

2026 102.496 78.552 141.779

2027 103.563 79.420 144.011

2028 104.641 80.299 146.278

2029 105.730 81.187 148.580

2030 106.831 82.085 150.919

2031 107.943 82.993 153.294

2032 109.066 83.911 155.707

2033 110.202 84.839 158.158

2034 111.349 85.777 160.647

2035 112.508 86.726 163.176

Sumber: Hasil Analisis

4.3 Perhitungan Kebutuhan Lahan Pertanian

Analisis kebutuhan dan ketersediaan pangan didasarkan pada total kebutuhan beras dari semua jumlah penduduk per tahun. Penggunaan metode ini berdasarkan pertimbangan kondisi lahan sawah pada tiga wilayah kecamatan tersebut di atas 95% ditanami padi. Bahkan tercatat pada lima tahun terakhir luas lahan untuk budidya jagung, singkong, dan ubi sebagai komoditi pangan alternatif non beras hanya sekitar 2,5%. Dan dari pengakuan masyarakat, penggunaan komoditi non beras tersebut cendrung hanya untuk pakan ternak. Disamping itu, juga ada perilaku konsumsi pangan masyarakat pada tiga wilayah kecamatan tersebut yang

hampir sepenuhnya menghandalkan beras sebagai bahan pangan pokoknya.

Sebenarnya ada metode lain yang bisa digunakan dalam perhitungan ini yaitu berdasarkan kebutuhan kalori yang mengacu pada kebutuhan kalori standar sebesar 2.200 kal/kapita/hari. Mengingat kondisi untuk tiga kecamatan yang menjadi obyek analisis kurang dari 5% melakukan kegiatan budidaya sumber kalori dari non padi, juga perilaku masyarakat yang menghandalkan beras sebagai bahan pangan pokoknya seperti yang telah diuraikan di atas, maka pendekatan metode analisis yang dipakaimengacu pada tingkat kebutuhan beras/kapita/tahun.

Jumlah kebutuhan beras untuk total penduduk per tahun dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan beras penduduk per tahun. Estimasi jumlah penduduk pada waktu mendatang dihitung berdasarkan jumlah penduduk pada tahun ini dan tingkat laju pertumbuhannya per tahun. Tingkat kebutuhan beras dihitung berdasarkan nilai rata-rata nasional sekitar 140 kg beras/tahun.

Sebenarnya untuk Kabupaten Gianyar ada estimasi lima tahun terakhir yang menyebutkan tingkat kebutuhan berasnya kurang dari 130 kg/kapita/tahun. Tetapi dalam hal ini untuk faktor keamanan dalam anlisis digunakan nilai rata-rata standar nasional. Di satu sisi bisa saja nilai kebutuhan perkapita beras di Kabupten Gianyar lebih besar dari nilai 130 kg/kapita/tahun, karena juga digunakan untuk kebutuhan upacara keagamaan dan pariwista. Berdasarkan beberapa kajian empiris di lapangan kebutuhan beras untuk kegiatan upacara keagamaan dapat mencapai 7,5% dari total kebutuhan konsumsinya. Sementara kebutuhan untuk memenuhi keperluan pariwisata diperkirakan kurang dari 1%

dibanding total kebutuhan konsumsinya.

Selanjutnya berdasarkan total beras yang diperlukan, maka dapat dihitung total gabah kering panen (GKP) yang diperlukan berdasarkan tingkat rendeman GKP yaitu sekitar 52%. Data rendeman ini diperoleh dari pengalaman beberapa tokoh yang terlibat dalam penyosohan beras selama beberapa tahun. Dari total GKP yang diperoleh dan rata-rata produktivitas lahan dapat ditentukan jumlah lahan yang diperlukan untuk kepentingan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk masing-masing kecamatan yang menjadi obyek analisis. Dalam analisis ini juga mempertimbangkan kebutuhan lahan untuk sarana penyosohan, resiko gagal panen, proyeksi alih fungsi lahan. Data resiko gagal panen diperkirakan sekitar 10% berdasarkan data dari “Perkembangan Pertanian Gianyar” selama empat belas tahun terakhir yang dikonfirmasikan dengan pengalaman empiris beberapa petani. Sementara data luas lahan untuk penyosohan yang diperoleh dari beberapa tokoh pemilik penyosohan yang besarnya diperkirakan sekitar 5 ha untuk seluruh wilayah kecamatan.

Sementara luas lahan untuk bangunan sarana penunjang kegiatan budidaya lainnya termasuk juga kandang ternak diperkirakan sekitar 10 ha.

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut maka diperoleh proyeksi kebutuhan luas panen padi untuk Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Gianyar seperti disajikan pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5.Proyeksi Kebutuhan Lahan Panen Padi Sawah di Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati.

Tahun Proyeksi Kebutuhan Lahan Panen Padi Sawah (ha) Kec. Gianyar Kec. Blahbatuh Kec. Sukawati

2015 4680 3048 5725

2016 4729 3082 5815

2017 4778 3115 5906

2018 4827 3150 5999

2019 4878 3184 6093

2020 4928 3219 6189

2021 4979 3255 6286

2022 5031 3291 6384

2023 5083 3327 6485

2024 5136 3364 6586

2025 5189 3401 6690

2026 5243 3438 6795

2027 5298 3476 6902

2028 5353 3514 7010

2029 5408 3553 7120

2030 5464 3592 7232

Tahun Proyeksi Kebutuhan Lahan Panen Padi Sawah (ha) Kec. Gianyar Kec. Blahbatuh Kec. Sukawati

2031 5521 3632 7346

2032 5578 3672 7461

2033 5636 3712 7578

2034 5695 3753 7697

2035 5754 3794 7818

Sumber: Hasil Analisis

4.4 Perhitungan Imbangan Pangan

4.4.1 Perhitungan Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar

Berdasarkan proyeksi kebutuhan dan ketersediaan lahan panen padi sawah di Kecamatan Gianyar maka diperoleh proyeksi imbangan pangan pada Kecamatan Gianyar seperti tercantum pada Tabel 4.6, dan Gambar 4.1 seperti berikut.

Tabel 4.6.Proyeksi Imbangan Pangan Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahannya di Kecamatan Gianyar

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar Kebutuhan

Luas Panen (ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2015 4680 5603 surplus

2016 4729 5586 surplus

2017 4778 5570 surplus

2018 4827 5553 surplus

2019 4878 5537 surplus

2020 4928 5520 surplus

2021 4979 5504 surplus

2022 5031 5488 surplus

2023 5083 5471 surplus

2024 5136 5455 surplus

2025 5189 5439 surplus

2026 5243 5423 surplus

2027 5298 5407 surplus

2028 5353 5390 surplus

2029 5408 5374 defisit

2030 5464 5359 defisit

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar Kebutuhan

Luas Panen (ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2031 5521 5343 defisit

2032 5578 5327 defisit

2033 5636 5311 defisit

2034 5695 5295 defisit

2035 5754 5279 defisit

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 4.1. Proyeksi Kondisi Imbangan Pangan di Kecamatan ianyar tahun 2015 - 2035

Berdasarkan hasil analisis seperti disajikan pada Tabel 4.6. dan Gambar 4.1. diperkirakan sampai tahun 2028 mendatang masih terjadi kecukupan pangan di Kecamatan Gianyar. Tetapi setelah tahun 2028 tersebut diperkirakan terjadi kekurangan pangan di Kecamatan tersebut.

Dalam analisis tersebut diasumsikan wilayah Kecamatan Gianyar merupakan suatu sistem yang tertutup. Artinya dalam analisis tersebut diasumsikan tidak ada aliran keluar atau masuk baik berupa komoditi gabah maupun produk beras ke atau dari wilayah kecamatan tersebut.

Upaya mengantisipasi hal tersebut untuk periode dua puluh tahun ke depan adalah mencegah peningkatan alih fungsi lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Mencegah peningkatan alih fungsi lahan diartikan sebagai upaya mencegah meningkatnya persentase alih fungsi lahan dari

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035

Ketersediaan Kebutuhan

rata-rata persentase saat ini yang besarnya sekitar 0,3%/tahun. Jika kebijakan untuk mencegah meningkatnya alih fungsi lahan sawah dapat diterapkan dan peningkatan produktivitas lahan sawah dapat dilakukan sebesar 10% dari produktivitas rata-rata saat ini maka resiko kerawanan pangan tersebut dapat ditanggulangi minimal untuk dua puluh tahun ke depan. Ilustrasi imbangan tersebut disajikan pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.7.Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar jika peningkatan alih fungsi lahan dapat dicegah dan produktivitas lahan dapat ditingkatkan sekitar 10% dari nilai saat ini.

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar jika dengan perlakuan pencegahan alih fungsi lahan dan

peningkatan produktivitas.

Kebutuhan Luas Panen

(ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2015 4255 5603 surplus

2016 4299 5586 surplus

2017 4343 5570 surplus

2018 4389 5553 surplus

2019 4434 5537 surplus

2020 4480 5520 surplus

2021 4527 5504 surplus

2022 4574 5488 surplus

2023 4621 5471 surplus

2024 4669 5455 surplus

2025 4718 5439 surplus

2026 4766 5423 surplus

2027 4816 5407 surplus

2028 4866 5390 surplus

2029 4916 5374 surplus

2030 4967 5359 surplus

2031 5019 5343 surplus

2032 5071 5327 surplus

2033 5124 5311 surplus

2034 5177 5295 surplus

2035 5231 5279 surplus

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 4.2. Proyeksi Kondisi Imbangan Pangan di Kecamatan Gianyar tahun 2015 – 2035 jika produktivitas lahan bisa ditingkatkan sekitar 10% dan laju alih fungsi lahan tidak meningkat.

Upaya peningkatan produktivitas 10% dari rata-rata saat ini sebenarnya seperti yang diuraikan di atas adalah hal yang sangat realistis, karena dengan introduksi beberapa teknologi budidaya padi belakangan ini seperti SRI (System of Rice Intensification) dan Sistem Legowo, produktivitas lahan sawah dapat mencapai sekitar 7,5 sampai 8,0 ton/ha. Dengan demikian target menaikkan produktivitas 10% untuk mencapai sekitar 6,4 ton/ha dari rata-rata produktivitas saat ini sekitar 5,8 ton/ha adalah hal yang tidak sulit.

4.4.2 Perhitungan Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh

Berdasarkan data yang sama seperti pada Kecamatan Gianyar, maka diperoleh proyeksi imbangan pangan pada Kecamatan Blahbatuh dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2035 seperti tercantum pada Tabel 4.8 dan diilustrasikan pada Gambar 4.3 seperti berikut.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Ketersediaan Kebutuhan

Tabel 4.8.Proyeksi Imbangan Pangan Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan Luas Lahannya di Kecamatan Blahbatuh sampai dua puluh tahun mendatang.

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh Kebutuhan

Luas Panen (ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2015 3048 3954 surplus

2016 3082 3924 surplus

2017 3115 3893 surplus

2018 3150 3863 surplus

2019 3184 3834 surplus

2020 3219 3804 surplus

2021 3255 3775 surplus

2022 3291 3746 surplus

2023 3327 3717 surplus

2024 3364 3688 surplus

2025 3401 3660 surplus

2026 3438 3632 surplus

2027 3476 3604 surplus

2028 3514 3576 surplus

2029 3553 3548 defisit

2030 3592 3521 defisit

2031 3632 3494 defisit

2032 3672 3467 defisit

2033 3712 3440 defisit

2034 3753 3414 defisit

2035 3794 3388 defisit

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis seperti disajikan pada Tabel 4.8, dengan laju alih fungsi lahan dan tingkat produktivitas lahan seperti yang terjadi saat ini, maka diperkirakan sekitar tiga belas tahun mendatang atau pada tahun 2028 terjadi defisit/kerawanan pangan di Kecamatan Blahbatuh.

Ternyata secara temporal kasus ini terjadi hampir bersamaan dengan Kecamatan Gianyar.

Gambar 4.3. Proyeksi Kondisi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh tahun 2015 – 2035

Analog dengan kasus pada Kecamatan Gianyar, maka upaya untuk mencegah kerawanan pangan di Kecamatan Blahbatauh tersebut dilakukan dengan mencegah meningkatnya alih fungsi lahan yang saat ini rata-rata besarnya hampir 0,8%/tahun dan meningkatkan produktivitas lahan sawah minimal 12,5%, dari rata-rata sekitar 6,8 ton/ha menjadi sekitar 7,6 ton/ha. Jika hanya ditingkatkan 10%, akan ada resiko kerawanan pangan sebelum tahun 2035. Jika upaya tersebut berhasil dilaksanakan maka hasil analisisnya seperti disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.4 berikut.

Tabel 4.9.Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh sampai dua puluh tahun mendatang jika peningkatan alih fungsi lahan dapat dicegah dan produktivitas lahan dapat ditingkatkan sekitar 12,5%.

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh jika dengan perlakuan pencegahan alih fungsi lahan dan

peningkatan produktivitas.

Kebutuhan Luas Panen

(ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2015 2709 3954 surplus

2016 2739 3924 surplus

2017 2769 3893 surplus

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035

Ketersediaan Kebutuhan

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh jika dengan perlakuan pencegahan alih fungsi lahan dan

peningkatan produktivitas.

Kebutuhan Luas Panen

(ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2018 2800 3863 surplus

2019 2831 3834 surplus

2020 2862 3804 surplus

2021 2893 3775 surplus

2022 2925 3746 surplus

2023 2957 3717 surplus

2024 2990 3688 surplus

2025 3023 3660 surplus

2026 3056 3632 surplus

2027 3090 3604 surplus

2028 3124 3576 surplus

2029 3158 3548 surplus

2030 3193 3521 surplus

2031 3228 3494 surplus

2032 3264 3467 surplus

2033 3300 3440 surplus

2034 3336 3414 surplus

2035 3373 3388 surplus

Sumber: Hasil Analisis .

Berdasarkan hasil analisis seperti pada Tabel 4.9, dengan menjaga tidak terjadinya peningkatan alih fungsi lahan sawah dan berupaya meningkatkan produktivitas lahan minimal 12,5% dari rata-rata saat ini maka upaya menjaga kecukupan pangan sekitar dua puluh tahun mendatang di Kecamatan Blahbatuh dapat diharapkan bisa terwujud.

Gambar 4.4. Proyeksi Kondisi Imbangan Pangan di Kecamatan Blahbatuh tahun 2015-2035 jika produktivitas mampu ditingkatkan sekitar 12,5%.

4.4.3 Perhitungan Imbangan Pangan di Kecamatan Sukawati

Analog dengan analisis yang dilakukan pada Kecamatan Gianyar dan Kecamatan Blahbatuh, maka diperoleh proyeksi imbangan pangan pada Kecamatan Sukawati seperti tercantum pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.5 seperti berikut.

Tabel 4.10.Proyeksi Imbangan Pangan Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan Luas Lahannya di Kecamatan Sukawati

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Sukawati Kebutuhan

Luas Panen (ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2015 5725 4954 defisit

2016 5815 4918 defisit

2017 5906 4883 defisit

2018 5999 4847 defisit

2019 6093 4812 defisit

2020 6189 4777 defisit

2021 6286 4743 defisit

2022 6384 4708 defisit

2023 6485 4674 defisit

2024 6586 4640 defisit

2025 6690 4607 defisit

2026 6795 4573 defisit

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035

Ketersediaan Kebutuhan

Tahun

Proyeksi Imbangan Pangan di Kecamatan Sukawati Kebutuhan

Luas Panen (ha)

Ketersediaan Luas Panen

(ha)

Kondisi Imbangan Pangan

2027 6902 4540 defisit

2028 7010 4507 defisit

2029 7120 4475 defisit

2030 7232 4442 defisit

2031 7346 4410 defisit

2032 7461 4378 defisit

2033 7578 4347 defisit

2034 7697 4315 defisit

2035 7818 4284 defisit

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 4.5. Proyeksi Kondisi Imbangan Pangan di Kecamatan ukawati tahun 2015 – 2035

Dari hasil analisis yang disajikan pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.5 tersebut ternyata saat ini sebenarnya di Kecamatan Sukawati telah terjadi defisit ketersediaan pangan jika dilihat dari imbangan lahan sawah yang tersedia dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Analog dengan analisis yang dilakukan pada Kecamatan Gianyar dan Kecamatan Blahbatuh, maka alternatif yang perlu dilakukan untuk mewujudkan ketersediaan pangan di Kecamatan Sukawati adalah dengan pencegahan peningkatan alih fungsi lahan, meningkatkan produktivitas lahan. Disamping itu perlu juga

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035

Ketersediaan Kebutuhan

Dalam dokumen Untitled - Universitas Udayana (Halaman 96-101)