BAB III METODE PENELITIAN
D. Faktor-Faktor Yang Menghambat dan Mendukung Guru PAI
mengembangkan sikap tanggung jawab siswa yaitu penugasan yang bisa melatih tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas dalam kelas, jadwal piket kebersihan, dan juga piket adzan maupun menjadi imam juga diberlakukan pada siswa.Meskipun masih ada sebagian siswa yang tidak mengikuti aturan tata tertip di sekolah, seperti datang terlambat, dan keluar masuk kelas pada saat jam pelajaran.
D.
FaktorFaktor Yang Menghambat Dan Mendukung Guru PAI Dalammember motivasi akan mengganggu hasil belajar siswa. Dan itu juga akan menghambat upaya pengembangan sikap disiplin dan tanggung jawab.
b. Orang tua
Dari kumpulan pendapat guru-guru dan kepala sekolah, orang tua bisa menjadi faktor pendukung jika mau menyambung pendidikan sikap tanggung jawab di sekolah selama anak dirumah.Hal ini sejalan dengan pendapat Tulus Tu’u yang mengatakan, orang tua sudah sepatutnya mendorong, member semangat, membimbing dan member teladan yang baik pada anaknya.Sebaiknya jika orang tua terlalu sibuk kerja, tidak ada waktu untuk mengasuh anaknya, maka anak jadi kurang perhatian dan cenderung berlaku sesukanya sendiri ketika di rumah.Dan yang seperti itu bisa menjadi penghambat.
c. Teman sebaya
Teman yang baik dan peduli biasanya akan mengingatkan ketika temannya melakukan kesalahan. Yang seperti ini bisa menjadi faktor pendukung. Namun teman yang superaktif dalam arti susah diatur biasanya bisa mempengaruhi temannya untuk mengikutinya, seperti ketika gaduh di saat pembelajaran di kelas.
d. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat anak bergaul di masyarakat. Jika anak bergaul dengan orang-orang yang kurang baik, maka akan menghambatnya untuk bisa menjadi anak yang berkarakter baik. Hal ini sejalan dengan pemikiran Tulus Tu’u, menurutnya lingkungan bergaul yang
kurang baik, terlalu banyak bermain merupakan yang paling banyak meruak prestasi belajar dan perilaku siswa.
Maka dari itu pantauan dari orang tua diperlukan untuk melihat lingkungan anaknya bergaul.Pastikan agar anak bergaul dengan lingkungan pergaulan yang baik, disiplin dan bertanggung jawab agar sikap tanggung jawab itupun mudah menyatuh dalam diri anak.
e. Adanya sarana dan prasarana yang menunjang
Sarana dan prasarana di sini cukup menunjang adanya mushollah, laboratorium, dan lain-lain.Pendidik sering mengadakan kegiatan belajar mengajar di mushollah agar siswa tidak merasa jenuh dengan berada di dalam kelas ditambah lagi dengan adanya lingkungan yang asri seperti ini, pendidik menjadikan siswa lebih nyaman untuk belajar.
Dalam dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari kerjasama dan koordinasi yang intensif antara guru dan semua unsur yang terkait.Hal tersebut demi terwujudnya peserta didik yang mempunyai kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik sesuai harapan bersama. Pengawasan dan pendampingan sangat diperlukan dalam proses membentuk sikap tanggung jawab peserta didik.
Pengawasan yang dilakukan disini adalah dengan cara mengawasi semua kegiatan, tingkah laku, dan bicara peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pengawasan bisa dilakukan guru dengan guru, guru kepada peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya.Ini bertujuan supaya saling mengingatkan demi melaksanakan dan suksesi visi dan misi sekolah. Sedangkan
pendampingan yang dimaksud adalah memberikan pendampingan kepada peserta didik dengan cara memperlakukan peserta didik seperti teman dalam belajar.
Penerapan kedisiplinan harus diamalkan oleh pendidik dan peserta didik, hal itu bisa dilakukan dengan cara :
1. Perencanaan, ini meliputi membuat aturan prosedur, dan untuk menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.
2. Mengajarkan kepada siswa bagaimana mengikuti aturan. Hal ini harus dimulai sejak dini agar dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif pada peserta didik dapat tercapai dengan baik.
3. Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul sehingga masalah yang timbul akan dapat dikurangi dan terselesaikan dengan baik.
Pendidikan perlu memberikan bimbingan atau arahan pada peserta didik nakal yang selalu bikin keributan yang akhirnya mengganggu teman yang lain supaya mereka mampu merubah sikap, lebih peduli pada sesama, saling menyayangi dan membantu kepada yang membutuhkan.
Beberapa faktor yang juga menghambat keberhasilan pengembangan sikap tanggung jawab peserta didik, misalnya faktor lingkungan, kesibukan orang tua dan kurangnya pengetahuan agama. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan nasehat dan penjelasan kepada anak b. Memanfaatkan setiap waktu untuk bersama anak c. Menyediakan waktu secara terprogram
d. Memberikan les agama (baca tulis Al-qur’an, SKI, dll). Kepada putra putrinya saat dirumah bagi wali murid yang tidak sempat mendidik sendiri, atau belum cukup pengetahuan agamanya.
e. Bagi wali murid yang memiliki waktu lebih longgar bisa mendidik sendiri putra-putrinya. Dengan begitu putra-putrinya akan merasakan kasih sayang secara langsung dari orang tuanya.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan yang dilakukan dalam mengembangkan sikap tanggung jawab peserta didik bukan hanya dengan pemberian materi saja tetapi harus dibarengi dengan faktor pembiasaan.Sebagai pendidik kita harus mampu berperan sebagai orang tua terhadap mereka, yaitu mendampingi dan mengarahkan supaya mereka tidak merasa terabaikan di lingkungan sekolah.Apabilah siswa mendapat masalah kita berikan nasehat dan solusi, sebaiknya apabila siswa mendapat prestasi kita beri pujian agar mereka merasa diperhatikan.
Pemantauan secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai kejujuran peserta didik, sedangkan pemantauan secara langsung selain untuk mengontrol peserta didik juga berperan sebagai contoh bagi peserta didiknya. Guru PAI di SMA Batara Gowa cara untuk membina sikap tanggung jawab siswa adalah dengan memperagakan atau memberi contoh kepada siswa tentang sikap tanggung jawab yang baik. dengan guru memberi contoh yang baik kepada siswa, siswa akan cenderung mengikuti apa yang dicontohkan gurunya. Guru PAI di SMA Batara Gowa member contoh misalnya tata cara berpakaian yang sopan, mencontohkan sholat, dan sebagainya.
Berbagai bentuk keteladanan telah diberikan oleh para guru di SMA Batara Gowa termasuk kepala sekolah.Dalam hal ini ibadah guru pada umumnya dan guru PAI khususnya langsung member contoh dengan sholat berjama’ah di awal waktu. Dalam hal disiplin waktu, guru member toladan dengan cara datang ke sekolah sebelum bel masuk dan saat jam mengajar datang ke kelas tepat waktu.
Keramahan sebagai tanggung jawab antar sesame muslim juga dicontohkan ketika guru saling menyapa dengan salam dan senyum di koridor sekolah. Sebagai tanggung jawab akan kebersihan lingkungan, siswa bisa meneladani prilaku gurunya yang memungut sampah ketika menjumpai sampai yang tidak pada tempatnya lalu dibuang ke tempat sampah.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Thomas Lickona.Menurutnya, guru dapat menjadi teladan dalam arti pribadi etis yang menunjukkan sikap hormat dan tanggung jawab, baik di dalam maupun di luar kelas.30Dan juga selaras dengan pendapat Imam Al-Gazali.Idealnya, sang pengajar harus terlebih dahulu berlaku lurus, setelah itu ia menentukan para murid untuk berlaku lurus pula. Kalau prinsip ini dilanggar, maka nasehat yang disampaikan menjadi tidak berguna.Sebab member keteladanan dengan bahasa sikap itu jauh lebih efektif dari pada menggunakan kalimat atau nasihat secara lisan.31
Pada intinya sikap dan perilaku guru-guru di SMA Batara Gowa sudah baik dan bisa diteladani oleh murid-muridnya.Agar dapat menjadi seorang pembimbing etis artinya memberi pengajaran tentang sikap tanggung jawab.
Adapun cirri-ciri bertanggung jawab di SMA Batara Gowa yaitu :
1. Murid melaksanakan tugas piketnya ketika pulang sekolah secara teratur.
Dalam jama’ah sholat dzuhur pun juga demikian, ada jadwal adzan, menjadi
30 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik). h.100
31 Imam Al-Gazali. Ringkasan Ihya Ulumuddin, Ter. Abdul Rosyad Siddiq. h.18
imam dam memimpin wiradan yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran tanpa disuruh dua kali.
2. Murid antusiasi mengikuti segala rangkaian kegiatan yang ada di sekolah.
Seperti upacara, apel pagi, apel siang, serta aholat dzuhur berjama’ah.
3. Murid mau melapor pada guru ketika tidak mampu mengingatkan temannya yang berbuat salah agar ditangani oleh guru.
Dengan tiga poin tersebut, maka sejalan dengan pemikiran Daryanto dan Suryatri Darmiatun yang menyebabkan sikap tanggung jawab anak bisa dilihat dari beberapa indicator, yaitu :
a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
c. Mengajukan usul pemecahan masalah.
Maka dapat diketahui bahwa kepala dan dewan guru sangat memahami pentingnya pengembangan sikap tanggung jawab peserta didik. Dengan diupayakan agar dimiliki murid-murid dengan penerapan nilai-nilai pendidikan islam dalam budaya sekolah di SMA Batara Gowa. Jadi pada intinya, sikap dan perilaku guru-guru di SMA Batara Gowa sudah baik dan bisa diteladani oleh murid-muridnya.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut akan menjadi pendukung jika memberi pengaruh dan arahan positif bagi siswa sesuai dengan tugasnya masing-masing. Contoh : Guru yang bisa menjadi tauladan dalam kedisiplinan dan tanggung jawab bagi siswanya. Sebaliknya jika faktor tersebut memberi pengaruh yang negatif seperti jika anak bergaul dalam lingkungan yang berakhlak buruk, maka akan menjadikan anak yang tidak disiplin, susah diatur, dan tidak bertanggung jawab.
65 A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran peran Guru PAI di SMA Batara Gowa Kabupaten Gowa.
Peran guru pendidikan Agama Islam adalah seorang pendidik yang tidak hanya bertanggung jawab terhadap sisi keagamaan siswa, akan tetapi guru pendidikan Agama Islam juga mempunyai tanggung jawab terhadap sisi sikap tanggung jawab sosial siswa. Adapun kompetensi Guru yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial, spritual, dan leadership.
2. Optimalisasi peran Guru PAI dalam mengembangkan sikap tanggung jawab.
Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif, dan efisien.Menurut kamus besar Bahasa Indonesia optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, dan tertinggi.
Perilaku tanggung jawab ditunjukkan saat murid-murid melaksanakan jadwal piket, adzan, imam maupun wiradan dengan kesadarannya sendiri tanpa diminta dua kali.Lalu keaktifan mereka dalam menjalankan kegiatan-kegiatan atau program sekolah yang ada, dan keberanian dalam mengajukan usul penanganan masalah pada guru disekitar mereka.
3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung guru PAI dalam mengembangkan sikap tanggung jawab siswa :
a. Faktor guru b. Orang tua c. Teman sebaya d. Lingkungan
e. Adanya sarana dan prasarana yang menunjang
Adapun faktor pendukung dan penghambat dari upaya pembentukan sikap tanggung jawab ini datang dari guru, orang tua, teman sebaya, dan lingkungan pergaulan anak di dalam masyarakat. Semua faktor tersebut akan menjadi pendukung jika memberi pengaruh dan arahan positif bagi anak sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sebagai contoh, guru yang bisa menjadi tauladan dalam kedisiplinan dan tanggung jawab bagi murid-muridnya.
Sebaliknya jika kelima faktor tersebut member pengaruh yang negatif seperti jika anak bergaul dalam lingkungan yang berakhlak buruk, maka akan menjadikan anak yang tidak disiplin, susah diatur dan tidak bertanggung jawab.
B. Saran
1. Untuk kepala sekolah
a. Sebaiknya menambah kegiatan pengembangan sikap tanggung jawab di SMA Batara Gowa.
b. Senantiasa rutin mengadakan pertemuan dengan para orang tua peserta didik.
2. Untuk pendidik
a. Senantiasa mendidik peserta didik dengan hati, bukan hanya sekedar menggugurkan kewajibannya.
b. Senantiasa meningkatkan keilmuannya.
c. Senantiasa bekerjasama dengan wali murid untuk melakukan pemantauan terhadap peserta didik.
3. Untuk wali murid
a. Senantiasa meningkatkan perhatian terhadap putra-putrinya saat diruma.
b. Senantiasa bekerjasama dengan pihak sekolah guna meningkatkan kualitas putra-putrinya.
4. Untuk peserta didik
a. Senantiasa menaati nasehat pendidik b. Senantiasa rajin belajar.
c. Senantiasa menaati aturan.
68
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001. Jakarta: ProyekPengadaan Kitab Suci Al- Qur’an Departemen Agama RI.
Agama Departemen, 2009 Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Duta Ilmu).
Am Sardiman, 2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press).
Bungin Burhan, 2007.Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).
Daradjat, Zakiyah. 1996, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Cet-1 Jakarta: Bumi Aksara).
Djamarah Bahri Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
DKK, Daradjat Zakiah, 1995.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Cet-1, Jakarta: Bumi Aksara).
Dradjat,Zakiyah. 1978 Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta.
Purwanto Ngalim, 2003. Psikologi Pendidikan, (Cet-8 Bandung: PT Remaja Rosda Karya)
Pusat Kamus Penyusunan Tim, 1998. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pusat).
Gunawan Heri, Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi).
Huberman Michael A. Analisis data Kualitatif (Jakarta Pres 1992).
Humalik Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara Jakarta.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Cet-8.
Junaidi, 2012.Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada Anak di SD Negeri Demangan Yogyakarta, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Lickona Thomas. Pendidikan Karakter (Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik).
Mubarokah Siti, 2012. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Memotifasi Siswa Belajar Pendidikan Agama Islam di MTS Negeri Pakem Kabupaten Slamen, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Mujtahid, 2009.Pengembangan Profesi Guru,Malang:UIN-Malang Press (Anggota IKAPI).
Nata Abuddin, 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (PT. Gaja Grafindo Persada).
Natution S, 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jemmars, Bandung.
Nurdin Muhammad, 1994. Kiat Menjadi Guru Profesional. (Jakarta: Sophie Jakarta).
Rahmaniyah Istighfar, 2010. Pendidikan Etika. (Malang: UIN Maliki Press).
RI Undang-Undang, 2012. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah (PP) RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar, (Cet-IV, Bandung: Citra Umbara).
Roharjo, Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan KTSP.Studi Tentang Efektifitas Program SSQ di Madrasah di (Kabupaten Puti).
Shaleh Rachman Abdul, 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Cet-1 Jakarta:
PT. Gemawindu Pancaperkasa).
Sisdiknas Undang-Undang, 2003 No. 20
Surakhmad Winarno, 1994. Pengantar Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Suharyat Yayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia (Bekasi:
Fakultas Agama Islam, Unisma).
Syaiful Sagala. 2003, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Ulfa Dinia, 2013/2014. Meningkatkan Tanggung Jawab Dengan Layanan Konseling Individual Berbasis Sen Manajemen Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Pemalang. (Pemalang: Fkultas Ilmu Pendidikan, Semarang).
RIWAYAT HIDUP
SRI WAHYUNI,Lahir di lambatu, tanggal 06 bulan JuniTahun 1997 Masehi. merupakan anak ke- enam dari delapan bersaudara, buah hati dari bapak Abiding dan Payung, mulai memasuki jenjang pendidikan formal di SDN 279 Ranteangin.
Kemudian melanjutkan pendidikan di Pesantren Darul Istiqomah . Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA PPM Al-1khlas dan lulus pada tahun 2016. Setelah mendapatkan pendidikan di SMA PPM Al- Ikhlas, penulis melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam pada tahun 2016.
L A M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
1. Menurut Bapak/Ibu. Apakah masih banyak siswa yang datang ke sekolah tidak tepat waktu ?
2. Menurut Bapak/Ibu. Sekolah lebih mementingkan mana antara prestasi akademik atau sikap ?
3. Menurut Bapak/Ibu. Apa yang dimaksud dengan sikap tanggung jawab ? 4. Bagaimana kurikulum PAI di sekolah ini ?
5. Bagaimana kriteria guru PAI yang mengajar di sekolah ini ?
6. Bagaimana guru PAI dalam mengembangkan sikap tanggung jawab siswa ? 7. Bagaimana menyikapi murid yang melanggar tata tertip ?
8. Bagaimana menyikapi murid yang tidak memiliki rasa tanggung jawab ? 9. Bagaimana bentuk keteladanan yang ibu berikan dalam rangka penanaman
sikap tanggung jawab tersebut ?
10. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam upaya penanaman sikap tanggung jawab ?
11. Hukuman apakah yang sering diberikan kepada siswa yang tidak mengerjakan PR ?
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu menyikapi murid yang tidak memiliki rasa sikap tanggung jawab ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUKKEPALA SEKOLAH
1. Apakah visi dan misi di sekolah ini ada yang berhubungan dengan pengembangan sikap tanggung jawab siswa ?
2. Menurut Bapak, sekolah lebih mementingkan mana antara prestasi akademik atau sikap tanggung jawab ?
3. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan sikap tanggung jawab ? 4. Bagaimana kurikulum PAI di sekolah SMA Batara Gowa Kab Gowa ? 5. Kegiatan rutin apa yang menunjang pembentukan sikap tanggung jawab ? 6. Bagaimana bentuk keteladanan yang Bapak berikan dalam rangka
pengembangan sikap tanggung jawab ?
7. Bagaimana menyikapi murid yang melanggar tata tertip dan tidakmemiliki rasa tanggung jawab ?
8. Bagaimana penanganan untuk murid yang bermasalah berat ?
9. Apa faktor pendukung dan penghambat upaya pengembangan sikap tanggung jawab ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA 1. Apakah kamu senang sekolah di sini ?dan apa alasannya ? 2. Apakah pembelajaran PAI menyenangkan ?
3. Apakah sering diskusi kelompok/kerja kelompok ?
4. Apakah guru PAI di sekolah ini disiplin ?datang ke kelas tepat waktu ? 5. Apakah Guru PAI sering menasehati agar rajin ibadah, mengerjakan tugas
dan membantu orang tua ?
6. Apakah kamu rajin ibadah di sekolah maupun di rumah ?
7. Apakah kamu suka tolong menolong dengan teman yang kesusahan ? 8. Apakah kamu kalau pagi bangun sendiri atau dibangunkan orang tua ? 9. Rajin mengerjakan PR apa tidak ?
10. Kalau tidak mengerjakan PR dikasih hukuman apa ?
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambaran 1 Wawancara dengan ibu Mirawati, S.Pd. selaku guru PAI di SMA Batara Gowa.
Gambaran 2 Sekolah SMA Batara Gowa Kabupaten Gowa.
Gambaran 5.Wawancara dengan siswa di SMA Batara Gowa Kabupaten Gowa.