BAB IX PENUTUP
BAB 2. BAB 2
H. Urusan Sosial
II.4.2.2 Fokus Urusan Pemerintahan Wajib non Pelayanan Dasar A. Urusan Tenaga Kerja
Kinerja urusan tenaga kerja dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel II.46 Jumlah Pencari Kerja Yang Berhasil Ditempatkan dan Berwirausaha Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021
No. Uraian Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jumlah Pencari Kerja yang
berhasil di tempatkan 25.121 24.042 24.141 17.281 28.168 2. Jumlah pencari kerja yang
berwirausaha 1.040 1.152 3.483 6.679 4.568
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta, 2022 Sebanyak 25.121 pencari kerja berhasil ditempatkan selama tahun 2017.
Jumlah tersebut meningkat secara signifikan hingga tahun 2019 telah mencapai 24.141 pencari kerja yang berhasil ditempatkan. Meskipun terjadi penurunan jumlah pencari kerja yang berhasil ditempatkan pada tahun 2020 sebagai akibat dari pandemi Covid-19, namun demikian pada tahun 2021 terjadi peningkatan secara signifikan menjadi sebanyak 28.168 orang. Dalam perkembangannya, tingkat pendidikan tidak menjamin pencari kerja akan mudah memperoleh pekerjaan. Di sisi lain, lapangan kerja yang tersedia sangat terbatas. Tingginya supply (pencari kerja) dan terbatasnya lapangan kerja (demand) yang tersedia mengakibatkan terjadinya pengangguran yang
116
85 84 84 84
50 70 90 110 130
2017 2018 2019 2020 2021
memiliki tingkat pendidikan tinggi. Oleh karenanya, selain membuka kesempatan kerja, kebijakan ketenagakerjaan diarahkan untuk menggeser paradigma mencari kerja (job seeking) menjadi menciptakan lapangan kerja atau berwirausaha. Sebanyak 1.040 pencari kerja berwirausaha pada tahun 2017, jumlah tersebut juga terus meningkat hingga pada tahun 2021 mencapai 4.568 pencari kerja.
Berikut gambaran pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi DKI Jakarta selama kurun waktu 2017-2021:
Tabel II.47 Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Ketenagakerjaan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021
No. Uraian Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jumlah Perusahaan yang menjalankan Norma
Ketenagakerjaan
6.543 3.872 4.186 3.740 3.822
2. Jumlah Perusahaan
yang menjalankan K3 1.432 2.617 3.155 1.410 2.302
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta, 2022 Selanjutnya sebagai upaya penciptaan hubungan industrial yang harmonis, penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan terlebih dahulu melalui penyelesaian secara damai melalui perundingan bipartit, yang harus sudah selesai dalam 30 hari kerja. Jika salah satu pihak menolak berunding, atau hingga lewat batas waktu belum mencapai kesepakatan maka perundingan bipartit dianggap gagal, dan perselisihan harus dicatatkan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk kemudian dilakukan konsiliasi untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, atau perselisihan antar serikat pekerja, yang apabila tidak dapat diselesaikan melalui mediasi dan konsiliasi, maka para pihak yang berselisih dapat menempuh gugatan melalui Pengadilan Hubungan Industrial. Untuk perselisihan kepentingan atau perselisihan antar serikat pekerja, dapat diselesaikan melalui arbitrase. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara arbitrase tidak dapat melanjutkan ke Pengadilan Hubungan Industrial, karena keputusan arbiter bersifat akhir dan tetap. Berikut adalah jumlah
kasus hubungan industrial yang masuk ke tingkat perjanjian Bersama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021.
Tabel II.48 Kasus Hubungan Industrial Yang Masuk Ke Tingkat Perjanjian Bersama Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021
No. Indikator Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jumlah kasus Hubungan
Industrial yang masuk ke tingkat Perjanjian Bersama
238 173 120 149 170
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta, 2022 B. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Salah satu fokus dalam kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yaitu kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode 1 (satu) tahun per 1.000 rumah tangga. Rasio KDRT di DKI Jakarta berdasarkan jumlahnya mengalami tren menurun dari tahun 2017 hingga 2021. Pada tahun 2017 tercatat terdapat 811 KDRT dengan rasio sebesar 0,03 persen, kemudian jumlah ini terus menurun hingga tahun 2021 sebanyak 390 KDRT atau sebesar 0,011 persen. Secara detail, berikut gambaran KDRT di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021:
Tabel II.49 KDRT di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021
No. Indikator Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jumlah KDRT 811 820 328 386 390
2. Jumlah rumah tangga
2.710.617 2.735.080 2.758.709 3.614.985 3.634.551
3. Rasio KDRT 0,03% 0,03% 0,012% 0.011% 0.011%
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, 2022
Penanganan pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di DKI Jakarta sejak tahun 2017 hingga tahun 2021 telah diselesaikan seluruhnya. Hal ini menunjukkan besarnya komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada isu kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penjelasan secara numerik disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel II.50 Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Kekerasan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021
No. Indikator Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jumlah pengaduan perlindungan
perempuan dan anak yang
terselesaikan
1.217 1.769 1.179 947 1.313
2. Jumlah pengaduan perlindungan perempuan dan anak
1.217 1.769 1.179 947 1.313 3. Persentase penyelesaian pengaduan
perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%)
100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, 2022
Fokus lain dalam kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yaitu kesetaraan gender. Di dalam pemerintahan, dilakukan perencanaan dan penganggaran responsif gender yang merupakan serangkaian cara dan pendekatan untuk mengintegrasikan gender di dalam proses perencanaan dan penganggaran. Sementara anggaran yang responsif gender adalah penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai sumber pendanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Dapat dilihat dalam grafik di bawah ini, terjadi tren penurunan Organisasi Perangkat Daerah yang telah melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran responsif gender dari tahun 2017-2021. Pada tahun 2018 terdapat penurunan secara signifikan, dimana terdapat 12 persen OPD yang melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender dari sebelumnya sebesar 77 persen di tahun 2017. Namun demikian kondisi ini kemudian mengalami peningkatan hingga tahun 2021 menjadi sebesar 26 persen. Gambaran indikator ini menunjukkan masih perlunya dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan capaian di masa yang akan datang.
Gambar II.38 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di Provinsi DKI Jakarta kurun
waktu 2017-2021
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, 2022