• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX PENUTUP

BAB 2. BAB 2

B. Urusan Kesehatan

adalah kegiatan penilaian kelayakan berdasarkan atas kriteria yang telah ditetapkan. Untuk menilai kelayakan tersebut disusun instrumen akreditasi yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup 8 (delapan) standar, yaitu (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan; dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Tabel II.26 Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan Terakreditasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2021

No Indikator Tahun

2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan Terakreditasi per tahun

52 135 530 830 830

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, 2022

Selama periode 2017-2021 terdapat peningkatan jumlah lembaga kursus dan pelatihan terakreditasi secara signifikan dari 52 lembaga pada 2017 menjadi 830 lembaga pada tahun 2021. Peningkatan jumlah tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak lembaga pendidikan nonformal yang terpantau kualitasnya, dengan demikian ke depannya dapat secara bersamaan dengan satuan pendidikan formal dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi DKI Jakarta.

kebutuhannya di bidang kesehatan sehingga pelaksanaannya mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Kementerian Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang SPM Bidang Kesehatan, yang memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota, mengatur bahwa pencapaian target-target tersebut lebih diarahkan kepada kewenangan dan kinerja Pemerintah Daerah. Capaian SPM kesehatan di Provinsi DKI Jakarta digambarkan melalui tabel berikut:

Tabel II.27 Persentase Capaian SPM kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017- 2021

No. Uraian Tahun

2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Cakupan kunjungan ibu

hamil K4 98,28 98,78 99,30 96,62 99,18

2 Cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani 91,91 93,19 96,62 99,12 99,51 3 Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

98,32 98,54 99,49 97,36 99,5

4 Cakupan Pelayanan Nifas 97,01 97,24 97,94 96,40 99,18 5 Cakupan neonatus dengan

komplikasi yang ditangani 86,96 88,50 92,29 83,64 86,55 6 Cakupan kunjungan bayi 99,59 99,90 100,25 94,37 101,1 7 Cakupan Desa/ Kelurahan

Universal Child Immunization (UCI)

100 100 100 100 100

8 Cakupan pelayanan anak balita

94,04 94,24 96,37 88,23 95,93 9 Cakupan balita gizi buruk

mendapat perawatan 100 100 100 99,4 100

10 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

96,05 94,32 91,02 59,16 97,57

11 Cakupan peserta KB aktif 84,16 80,30 80,60 72,91 74,72 12.a Acute Flacid Paralysis (AFP)

Rate per 100.000 penduduk <

15 th

2,29 2,7 2,71 2,11 2,10

12.b Penemuan Penderita

Pneumonia Balita 100 97,59 100 100 100

12.c Penderita DBD yang

ditangani 100 100 100 100 100

No. Uraian Tahun

2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

12.d Penemuan Penderita Diare 100 100 98,39 67,78 100 113 Cakupan pelayanan gawat

darurat Level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota

100 100 100 100 100

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2022

Pada tahun 2020, DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah episentrum penyebaran pandemi Covid-19. Hingga bulan Oktober 2020, kasus baru meningkat tajam menjadi 104.847 penduduk DKI Jakarta yang terpapar virus Corona dengan rincian status sembuh sebanyak 92.312 jiwa (88%), status kasus aktif/dirawat sebanyak 10.296 jiwa (9,8%), dan status meninggal 2.239 jiwa (2,1%). Mobilitas penduduk dan komuter yang bekerja di dalam dan keluar wilayah DKI Jakarta cukup tinggi sehingga turut mempengaruhi tingginya penyebaran kasus pandemi.

Penanganan Covid-19 memerlukan kesiapan baik fasilitas dan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) yang memenuhi standar minimum. Pada semester 1 tahun 2020, DKI Jakarta memiliki 44 fasyankes (54,32% dari total 81 fasyankes jajaran provinsi) dengan SDMK yang telah memenuhi standar.

Fasyankes yang memenuhi standar tersebut terdiri dari 28 Puskesmas, 14 RSUD/RSKD, dan 2 UPT yang tersebar di 6 Kota/Kabupaten Administrasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.28 Fasilitas Layanan Kesehatan Jajaran Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 N

o Wilayah

Fasyankes Jajaran Provinsi Fasyankes yang Memenuhi Standar RSUD/

RSKD

Pusk es-

mas UPT Total Pusk es- mas

RSUD/

RSKD UPT Total %

1 Jakarta Pusat 6 8 4 18 6 8 4 18 100

2 Jakarta Utara 5 6 0 11 5 6 0 11 100

3 Jakarta Barat 4 8 0 12 4 8 0 12 100

4 Jakarta Selatan 8 10 0 18 8 10 0 18 100

5 Jakarta Timur 8 10 1 19 8 10 1 19 100

6 Kepulauan

Seribu 1 2 0 3 1 2 0 3 100

Total 32 44 5 81 32 44 5 81 100

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2022

Sementara itu, jika dilihat dari jumlah SDMK, DKI Jakarta memiliki 104.940 orang yang secara resmi bekerja di bidang kesehatan. Pandemi Covid-19 merupakan kondisi yang sangat dinamis sehingga diperlukan pembelajaran kontinyu agar tiap rumpun SDMK memahami tata cara penanganan yang tepat. Rumpun SDMK yang berkaitan langsung dengan penanganan pasien Covid-19 terdiri dari tenaga medis sebanyak 16.031 orang, psikologis klinis sebanyak 78 orang, keperawatan sebanyak 29.495 orang dan kefarmasian 4.723 orang. Secara statistik, jumlah pasien Covid-19 adalah 104.847 jiwa, dan angka tersebut jauh melebihi jumlah tenaga medis dan keperawatan yang tersedia saat ini. Secara rinci jumlah SDMK di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.29 Sumber Daya Manusia Kesehatan di DKI Jakarta Tahun 2017-2021

Rumpun SDMK Jumlah SDMK

2017 2018 2019 2020 2021

01. Medis 11.433 15.156 17.561 16.031 31.863

02. Psikologi Klinis 52 58 72 78 144

03. Keperawatan 22.048 27.507 27.149 29.495 39.444

04. Kebidanan 4.609 6.217 5.953 5.974 7.437

05. Kefarmasian 9.786 7.497 4.581 4.723 7.519

06. Kesehatan Masyarakat 464 718 348 292 420

07. Kesehatan Lingkungan 321 464 503 524 713

08. Gizi 757 922 1.004 1.040 1.254

09. Keterapian Fisik 651 901 968 1.081 1.449

10. Keteknisian Medis 1.546 2.673 2.451 2.367 3.500

11. Teknik Biomedika 2.557 3.443 3.556 3.959 6.637

12. Kesehatan Tradisional 333 95 159 140 143

13. Asisten Tenaga Kesehatan 4.121 5.913 4.705 4.744 5.073 14. Tenaga Penunjang 23.520 30.231 32.156 34.492 61.394 Total 82.198 101.795 101.166 104.940 166.990 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2022

Selain penanganan langsung terhadap penyebaran Pandemi Covid-19, diperlukan pula upaya pemenuhan Universal Health Coverage (UHC) yang merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap orang memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan yang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau. Upaya yang tidak kalah

pentingnya dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah adaptasi tatanan kehidupan yang baru (konsep New Normal) oleh masyarakat dengan menerapkan prinsip 3M: memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Hal ini menjadi upaya yang saling berdampingan dengan upaya pemerintah untuk melakukan prinsip 3T: testing, tracing, dan treatment dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19.

Dalam aspek kesehatan masyarakat, upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan salah satunya yaitu menjadikan seluruh kelurahan sebagai kelurahan Open Defection Free (ODF). ODF merupakan kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Kelurahan ODF adalah kelurahan yang 100 persen masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM menjadi acuan nasional untuk program sanitasi berbasis masyarakat sejak lahirnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis masyarakat. Pilar STBM meliputi: (1) Tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan; (2) Mencuci tangan pakai sabun;

(3) Mengelola air minum dan makanan yang aman; (4) Mengelola sampah dengan benar; dan (5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Di Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2019 sebanyak 22 Kelurahan telah mendeklarasikan sebagai Kelurahan ODF. Pada tahun-tahun selanjutnya, seluruh Kelurahan diharapkan dapat menjadi Kelurahan ODF, kemudian dapat meningkatkan statusnya menjadi Kelurahan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Dalam dokumen RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2023-2026 (Halaman 109-113)