BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
2. Gambaran Deskriptif Kecanduan Internet (internet addiction)
2. Gambaran Deskriptif Kecanduan Internet (internet addiction)
ketika tidak ada aktivitas yang dilakukan dalam sehari orang dewasa awal di Kota Makassar akan mengakses internet dengan durasi 6 jam atau lebih perhari.
Hal ini orang dewasa awal di kota Makassar mengalami kecanduan internet diantaranya karena adanya faktor waktu, tujuan menggunakan internet, faktor gender dan faktor situasional. Orang dewasa awal di kota Makassar mengakses internet dengan durasi 6 jam atau lebih perhari dengan tujuan mengakses sosial media, game online, online shopping dan hiburan seperti youtube, streaming, musik. Selain itu, hasil peneitian ini menemukan bahwa jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, yang lebih dominan adalah jenis kelamin laki-laki yang lebih cenderung kecanduan terhadap internet dibandingkan perempuan.
Hasil yang diperoleh jenis kelamin laki-laki sebesar 24% dan jenis kelamin perempuan sebesar 21%. Hal tersebut dikarenakan laki- laki cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggunakan internet dengan mengakses game online. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa responden laki-laki mengaku bahwa bermain game online sudah menjadi sebuah kegemaran atau hobi bagi mereka. Martin & Schumacher (2000) menyatakan jika laki-laki cenderung lebih mengekspresikan minat mereka dengan aplikasi yang menggunakan internet seperti permainan, pornografi dan perjudian. Aplikasi tersebut dapat mengembangkan perilaku kecanduan terhadap internet.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dufour et.al (2016) menemukan bahwa laki-laki secara signifikan menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan internet daripada perempuan. Laki- laki lebih memanfaatkan internet untuk bermain multiplayer online, game online dan situs-situs dewasa. Shahnaz & Karim (2014) mengatakan bahwa laki-laki juga menggunakan internet lebih banyak dibanding perempuan dalam diskusi online.
Oleh karena itu, orang dewasa di kota Makassar dengan jenis kelamin laki-laki lebih cenderung kecanduan internet dibandingkan perempuan. Adapun orang dewasa awal di kota Makassar yang kecanduan internet dengan tujuan mengakses sosial media dan game online. Maka, orang dewasa awal di kota Makassar dikatakan masuk dalam kategori sedang karena mereka terkadang kecanduan internet dan terkadang tidak kecanduan internet.
3. Pengaruh Kesepian (loneliness) Terhadap Kecanduan Internet (internet addiction) Pada Orang Dewasa Awal di Kota Makassar Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa kesepian (loneliness) berpengaruh signifikan terhadap kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal di Kota Makassar. Hasil ini diperoleh dari uji signifikansi di atas, yang digunakan untuk menentukan taraf signifikansi dari penelitian yang dilakukan. Kriteria dapat ditentukan berdasarkan uji nilai signifikansi (Sig), dengan ketentuan jika nilai Sig < 0,05. Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Sig. = 0,000, berarti 0,000 < 0,05. Dengan
demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan, atau dalam hal ini model persamaan regresi memenuhi kriteria. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kesepian (loneliness) terhadap kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal di Kota Makassar.
Hasil tersebut dapat diartikan semakin tinggi kesepian (loneliness) maka semakin tinggi pula kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal, begitupun sebaliknya semakin rendah kesepian (loneliness) maka semakin rendah pula kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal. Hal ini sesuai dengan kerangka pikir yang telah dibuat oleh peneliti, bahwa semakin tinggi kesepian (loneliness) maka semakin tinggi pula kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal.
Orang dewasa awal di kota Makassar terkadang merasa kesepian ketika aspek emosional atau aspek sosial mereka tidak dapat terpenuhi. Begitupun sebaliknya, ketika orang dewasa awal di kota Makassar tidak sepenuhnya merasa kesepian maka aspek emosional atau aspek sosial mereka telah terpenuhi. Kesepian secara emosional yang dirasakan orang dewasa awal di kota Makassar seperti ketika teman meninggalkan mereka karena seseorang yang lebih menarik, merasa tidak ada yang dapat mendengarkan keluh kesah mereka, dan merasa jauh dengan orang yang ada sekitar mereka.
Sedangkan kesepian secara sosial yang dirasakan orang dewasa awal di kota Makassar seperti ketika berada bersama teman-
teman merasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, merasakan sedih atau kecewa ketika teman-teman menolak ajakan untuk bertemu, dan merasakan bosan dengan aktivitas yang mereka lakukan.
Untuk menggantikan sesuatu yang tidak terpenuhi dalam kehidupan nyata, orang dewasa awal di kota Makassar mengatasi hal tersebut dengan melakukan online atau dengan mengakses internet hingga berjam-jam. Namun, hal tersebut dapat memicu orang dewasa awal di kota Makassar menjadi kecanduan terhadap internet.
Dengan melakukan online maka orang dewasa awal di kota Makassar dapat membentuk sebuah hubungan baru melalui aplikasi- aplikasi yang telah tersedia. Adapun hasil kategorisasi dalam penelitian ini terkait dengan waktu rata-rata penggunaan internet perhari berdasarkan tujuannya menemukan bahwa sebagian besar orang dewasa awal di kota Makassar menggunakan internet dengan tujuan untuk mengakses sosial media dengan waktu rata-rata 5,77 jam perhari dan menggunakan internet dengan tujuan untuk game online dengan waktu rata-rata 2,86 jam perhari.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hon & Chua (2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang merasa kesepian dengan mahasiswa yang tidak merasa kesepian. Mahasiswa yang merasa kesepian cenderung lebih sering menggunakan facebook. Mereka menggunakan facebook sebagai bentuk untuk kebutuhan pemenuhan diri yang belum mereka dapatkan dalam dunia nyata.
Caplan (2003) seseorang yang cenderung mengalami kesepian maka dapat mendorong seseorang tersebut untuk melakukan interaksi sosial secara online. Sehingga dapat menyebabkan kecanduan terhadap internet. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ceyhan (2008) juga menemukan bahwa variabel kesepian merupakan variabel yang paling penting dalam memengaruhi penggunaan internet secara berlebihan. Seseorang yang mengalami perasaan kesepian cenderung menggunakan internet dengan berlebihan.
Young, Yue & Ying (dalam Young & Nabuco de Abreu, 2011) mengatakan bahwa dengan mengunjungi sebuah grup online secara rutin misalnya seperti ruang obrolan tertentu, game online dan facebook dapat membuat seseorang merasa memiliki tingkat keakraban yang tinggi dengan anggota grup tersebut sehingga menimbulkan rasa komunitas.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nowland et al (2017) mengenai hubungan antara kesepian dengan penggunaan internet menemukan bahwa seseorang yang kesepian menghabiskan waktu dengan menggunakan internet lebih lama untuk melakukan interaksi sosial secara online. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang kesepian ingin meningkatkan persahabatan yang ada serta untuk menjalin suatu hubungan sosial yang baru melalui penggunaan internet tersebut.
Orang yang kesepian cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di web untuk berselancar, chatting, mengirim email, dan bermain game online dibandingkan dengan seseorang yang tidak
kesepian. Erdogan (2008) menyatakan bahwa bagi orang yang merasa kesepian internet merupakan hal yang cukup menarik serta merupakan lingkungan sosial yang ideal. Hal ini disebabkan karena internet dapat memberikan model interaksi sosial secara online bagi mereka. Oleh karena itu, individu yang kesepian cenderung menghabiskan waktu untuk menggunakan internet yang dapat mengarahkan individu menjadi kecanduan internet.
Adapun besar pengaruh kesepian (loneliness) terhadap kecanduan internet (internet addiction) pada orang dewasa awal dilihat dari nilai R Square = 0,148 atau 14,8%. Ini menunjukkan bahwa variabel kecanduan internet (internet addiction) dipengaruhi oleh variabel kesepian (loneliness) sebesar 14,8%. Maka, selebihnya sebesar 85,2% kecanduan internet (internet addiction) dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.