• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam dokumen LAMPIRAN-LAMPIRAN (Halaman 61-70)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada tahun 1940-1958 Bilanrengi terdiri atas 3 kampung, yaitu Kampung Bontopanno, Kampung Bilanrengi dan Kampung

Tonrokombang. Kampung Bilanrengi dipimpin oleh Gallarrang (Dg.

Dolla) sedangkan Kampung Bontopanno dikepalai oleh Dg. Garra dengan istilah sariang dan Kampung Tonrokombang dipimpin oleh H. Nyaling dengan Istilah Kepala Kampung. Sejak zaman pemerintahan Belanda sampai paska kemerdekaan.

Pada tahun 1959 Gerombolan DI/TII dan Permesta

membumihanguskan Bilanrengi. Rumah-rumah, dan baruga peninggalan nenek moyang dibakar. Hanya Masjid saja yang tersisa. Sebagian

penduduk mengungsi ke hutan dan gunung-gunung selama dua tahun.

Pada tahun 1961 ketertiban dan keamanan dapat dipulihkan Karena masyarakat sudah mulai masuk Kampung dan membuat perkampungan baru. Di batumenteng, Bontopanno, Gallang dan Tonrokombang.

Tahun 1967, sesuai dengan aturan pemerintah pusat yang menghendaki adanya keseragaman administrasi pemerintahan, Kampung Bilanrengi akhirnya diubah menjadi Dusun Bilanrengi. Saat itu, Dusun Bilanrengi terdiri atas beberapa RW. diantaranya Bontopanno, Gallang,

48 Tonrokombang. Kepala Dusun pertama adalah Dg. Ramli R s/d tahun 1989.

Pada tanggal 10 Nopember 1989 Dusun Bilanrengi dimekarkan dari Desa Majannang menjadi Desa Pers. Bilanrengi dan yang menjadi Kepala Desa Pers. Adalah Nakku Lantara yang terdiri dari Tiga (3) Dusun.

Gambaran sejarah perkembangan Bilanrengi setelah terbentuk menjadi Desa dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1

Sejarah Desa dan Kepala Desa Bilanrengi dari Masa ke Masa

TAHUN PERISTIWA

1989-1991

Dusun Bilanrengi dimekarkan dari Desa Majannang menjadi Desa Pers. Bilanrengi dan yang menjadi Kepala Desa Pers. Adalah Nakku Lantara yang terdiri dari tiga (3) Dusun

1992-1993

Desa Bilanrengi sudah menjadi Desa Defenitif dan masih dipimpin oleh Nakku Lantara

1994-2002

Pemilih Kepala Desa yang pertama kalinya yang terdiri dari tiga Calon Kepala Desa dan terpilih menjadi Kepala Desa adalah Nakku Lantara sampai dengan tahun 2003

2003-2007

Pemilihan Kepala Desa yang kedua kalinya juga terdiri daro tiga (3) calon dan terpilih adalah Nakku Lantara periode 2003-2007

49 2008-2014

Pada Tanggal 22 Mei 2008 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa yang ketiga yang terdiri dari 3 Calon Kepala Desa dan yang terpilih adalah Syamsul Bahri untuk periode 2008-2014

2015-2016

Kepala Desa Bilanrengi dijabat oleh Camat Parigi selaku Plt. Kepala Desa Bilanregi

2017-Sekarang

Pada Tanggal 15 Desember 2016 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa Bilabrengi yang terdiri dari 3 Calon Kepala Desa dan yang terpilih adalah Syamsul Bahri, S.E Dg. Sibali

(Sumber: Data Kantor Desa Tahun 2020) 2. Visi dan Misi Desa Bilanrengi

a. Visi

adalah suatu gambaran ideal tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Bilanrengi dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di desa seperti Pemerintah Desa, BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda dan masyarakat desa pada umumnya. Berdasarkan hasil musyawarah bersama maka ditetapkan Visi Desa bilanrengi adalah:

50

TERWUJUDNYA MASYARAKAT DESA BILANRENGI YANG

BERSATU, MAJU MODERN, ADIL MAKMUR, BERIMAN, BERTAQWA, BERKESADARAN HUKUM LINGKUNGAN,

BERPENDIDIKAN DAN BERMORAL ” b. Misi

Selain penyusunan Visi juga ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar Visi desa dapat tercapai. Pernyataan visi ini dijabarkan ke dalam misi agar dapat dioperasionalkan dan dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misi pun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan dengan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Bilanrengi.

Sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa Bilanrengi adalah:

1) Mewujudkan tersedianya prasarana dan sarana publik yang memadai.

2) Mendorong kemajuan sektor usaha di Bidang Pertanian (Padi dan Holtikultural), Perkebunan, serta Peternakan.

3) Mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan pemahaman masyarakat atas hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

4) Memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan dan pemeliharaan lingkungan.

5) Menggiatkan kegiatan pembinaan keagamaan, budaya dan olahraga.

51 6) Mewujudkan masyarakat yang aman, tentram dan damai.

3. Kondisi Umum Desa Bilanrengi a. Peta Desa Bilanrengi

Gambar 2 Peta Desa Bilanrengi

52 b. Demografi

1) Batas Wilayah

Sebelah Timut : Desa Manimbahoi Sebelah Utara : Desa Majannang Sebelah Barat : Desa Sicini

Sebelah Selatan : Kec.Bontolempangan 2) Luas Wilayah

Luas Desa Bilanrengi sekitar 21,70 Km2. Pada umumnya penduduk Desa Bilanrengi adalah Petani.

3) Keadaan Topografi

Secara umum keadaan topografi Desa Bilanrengi adalah daerah dataran Tinggi dan daerah perbukitan yang ketinggiannya ± 900 M dari permukaan Laut,Keadaan suhu rata – rata 17,25ºC, letaknya berada di Kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompo battang.

Jarak Desa Bilanrengi yang menjadi Pusat Pemerintahan Desa (Kantor Kepala Desa) Ke Kecamatan : 4 Km.

4) Iklim

Iklim Desa Bilanrengi sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni Kemarau dan Hujan.

c. Wilayah Administrasi Pemerintah Desa

Desa Bilanrengi terdiri atas tiga (3) Dusun yakni Dusun Pallantikang, Dusun Gallang , dan Dusun Tonrokombang dengan

53 jumlah Rukun Warga (09) Jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak Dua Puluh Dua (22) buah. Berikut daftar nama Dusun dan RW dan jumlah RT-nya.

Tabel 2

Daftar Nama Dusun, Nama RW, dan Jumlah RT di Desa Bilanrengi

Nama Dususn Nama RW Jumlah RT

Pallantikang

1. Bontopanno 2. Bontobiraeng 3. Batumenteng

3 2 3

Gallang

1. Campagogo 2. Gallang 3. Bangkeng

Tabbing

2 3 2

Tonrokombang

1. Pattiro 2. Bissuhua 3. Turatea

2 3 2

Jumlah 9 22

(Sumber: Data Desa Tahun 2020)

54 d. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Bilanrengi terdiri atas 649 KK dengan total jumlah jiwa 1964 orang. Berikut perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki dan pengelompokan umur.

Tabel 3

Jumlah Penduduk di Desa Bilanrengi

N O

NAMA DUSUN

JENIS KELAMIN

PENGELOMPOKAN UMUR

LK PR 0-9 10-

24

25-44 45-59 60 >

1 2

3

Pallantikang Gallang

Tonrokombang

380 248 304

426 275 331

97 44 70

156 126 152

245 139 164

191 116 147

118 84 107

JUMLAH 923 1033 211 434 548 454 309 (Sumber: Data Kantor Desa Tahun 2020)

Perspektik budaya masyarakat di Desa Bilanrengi masih sangat kental dengan budaya Makassar, walaupun budaya-budaya dari suku lain misalnya Bugis dan budaya dari suku lainnya juga ada. Hal ini dapat dimengerti karena hampir semua desa di Kabupaten Gowa masih kuat pengaruh kerajaan Gowa.

55 Dari latar belakang, kita bisa melihat aspek budaya dan sosial yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Di dalam hubungannya dengan agama yamg dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas yang dianut masyarakat, dalam menjalankannya sangat kental tradisi budaya Makassar.

Tradisi budaya Makassar sendiri berkembang dengan banyak dipengaruhi ritual-ritual atau kepercayaan masyarakat sebelum agama Islam masuk. Hal ini menjelaskan mengapa kegiatan peringatan- peringatan keagamaan yang dimasyarakat terutama islam, karena dipeluk masyarakat, dalam menjalankanya muncul kesan nuansa tradisinya. Atau kegiatan-kegiatan budaya yng bercampur dengan nuansa agama Islam.

Contoh yang kita biasa liaht adalah peringatan Maulid, Isra‟mi‟raj, kegiatan Assungka Bala, Appapole, Ajjuru-juru, Appalili, Accera anrong pare, Appadekko, Ulu basa here (kegiatan irigasi pertanian).

Secara idividual didalam keluarga masyarakat desa Bilanrengi, tradisi Makassar lama dipadu dengan agama islam, juga tetap dipegang. Tradisi ini dilakukan selain sebagai kepecayaan yang masih diyakini sekaligus digunakan sebagai bagian cara untuk bersosialisasi dan berinteraksi di masyarakat. Misalnya; tradisi Appassili dan Assapu, dilaksanakan pada usia kehamilan memasuki usia 5 bulan, Aqiqah pada bayi yang baru lahir (Attomppolo).

Tetapi yang perlu diwaspadai adalah muncul dan berkembangnya pemahaman keyakinan terhadap agama ataupun kepercayaan tidak berakar dari pemahaman terhadap tradisi dan budaya masyarakat yang sudah ada.

56 Hal ini mengakibatkan munculnya kerenggangan sosial di masyarakat dan gesekan antara masyarakat.

Dalam dokumen LAMPIRAN-LAMPIRAN (Halaman 61-70)

Dokumen terkait