• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 9 Depok adalah Sekolah Menegah Atas yang berlokasi di jalan Enggano No 5 cinere, kecamatan Cinere Kota Depok, Jawa Barat yang berdampingan dengan perumahan Megapolitan Estate. Sekolah Berdiri sejak 2010 dan sekolah ini mempunyai luas area 5420 m2 mempunyai sarana ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang unit kesehatan sekolah (UKS), ruang bimbingan konseling (BK), ruang osis, perpustakaan, laboraturium komputer, lapangan olahraga, kantin, gudang dan musolah. SMA Negeri 9 Depok dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh staff dan guru pengajar. SMA Negeri 9 Depok saat ini mendidik sebanyak di 768. Umumnya siswa-siswi di sekolah tersebut berasal dari daerah sekitar sekolah. Proses belajar mengajar di mulai dari jam 07.00 sampai jam 12.00 dengan 1 kali jam istirahat. Tidak terdapat penyelengaraan makanan dari pihak sekolah.

Gambar 4. Gambaran Lokasi Penelitian

Program Studi Gizi Universitas Binawan

4.1.2 Karakteristik Remaja Putri

Berdasarkan hasil analisis univariat yang menjelaskan mengenai karakteristik responden remaja putri dengan jumlah sebanyak 67 responden, yaitu Usia, Unit Kelas dan Status gizi

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Siswi (Usia, Unit Kelas, Status Gizi) Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Karakteristik Siswi n %

Usia

15 tahun 12 17,9

16 tahun 52 77,9

17 tahun 3 4,5

Kelas

X MIPA 1 9 13,4

X MIPA 2 8 11,9

X MIPA 3 13 19,4

X IPS 1 11 16,4

X IPS 2 8 11,9

X IPS 3 10 14,9

X IPS 4 8 11,9

Status Gizi

Gizi Kurang 8 11,9

Gizi Baik 55 82,1

Gizi Lebih 3 4,5

Obesitas 1 1,5

(Sumber : Data primer, 2022)

Responden penelitian ini adalah siswi dan Ibu di SMAN 9 Depok. Tabel 6, menunjukan karakteristik siswi. Tabel 5 menunjukan dari 67 responden yang diteliti, jumlah responden usia 16 tahun sebanyak 52 orang (77,9%) dan usia 17 tahun sebanyak 3 orang (4,5%) merupakan usia yang paling sedikit jumlahnya dari total sampel. Dapat disimpulkan bahwa usia responden yang terbanyak yaitu 16 tahun sebanyak 52 orang (77,9%).

Berdasarkan unit kelas responden dibagi menjadi 7 kelas.

Jumlah responden terbanyak dari unit kelas MIPA 3 berjumlah 13 orang (19,4%) dan jumlah unit responden paling sedikit ada 3 kelas yaitu dari unit kelas MIPA 2 berjumlah 8 orang (11,9%) , kelas IPS 2 berjumlah 8 orang (11,9%) dan IPS 3 berjumlah 8 orang (11,9%).

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Berdasarkan status gizi remaja putri yaitu kategori gizi kurang sebanyak 8 siswi (11,9%) , kategori gizi lebih sebanyak 3 siswi (4,5%) dan kategori gizi baik sebanyak 55 siswi (82,1%). Dapat disimpulkan bahwa status gizi siswi kelas X Di SMA Negeri 9 Depok berada pada status gizi baik (82,1%).

4.1.3 Karakteristik Ibu

Berdasarkan hasil analisis univariat yang menjelaskan mengenai karakteristik responden Ibu dengan jumlah sebanyak 67 responden, yaitu Usia, Pendidikan, Status Pekerjaan dan Jumlah Penghasilan).

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Ibu (Usia, Pendidikan, Status Pekerjaan dan Penghasilan) Siswi kelas X di

SMA Negeri 9 Depok

Karakteristik Ibu n %

Usia

17-25 tahun 2 3,0

26-45 tahun 39 58,2

46-55 tahun 26 38,8

Pendidikan

Tamat SD 10 14,9

Tamat SLTP 12 17,9

Tamat SLTA 28 41,8

Tamat PT 17 25,4

Status Pekerjaan

Bekerja 12 17,9

Tidak Bekerja 55 82,1

Penghasilan

Tidak ada penghasilan 55 82,1

< UMR (Rp. 4.399.500) 5 7,5

≥ UMR (Rp. 4.399.500) 7 10,4

(Sumber : Data primer, 2022)

Karakteristik ibu yang disajikan pada Tabel 7, Rentang usia Ibu adalah dari 17 sampai dengan 55 tahun. Hanya ada 2 orang ibu yang berusia 17-25 tahun (3,0 %). Dapat disimpulkan bahwa umur responden ibu yang terbanyak yaitu usia 26-45 tahun sebanyak (58,2%).

Berdasarkan tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu tamat SD sebanyak 10 orang (14,9%) dan tingkat pendidikan tamat perguruan

Program Studi Gizi Universitas Binawan

tinggi sebanyak 17 orang (25,4%) sedangkan tingkat pendidikan yang cukup banyak yaitu tamat SLTA sebanyak 28 orang (41,8%).

Berdasarkan status pekerjaan sebagian besar status pekerjaan ibu terbanyak adalah tidak bekerja sebesar 55 orang (82,1%), sedangkan status pekerjaan ibu yang bekerja sebesar 12 orang (17,9%). Ibu yang tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus langsung anaknya dirumah.

Bersadarkan jumlah penghasilan ibu sebagian besar ibu tidak mempunyai penghasilan yaitu sebanyak 55 orang (82,1%), penghasilan ibu < UMR (Rp. 4.399.500) sebanyak 5 orang (7,5%) dan penghasilan ibu UMR (≥ Rp 4.399.500) sebanyak 7 orang (10,4%).

4.1.4 Gambaran Pengetahuan Mengenai Anemia Ibu dan Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan mengenai gambaran pengetahuan mengenai anemia pada Ibu dan remaja putri di SMA Negeri 9 Depok didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengenai Anemia Pada Ibu dan Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Pengetahuan n %

Pengetahuan Ibu

Rendah 32 47,8

Tinggi 35 52,2

Pengetahuan siswi

Rendah 30 44,8

Tinggi 37 55,2

Total 67 100

(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden Ibu memiliki tingkat pengetahuan mengenai anemia yang tinggi sebesar (52,2%) dan yang rendah sebesar (47,8%) dan responden siswi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai anemia sebesar (55,2%) dan yang rendah sebesar (44,8%).

Program Studi Gizi Universitas Binawan

4.1.5 Gambaran Sikap Mengenai Anemia Ibu dan Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan mengenai gambaran sikap mengenai anemia pada Ibu dan siswi didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Anemia Pada Ibu dan Siswi di SMA Negeri 9 Depok

Sikap n %

Sikap Ibu

Kurang Baik 26 38,8

Baik 41 61,2

Sikap siswi

Kurang Baik 13 19,4

Baik 54 80,6

Total 67 100

(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa sikap responden Ibu memiliki sikap mengenai anemia yang baik sebesar (61,2%) dan yang kurang baik sebesar (38,8%) dan responden siswi memiliki sikap yang baik mengenai anemia sebesar (80,6 %) dan yang kurang baik sebesar (19,4%).

4.1.6 Gambaran Asupan Zat Besi Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan mengenai gambaran asupan zat besi tentang pada remaja putri didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Asupan Zat Besi n %

Zat Besi

Kurang 23 34,2

Cukup 44 65,7

Total 67 100

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa asupan zat besi siswi memiliki asupan zat besi yang cukup (65,7 %) dan siswi yang memiliki asupan zat besi kurang sebanyak (34,2%). Dapat disimpulkan bahwa rata – rata asupan zat besi siswi berada pada kategori cuk

4.1.7 Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Anemia dengan Asupan Zat Besi Remaja Putri di SMA Negeri 9 Depok

Tabel 11 Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Anemia dengan Asupan Zat Besi Remaja Putri di SMA Negeri 9

Depok

Variabel Asupan Zat Besi

Kurang Cukup P-Value n(%) n(%)

Pengetahuan Ibu

Rendah 15(22,4) 17(25,4) 0.039 Tinggi 8 (11,9) 27(40,3)

Sikap Ibu

Kurang Baik 9(13,4) 17(25,4) 0.969 Baik 14(20,9) 27(40,3)

(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan hasil analisis bivariat yang disajikan pada tabel 11, dapat diketahui hubungan antara pengetahuan Ibu mengenai anemia dengan asupan zat besi remaja putri diperoleh nilai p-value 0,039 yang artinya p value < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu mengenai anemia dengan asupan zat besi pada remaja putri di SMAN 9 Depok.

Berdasarkan hasil antara hubungan antara sikap Ibu mengenai anemia dengan asupan zat besi siswi diperoleh nilai p-value 0.969 yang artinya p value > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu mengenai anemia dengan asupan zat besi pada remaja putri.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

4.1.8 Hubungan antara pengetahuan dan sikap siswi Mengenai Anemia Dengan Asupan Zat Besi di SMA Negeri 9 Depok

Tabel 12 Hubungan antara pengetahuan dan sikap siswi Mengenai Anemia dengan Asupan Zat Besi di SMA Negeri 9 Depok

Variabel Asupan Zat Besi

Kurang Cukup P-Value n(%) n(%)

Pengetahuan Siswi

Rendah 19(28,4) 17(16,4) 0.000 Tinggi 4(6,0) 33(49,3)

Sikap Siswi

Kurang Baik 8(11,9) 5(7,5) 0.021 Baik 15(22,4) 39(58,2)

(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan hasil analisis bivariat yang disajikan pada tabel 12, dapat diketahui hubungan antara pengetahuan siswi dengan asupan zat besi siswi diperoleh nilai p- value 0,000 yang artinya p value < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswi mengenai anemia dengan asupan zat besi pada remaja putri di SMAN 9 Depok.

Berdasarkan hasil antara hubungan antara sikap siswi mengenai anemia dengan asupan zat besi siswi diperoleh nilai p-value 0,021 yang artinya nilai p value < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap siswi dengan asupan zat besi pada remaja putri di SMAN 9 Depok.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

4.2 Pembahasan

Pengetahuan dan sikap seseorang dapat mempengaruhi terjadinnya anemia. Hal ini karena pengetahuan akan mempengaruhi asupan yang akan dikonsumsi (Dwi dan Endang 2022). Kurangnya pengetahuan tentang gejala, dampak dan pencegahannya anemia dapat mengakibatkan remaja putri mengkonsumsi makanan yang kandungan zat besinya sedikit sehingga asupan zat besi yang dibutuhkan remaja putri tidak memenuhi kebutuhannya.

Hal ini dapat meningkatkan resiko remaja putri mengalami anemia (Putri, 2018). Anemia dapat terjadi adalah saat asupan zat besi rendah serta kesalahan dalam konsumsi zat besi (Nasruddin et al. 2021).

Zat besi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembentukan sel darah merah, sehingga faktor yang paling dominan permasalahan anemia pada remaja adalah sumber zat besi (Permatasari, Briawan dan Madanijah 2020)

.

Hal ini karena kurangnya pengetahuan terkait asupan zat besi sehingga konsumsi zat besi yang tidak terpenuhi. Remaja putri yang tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat asupan zat besi kurang akan memiliki 33,5 kali lebih berisiko mengalami anemia jika dibandingkan dengan remaja putri dengan asupan zat besi yang cukup. (Permata, et al 2016). Penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang mengkonsumsi zat besi kurang sebanyak 34,2 %.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi asupan zat besi pada remaja, antara lain kurangnya pengetahuan mengenai bahan makanan yang mengandung gizi (Telisa dan Eliza, 2020). Pada penelitian ini pengetahuan siswi mengenai anemia yang rendah 47,8 % behubungan dengan asupan zat besi yang kurang 34,2 %. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2017), menunjukan hasil bahwa pengetahuan gizi dan sikap berhubungan terhadap asupan zat besi. Hal tersebut dapat terjadi karena pengetahuan siswi yang tinggi memicu remaja untuk dapat memilih makanan dengan kandungan zat besi tinggi (Sintha dan Oster, 2019).

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Selain remaja itu sendiri, Ibu merupakan seseorang yang berperan dalam konsumsi zat besi remaja (Septia . et al. 2021). Pada penelitian ini Ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang anemia sebanyak 47%.

Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa pengetahuan ibu yang kurang berhubungan dengan asupan zat besi yang kurang, sementara pengetahuan ibu yang tinggi berhubungan dengan asupan zat besi yang tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Weliyati, 2018) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan sehingga semakin baik asupan zat besi pada keluarganya. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu salah satunya usia dimana ibu mudah untuk menerima informasi. Usia 26-45 tahun tergolong usia dewasa awal dan dewasa akhir atau menuju pada lanjut usia (Depkes, 2020). Rentang usia Ibu 26-45 tahun merupakan masa yang mudah untuk menerima informasi.

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2015). Sikap remaja putri yang harus dimiliki mengenai anemia adalah sikap remaja putri terhadap pernyataan mengenai anemia, yang meliputi gejala dan tanda, penyebab, dan upaya pencegahan.

Pada penelitian ini sikap siswi terbukti berhubungan dengan asupan zat besi pada remaja, namun, tidak dengan sikap ibu. Sikap seseorang terhadap makanan akan mempengaruhi pemilihan makanan dan berdampak pada asupan gizi (Kusuma et al. 2020). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Laksmita & Yenie, 2018) diketahui bahwa tingkat pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap anemia dapat menyebabkan asupan yang kurang. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap ibu yaitu kebudayaan ibu menjunjung tinggi adat istiadat dan masih memegang teguh kebiasaan pantangan larangan dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh terhadap sikap dari berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan sikap (Fitriani dalam Yuliana 2017).

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Pengetahuan dan sikap dapat dipengaruhi oleh seberapa banyak informasi yang diperoleh dan kecepatan seseorang dalam menerima informasi tersebut dapat di peroleh melalui media elektronik (Indrawatiningsih et al. 2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, informasi atau media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan pengalaman dan usia (Azwar, 2015). Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi informasi yang di peroleh siswi dari media cetak, media elektronik, internet dan keluarga. (Riyanto, 2015).

Pengetahuan dan pendidikan ibu sangat penting perannya dalam memperhatikan asupan makanan remaja purti dalam mencegah anemia (Mursiti, 2017). Ibu berperan dalam menghidangkan dan mengatur makanan yang sehat untuk keluarga. Ibu adalah juru masak yang harus bisa sekreatif mungkin menghidangkan masakan yang lezat, dan bergizi, untuk keluarganya. Mulai dari sarapan hingga makan malam semua dimasak oleh ibu agar gizi anggota keluarganya selalu terpenuhi (Siti dan Wayan, 2018).

Menurut Listiana (2016), remaja putri yang pendidikan ibunya rendah mempunyai risiko 2,349 kali untuk terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang pendidikan ibunya tinggi.

Pencegahan anemia yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya menurunkan kejadian anemia di Kota Depok yaitu menyelengarakan kegiatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan sikap mengenai anemia adapun beberapa kegiatan yang telah dilakukan seperti program terpadu pada remaja putri di asrama (Styaningrum et al., 2020), edukasi tentang anemia dengan media video (Putri et al, 2021), dan penggunaan media sosial (Khotimah et al, 2019) dan edukasi langsung pada remaja putri di sekolah (Wijaningsih et al, 2019).

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa remaja putri yang mempunyai sikap positif dan mempunyai pengetahuan tinggi dapat mempengaruhi asupan makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan sangat mempengaruhi kecenderungan remaja putri dalam memilih sumber bahan makanan dengan nilai gizi yang tinggi akan sumber zat besi (Ahmady, 2016).

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Sikap yang didasari pengetahuan bersifat lebih bertahan. Pengetahuan yang mendorong kemauan sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan kesehatan. Pengetahuan dan pendidikan ibu juga sangat penting perannya dalam memperhatikan asupan makanan remaja putri dalam mencegah anemia (Mursiti, 2017). Ibu ketika didalam rumah akan berperan dalam pemilihan makanan oleh karena itu baik ibu dan remaja putri harus memiliki pengetahuan yang sama agar asupan sumber zat besi terpenuhi sesuai kebutuhan.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, antara lain :

1. Penelitian ini menggunakan metode dalam menanyakan asupan zat gizi mikro yaitu zat besi siswi menggunakan kuesioner food recall yang bergantung pada ingatan responden sehingga dapat meningkatkan daya bias dalam melaporkan bahan makanan yang dikonsumsi siswi selama 2 x 24 jam berturut – turut.

2. Saya sebagai peneliti tidak menambahkan variabel lebih banyak selain pengetahuan, sikap dan asupan zat besi dikarenakan keterbatasan biaya penelitian dan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap mengenai anemia remaja putri di SMAN 9 Depok, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Status gizi remaja putri kelas X Di SMAN 9 Depok berada pada status gizi baik sebesar 55 orang (82,1%) dan terdapat status gizi kurang sebesar 8 orang (11,9%).

2. Sebagian besar responden ibu yaitu berusia 26-45 tahun sebanyak 39 (58,2%) dan hanya 2 orang ibu yang berusia kurang dari 26 tahun (3,0%).

Tingkat pendidikan ibu cukup banyak yaitu SLTA sebesar 28 (41,8%).

Status pekerjaan ibu terbanyak yaitu tidak bekerja sebanyak 55 (82,1%) sedangkan status pekerjaan ibu bekerja sebanyak 12 (17,9%). Jumlah penghasilan ibu sebagian besar ibu tidak mempunyai penghasilan yaitu sebanyak 55 orang (82,1%) .

3. Ada hubungan pengetahuan mengenai anemia dengan asupan zat besi (P = 0,000) remaja putri di SMAN 9 Depok

4. Ada hubungan sikap mengenai anemia dengan asupan zat besi remaja putri (P = 0,021) di SMAN 9 Depok

5. Ada hubungan pengetahuan Ibu mengenai anemia dengan asupan zat besi (P = 0,039) remaja putri di SMAN 9 Depok

6. Tidak ada hubungan sikap mengenai anemia dengan asupan zat besi (P = 0,969) remaja putri di SMAN 9 Depok

Program Studi Gizi Universitas Binawan

5.2 Saran

1. Bagi siswi

Remaja putri sebaiknya mempertahankan pengetahuan dan sikap yang sudah baik serta dianjurkan mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi seperti daging, hati, sayuran hijau dan vitamin C (jeruk, nanas, tomat, dan lain-lain) untuk mencegah terjadinya anemia. Sebaiknya remaja putri mengonsumsi suplemen zat besi atau tablet tambah darah secara rutin.

2. Bagi Sekolah

Sebaiknya pihak sekolah memberikan pelayanan penyuluhan untuk mencegah anemia pada remaja putri dan melakukan pemantauan, apakah tablet penambah darah yang diberikan oleh puskesmas kepada remaja diminum rutin atau tidak.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain yang diteliti seperti faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat besi.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Baker, N.N., Eyadat, A.M. and Khamaiseh, A.M., 2021. The impact of nutrition education on knowledge, attitude, and practice regarding iron deficiency anemia among female adolescent students in Jordan. Heliyon, 7(2), p.e06348.

Agustina, A., 2019. Analisis Pengetahuan Dengan Kepatuhan Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Untuk Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 11(4), Pp.269-276.

Agustina, R., Wirawan, F., Sadariskar, A.A., Setianingsing, A.A., Nadiya, K., Prafiantini, E., Asri, E.K., Purwanti, T.S., Kusyuniati, S., Karyadi, E. and Raut, M.K., 2021. Associations of knowledge, attitude, and practices toward anemia with anemia prevalence and height-for-Age Z-Score among indonesian adolescent girls. Food and Nutrition Bulletin, 42(1_suppl), pp.S92-S108.

Ahmadi. Penyuluhan Gizi dan Pemberian Tablet Besi Terdapat Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju. Kesehat Manarang. 2016 ;2

Ahmady, dkk. 2016. Penyuluhan Gizi Dan Pemberian Tablet Besi Terhadap Pengetahuan Dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri Di Mamuju. Jurnal Kesehatan Manarang.

Almatsier, S. 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Amirin, T. 2011. Populasi Dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin. Erlangga. Jakarta.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Angka Kecukupan Gizi .2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.

Assa, S. S., Kapantow, N. H. & Ratag, B. T. 2016. Hubungan antara asupan zat besi dan protein dengan kejadian anemia pada siswi di SMPN 5 Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(3), 191-197

Aulia, D.L.N., 2018. Hubungan Pengetahuan Dengan Prilaku Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Selama MenstruasI. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati), 3(3).

Azwar S. 2015. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ke 2 Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Barasi, ME. 2015. At a Glance Ilmu Gizi. Erlangga: Jakarta

Basith A, Agustina R, Diani N 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dunia Keperawatan. 5(1) 1-10

Briawan, D. and Hardinsyah, H., 2015. Non-food risk factors of anemia among child-bearing age women (15-45 years) in Indonesia (faktor risiko non-makanan terhadap kejadian anemia pada perempuan usia subur [15-45 tahun] di Indonesia). Nutrition and Food Research, 33(2), p.223496.

Briawan, D., 2015. Anemia: masalah gizi pada remaja wanita. EGC.

Caturiyantiningtiyas, T., 2016. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian anemia remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Darmawati, D., Nizwan-Siregar, T., Kamil, H. and Tahlil, T., 2020. Exploring Indonesian mothers’ perspectives on anemia during pregnancy: a qualitative approach. Enfermería Clínica.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Dhuha Hearttalini, A., Setiyaningrum, Z., Gz, S. and Gizi, M., 2020. Hubungan Asupan Zat Besi Dan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kadar Haemoglobin Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Nguter Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Dinda, R.R., 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Konsumsi Zat Besi, Dan Pola Makan Dengan Anemia Pada Remaja Putri Di Sman 3 Kendari (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Febriana, N.F.N., Nurdiana, M.K., Hastuti, N.A.R., ST, S. and Keb, M., 2021. Literature Review: Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe) Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) Pada Anemia Defisiensi Besi (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Febrina, W.A., 2015. Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Seimbang dengan Perilaku Mencegah Anemia pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 2 Wates Tahun 2015 (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).

Fikawati S, Syafiq A, Veratamala A. Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers; 2017.

Fitriani, K. 2014. Hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia dan nilai praktik pada siswi kelas xi boga SMKN 1 Buduran Sidoarjo. E- journal boga, 3(1), 46-53.

Freda M, Afifah D., Fitria N., Anggi Putri Aria. Hubungan pengetahuan dan pemilihan jemis makanan dengan kejadian anemia pada mahasiswi Univesitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal kesehatan masyarakat.

(3)4 13-20.

Hartoko, Y., 2019. Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Jenis Kelamin, Umur, Status Perkawinan, dan Daerah Tempat Tinggal Terhadap Lama Mencari Kerja Tenaga Kerja Terdidik di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 8(3), pp.201-207.

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Indartanti, D. and Kartini, A., 2017. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Journal of nutrition college, 3(2), pp.310- 316.

Kaur, K., 2014. Anaemia ‘a silent killer’among women in India: Present scenario. European Journal of Zoological Research, 3(1), pp.32-36.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018 Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . 2016 Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Surat Edaran Nomor HK:

03.03.V/0595/2016. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018 (Report of Indonesian Basic Health Survey).

Khotimah, H., Ginting, M., & Jaladri, I. 2019. The Effect of Nutrition Education through Facebook on Knowledge of Anemia and Consumption of Protein, Iron, and Vitamin C in Young Girls. Pontianak Nutrition Journal (PNJ), 2(1), 1–5.

Kim, S., Lee, C., Klenosky, B., 2003. The influence of push and pull factors at Korean national parks. Tourism Management 24 (2), 169–180 Laksmita, S., & Yenie, H. 2018. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Anemia dengan Kejadian Anemia di Kabupaten Tanggamis. Jurnal Ilmiah Keperawatan,14(1), 104–107.

Lestari, I.P., Lipoeto, N.I. and Almurdi, A., 2017. Hubungan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), pp.507-511.

Dokumen terkait