BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
B. Gambaran Umum Perusahaan Makanan Dan Minuman
sedangkan Pabrik Pontianak difokuskan untuk memproduksi Cooking Oil.
Selain itu Perusahaan juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta dengan alamat di Multivision Tower, Jakarta Selatan.
b. PT. Delta Djakarta Tbk.
PT Jangkar Delta Indonesia, anak perusahaan PT Delta, didirikan pada 1998, dan menjadi distributor tunggal Perseroan, dengan jejaring distribusi yang menyebar ke seluruh negeri, mulai dari Medan di Sumatra Utara hingga ke Jayapura di Papua. Namun, pada semester pertama 2017, anak perusahaan memindahkan seluruh karyawannya ke Perseroan dan pada akhir tahun, anak perusahaan hanya menangani satu sub-distributor. Sejauh ini, Perseroan tidak berencana menghentikan operasional PT Jangkar Delta Indonesia.
PT Delta memproduksi bir Pilsner dan Stout berkualitas untuk pasar domestik Indonesia, dengan sejumlah merek di antaranya Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light, San Miguel Cerveza Negra, dan Kuda Putih. PT Delta juga memproduksi dan mengekspor bil Pilsner dengan merek “Batavia”. Dan kuartal terakhir 2017 menandai awal ekspor bir PT. Delta Djakarta Tbk ke negara tetangga, Timor Leste.
c. PT. Indofood CBP Sukser Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk., yang didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma di tahun 1990, memiliki berbagai kegiatan usaha yang telah beroperasi sejak awal tahun 1980an.
2018 Grup CBP meningkatkan kepemilikan pada anak perusahaan di bidang minuman dan produk kuliner, serta melaksanakan pendistribusian produk secara nasional untuk kegiatan usaha paper diaper. 2014 Grup CBP mengembangkan kegiatan usaha minumannya dengan memasuki bidang usaha air minum dalam kemasan (“AMDK”) melalui akuisisi aset AMDK termasuk merek Club. Pada tahun 2011 mencatatkan saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk, anak perusahaan pada Grup Agribisnis, di BEI. 2010 Mencatatkan saham Grup CBP, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, di BEI. 2008 Grup Agribisnis memasuki kegiatan usaha gula dengan mengakuisisi PT Lajuperdana Indah. Grup Consumer Branded Products (“CBP”) memasuki kegiatan usaha dairy melalui akuisisi PT Indolakto, salah satu produsen produk dairy terkemuka di Indonesia. 2007 Mencatatkan saham Grup Agribisnis, Indofood Agri Resources Ltd., di Bursa Efek Singapura (“SGX”). Grup Agribisnis memperluas perkebunannya dengan mengakuisisi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, sebuah perusahaan perkebunan, yang sahamnya tercatat di BEI. 2005 Memulai kegiatan usaha di bidang perkapalan dengan mengakuisisi PT Pelayaran Tahta Bahtera. 1997 Memperluas integrasi bisnisnya dengan mengakuisisi grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis dan distribusi. 1995 Memulai integrasi bisnis melalui akuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari. 1994 Mengganti nama menjadi PT Indofood Sukses MakmurMencatatkan saham di BEI. 1990 Didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Memulai kegiatan usaha di bidang makanan
ringan melalui perusahaan patungan dengan Fritolay Netherlands Holding B.V., perusahaan afiliasi PepsiCo Inc.
d. PT. Indofood Sukser Makmur Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk., yang didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma di tahun 1990. memiliki berbagai kegiatan usaha yang telah beroperasi sejak awal tahun 1980an. Tahun 2018 Grup CBP meningkatkan kepemilikan pada anak perusahaan di bidang minuman dan produk kuliner, serta melaksanakan pendistribusian produk secara nasional untuk kegiatan usaha paper diaper.
e. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
Perseroan didirikan di Medan pada 1929 dengan nama NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen, dan memulai operasinya secara komersial 2 (dua) tahun kemudian, yaitu pada 21 November 1931, ketika membuka brewery pertama di Surabaya. Perseroan pindah domisili secararesmi dari Medan ke Surabaya pada 1936, dan Heineken mengambil alih saham mayoritas Perseroan, yang kemudian mengganti nama menjadi N.V. Heineken’s Nederlandsch-Indische Bierbrouweerijen Maatschappij. Pabrik tutup sementara selama Perang Dunia II, dan buka kembali pada 1949, ketika memperkenalkan bir Heineken ke pasar Indonesia. Perseroan kemudian mengganti namanya pada 1951, menjadi Heineken’s Indonesische Bierbrouwerijen Maatschappij NV.
Pada 1 Januari 1981, Perseroan mengakuisisi P.T. Brasseries de l’Indonesia, produsen bir dan minuman ringan berbasis di Median
Perseroan merelokasi domisilnya ke Jakarta pada 2 September 1981, mengubah namanya menjadi PT Multi Bintang Indonesia sebelum melakukan penawaran umum perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Sejak BEJ dan BES bergabung pada Desember 2007, saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usaha brewing Perseroan pindah dari Surabaya ke brewery baru yang dibangun khusus di Sampangagung, Jawa Timur pada 1997.
Pada 2004, Perseroan membentuk anak perusahaan pertamanya, PT Multi Bintang Indonesia Niaga, untuk menjalankan penjualan dan pemasaran sebagai distributor utama Perseroan di Indonesia dan luar negeri. Anak perusahaan tersebut mulai beroperasi secara komersial pada 1 Januari 2005. Asia Pacific Breweries Limited (APB) yang berbasis di Singapura mengakuisisi mayoritas saham Heineken International BV (HIBV) pada 2010. HIBV kembali sebagai pemegang saham Perseroan pada September 2013.
Multi Bintang melakukan langkah penting terhadap transformasinya menjadi perusahaan multi minuman pada 2014 dengan investasi sebesar Rp.210 miliar dalam bentuk pabrik minuman non- alkohol yang moderen di Sampangagung. Pabrik ini mulai beroperasi pada Desember 2014. Anak perusahaan baru, PT Tirta Prima Indonesia, didirikan pada 2017 untuk mengelola bisnis minuman non-alkohol, dan mulai berproduksi secara komersial pada 2018.
f. PT. Mayora Indah Tbk.
PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1990 dengan target market; konsumen Asean. Kemudian melebarkan pangsa pasarnya ke negara negara di Asia. Saat ini produk Perseroan telah tersebar di 5 benua di dunia.
Sebagai salah satu Fast Moving Consumer Goods Companies, PT.
Mayora Indah Tbk telah membuktikan dirinya sebagai salah satu produsen makanan berkualitas tinggi dan telah mendapatkan banyak penghargaan, diantaranya adalah “Top Five Best Managed Companies in Indonesia” dari Asia Money, “Top 100 Exporter Companies in Indonesia” dari majalah Swa,
“Top 100 public listed companies” dari majalah Investor Indonesia, “Best Manufacturer of Halal Products” dari Majelis Ulama Indonesia, Best Listed Company dari Berita Satu, “Indonesia’s Corporate Secretary Award, Top 5 Good Corporate Governance Issues in Consumer Goods Sector, dari Warta Ekonomi dan banyak lagi penghargaan lainnya.
g. PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk
Didirikan sebagai sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation, dengan mengoperasikan pabrik pertamadi Cikarang, Jawa Barat. Padatahun 1996, Perusahaan meluncurkan produk komersial pertama dengan merek “Sari Roti” dandi tahun 2001, Perseroan meningkatkan kapasitas produksi dengan
menambahkan dua lini mesin (roti tawardanroti manis). Perseroan dari PT Nippon Indosari Corporation mengubah nama menjadi PT Nippon Indosari Corpindo.Perseroan mengoperasikan pabrik pabrik kedua di Pasuruan, Jawa Timur pada tahun 2005 dan pabrik ketiga di Cikarang, Jawa Barat pada tahun 2008.
Perseroan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana pada tanggal 28 Juni 2010 di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten ROTI.
Pabrik-pabrik di Semarang (JawaTengah) dan Medan (Sumatera Utara) mulai beroperasi pada tahun 2011. Perseroan membuka pabrik keenam di Cibitung (JawaBarat) pada tahun 2012, dan menambahkan masing- masing satu lini mesin pada tiga pabrik yang telah ada di Pasuruan, Semarang, dan Medan. Adapun dua pabrik baru di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Palembang (Sumatera Selatan) beroperasi pada tahun 2013, diikuti dengan dua pabrik berkapasitas ganda di Purwarkata (JawaBarat) dan Cikande pada tahun 2014.
h. PT. Siantar Top Tbk.
PT Siantar Top Tbk, pertama kali didirikan pada tahun 1972.
Sebagai pelopor industri makanan ringan di Jawa Timur, pada tahun 1996 Siantar Top tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia.
Saat ini PT Siantar Top terus berkembang dan memperkuat posisinya sebagai perusahaan garda terdepan yang bergerak di bidang manufacturing makanan ringan. PT Siantar Top mulai melebarkan sayapnya, melakukan ekspansi di beberapa kawasan Asia, salah satunya Cina. Seiring dengan berjalannya waktu, PT Siantar Top terus melakukan
pembenahan dalam segi kualitas produk sehingga bisa diterima di berbagai kalangan. Dan karena kualitas produknya, kini berbagai macam produk PT Siantar Top dapat dinikmati oleh konsumen yang tersebar di mancanegara.
i. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry
&Trading Company Tbk (“Perseroan”) dari tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang terkemuka di bidang industri makanan & minuman di Indonesia.
Pada periode awal pendirian, Perseroan hanya memproduksi produk susu yang pengolahannya dilakukan secara sederhana. Pada pertengahan tahun 1970an Perseroan mulai memperkenalkan teknologi pengolahan secara UHT (Ultra High Temperature) dan teknologi pengemasan dengan kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material).
Pelopor dalam proses ultra high temperature ("UHT") di Indonesia, memiliki hubungan rekanan dengan Tetra Pak sejak tahun 1975.
Produsen terbesar susu UHT di Indonesia. Pangsa pasar sebesar 42%
dalam produk-produk susu cair UHT1. Produsen terbesar teh RTD dalam kemasan karton di Indonesia. Pangsa pasar sebesar 71% dalam bagian teh siap diminum ("RTD") dalam segmen kemasan karton. Juga memproduksi secara langsung atau melalui entitas perusahaan. patungan (joint venture / "JV") atau manufaktur toll susu kental manis, minuman
kesehatan, keju, susu bubuk dan jus. Hubungan kemitraan / perjanjian dengan perusahaan-perusahaan multi-nasional terdepan termasuk Unilever, Mondelez International, dan Sanghyang Perkasa. Proses produksi yang terintegrasi secara vertikal dan terotomatisasi. Praktek- praktek terbaik dan pengendalian kualitas yang ketat atas keseluruhan rantai produksi. Jaringan penjualan dan distribusi yang luas di seluruh Indonesia.
51 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Data
Analisis deskriptif adalah bentuk analisi data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan suatu sampel. Data ini meliputi data minimum, maximum, mean dan standar deviasi. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan variable-variabel dalam penelitian, meliputi variable independent yaitu current ratio dan net profit margin serta variable dependen yaitu harga saham. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah ini adalah data tahun 2016 hingga 2019 dengan jumlah observasi sebanyak 36. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : Total aktiva lancer, Total kewajiban lancer, Laba bersih, Penjualan dan Harga saham.
Tabel 5.1 Tabel Deskriptif Data
No. Data Maximum Minimum Mean Standar Deviasi
1
Total Aktiva Lancar
33.272.618.000.000
809.166.450.627
7.536.479.544.816
10.038.839.178.079 2
Total Kewajiban Lancar
31.204.102.000.000
137.842.096.000
4.341.947.528.546
7.582.834.900.796 3 Laba
Bersih
5.038.789.000.000
100.378.388.775
1.466.846.584.362
1.628.378.030.436 4 Penjualan
76.592.955.000.000
774.968.268.000
16.730.709.377.895
23.006.789.149.863 5 Harga
Saham
16.133
1.200
5.376
4.385
Sumber : Data Laporan Keuangan 2016-2019
Berdasarkan tabel 5.1 maka didapatkan hasil bahwa :
a. Berdasrkan tabel diatas Total Aktiva Lancar diperoleh nilai maximum sebesar 33.272.618.000.000, nilai minimum yaitu 809.166.450.627, nilai mean sebesar 7.536.479.544.816 dan standar deviasinya sebesar 10.038.839.178.079. Perusahaan yang memiliki nilai Total Aktiva Lancar tertinggi adalah perusahaan PT. Indofood Sukser Makmur Tbk tahun 2018, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Total Aktiva Lancar terendah adalah perusahaan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2018.
b. Total kewajiban lancar diperoleh nilai maximum sebesar 31.204.102.000.000, nilai minimum yaitu 137.842.096.000, nilai mean sebesar 4.341.947.528.546 dan standar deviasinya sebesar 7.582.834.900.796. Perusahaan yang memiliki nilai Total kewajiban lancar tertinggi adalah perusahaan PT. Indofood Sukser Makmur Tbk tahun 2018, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Total kewajiban lancar terendah adalah perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk tahun 2016.
c. Laba Bersih diperoleh nilai maximum sebesar 5.038.789.000.000, nilai minimum yaitu 100.378.388.775 nilai mean sebesar 1.466.846.584.362 dan standar deviasinya sebesar 1.628.378.030.436. Perusahaan yang memiliki nilai Laba Bersih tertinggi adalah perusahaan PT. Indofood CBP Sukser Makmur Tbk tahun 2019, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Laba Bersih terendah adalah perusahaan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2018.
d. Penjualan diperoleh nilai maximum sebesar 76.592.955.000.000 nilai minimum yaitu 774.968.268.000, nilai mean sebesar 16.730.709.377.895 dan standar deviasinya sebesar 23.006.789.149.863. Perusahaan yang memiliki nilai Penjualan tertinggi adalah perusahaan PT. Indofood Sukser Makmur Tbk tahun 2019, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Penjualan terendah adalah perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk tahun 2016.
e. Harga saham diperoleh nilai maximum sebesar 16.133 nilai minimum yaitu 1.200, nilai mean sebesar 5.376 dan standar deviasinya sebesar 4.385. Perusahaan yang memiliki Harga saham tertinggi adalah perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2019, sedangkan perusahaan yang memiliki Harga saham terendah adalah perusahaan PT.
Nippon Indosari Corporindo Tbk tahun 2018.
2. Deskripsi Variabel
a. Variabel Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara total aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan total kewajiban lancar.
Informasi analisis ini digunakan untuk mengetahui posisi modal kerja suatu perusahaan.
b. Variabel Net Profit Margin untuk mengukur variabel ini dengan membagi antara laba bersih terhadap penjualan. Semakin besar net profit margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Keunggulan rasio ini yaitu dapat mengukur tingkat
pengembalian penjualan. Rasio ini sangat berguna untuk mengetahui penyebab suksesnya perusahaan.
c. Variabel Harga saham merupakan harga yang terdapat di Bursa Efek Indonesia ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar – menawar. Harga saham dalam penelitian ini menggunakan penutupan tiap akhir tahun per tanggal 31 Desember (Closing Price).
Berikut adalah hasil statistic deskriptif variable penelitian pada tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2 Statistic Deskriptif`
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CURRENT RATIO 36 -,3863274 2,1561503 ,919033382 ,6730683804
NPM 36 -3,7085121 -,9417614 -2,196837502 ,7392760022
HARGA SAHAM 36 7,0900768 9,6886221 8,245012553 ,8658654722 Valid N (listwise) 36
(Sumber: Output SPSS 22 data sekunder diolah)
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui bawah n sebanyak 36 adalah jumlah data yang valid yang terdiri dari data current ratio, net profit margin dan harga saham. Berdasarkan tabel diatas di peroleh data sebagai berikut : a. Variable current ratio diperoleh nilai mean sebesar 0,919033382, nilai
minimum yaitu -0,3863274, nilai maximum sebesar 2,1561503 dan standar deviasinya sebesar 0,6730683804. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi yang dinyatakan baik.
Perusahaan yang memiliki nilai current ratio tertinggi adalah perusahaan
PT. PT. Delta Djakarta Tbk tahun 2017, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai current ratio terendah adalah perusahaan PT. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2016.
b. Variable net profit margin di peroleh nilai mean sebesar -2,196837502, nilai minimum yaitu sebesar -3,7085121, nilai maximum sebesar - 0,9417614 dan standar deviasinya sebesar 0,7392760022. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai mean lebih kecil dari standar deviasi yang dinyatakan kurang baik. Perusahaan yang memiliki nilai net profit margin tertinggi adalah perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2017, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai net profit margin terendah adalah perusahaan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2017.
c. Untuk variable harga saham di peroleh nilai mean sebesar 8,245012553, nilai minimum sebesar 7,0900768, nilai maximum sebesar 9,6886221 dan standar deviasinya sebesar 0,8658654722. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi yang dinyatakan baik.
Perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun 2019, sedangkan perusahaan dengan harga saham terendah adalah perusahaan PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk tahun 2018.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Norrmalitas
Uji Norrmalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kolompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas berguna
untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk melihat model regresi normal atau tidak maka dapat dilakukan uji one sample kolmogrov-smirnov dengan ketentuan jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikan Kolmogorov- smirnov adalah lebih kecil dari 0,05 maka nilai residual tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2016:154). Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Berikut adalah hasil uji one-sample Kolmogorov-smirnov dan P-P Plot Of Regression Standardized Residual.
Tabel 5.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std.
Deviation ,59060301 Most Extreme
Differences
Absolute ,082
Positive ,082
Negative -,074
Test Statistic ,082
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Gambar 5.1
Hasil Uji Normal P-P Plot Regression Standardized Residual
Hasil pengujian analisis grafik plot menunjukkan bahwa model regresi terdistribusi dengan normal, dikarenakan titik-titik yang menyebar di sekitar diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui terjadinya multikolonieritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas apabila nilai Tolerance diatas 0,10 dan VIF dibawah 10. Berikut merupakan tabel hasil uji multikolonieritas:
Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 CURRENT RATIO ,994 1,006
NPM ,994 1,006
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yaitu 0,994 untuk current ratio, 0,994 untuk net profit margin. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 yaitu 1,006 variabel current ratio, 1,006 untuk variabel net profit margin. Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan model regresi bebas dari multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model, dapat dilihat pada pola grafik scatterplot pada gambar 5.2 berikut ini :
Gambar 5.2
Hasil Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-tikik data menyebar diatas dan dibawah angka 0 penyebaran pola titik-titik tidak membentuk pola bergelombang dan menyempit kemudian melebar. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk memperkuat scatterplot maka perlu pengujian pada uji glejser heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan bahwa jika nilai sig > 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika nilai sig < 0,05 maka di simpulkan terjadi heteroskedastisitas. Hasil analisis data digambarkan pda tabel berikut:
Tabel 5.5
Uji Glejser Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,314 ,191 1,640 ,111
CURRENT RATIO ,000 ,081 ,000 ,003 ,998
NPM -,080 ,074 -,186 -1,087 ,285
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa variabel independen current ratio dan net profit margin lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah suatu model Regresi Linier terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Berikut tabel hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,731a ,535 ,507 ,6082368204 1,413
Tabel 5.7
Persamaan Durbin Watson
Kriteria Ragu-ragu Ragu-ragu
Hasil
Negatif Bebas Positif
Dwhitung dl du 4-du 4-dl Max
1,413 1,20619 1,31499 2,68501 2,79381 4 Bebas
Pada penelitian ini, nilai Durbit Watson Hitung adalah 1,413. Angka D-W tersebut diantara nilai du = 1,31499 dan 4-du = 2,68501 (du<DW<4-du), hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi dalam penelitian ini.
4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan bentuk analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah current ratio (X1) dan net profit margin (X2) dan sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham (Y).
Berikut tabel hasil uji regresi linear berganda : Tabel 5.9
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,312 ,362 28,511 ,000
CURRENT RATIO -,646 ,153 -,502 -4,218 ,000
NPM ,670 ,140 ,572 4,805 ,000
Berdasarkan tabel diatas maka persamaan regresi linear berganda yaitu sebagai berikut:
Y = 10,312 - 0,646 (X1) + 0,670 (X2) + e
Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta (α)
Nilai konstanta yang diperoleh sebesar 10,312. Hal ini berarti bahwa jika variabel independen (current ratio dan net profit margin) adalah nol, maka besarnya harga saham adalah sebesar konstanta 10,312.
b. Koefisien Regresi Variabel Current Ratio
Nilai koefisien regresi variabel current ratio sebesar -0,646. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari current ratio maka akan mengakibatkan penurunan terhadap harga saham sebesar 0,646.
Nilai koefisien β dari variabel X1 bernilai negative yaitu -0,646.
Berdasarkan tabel analisis regresi linear berganda nilai signifikan adalah 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang artinya current ratio berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
c. Koefisien Regresi Variabel Net Profit Margin
Nilai koefisien regresi variabel net profit margin sebesar 0,670. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari net profit margin maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap harga saham sebesar sebesar 0,670. Nilai koefisien β dari variabel X2 bernilai positif yaitu 0,670. Berdasarkan tabel analisis regresi linear berganda nilai signifikan adalah 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang artinya net profit margin berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
5. Pengujian Hipotesis a. Uji t parsial
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 5. 10 Uji T Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,312 ,362 28,511 ,000
CURRENT RATIO -,646 ,153 -,502 -4,218 ,000
NPM ,670 ,140 ,572 4,805 ,000
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat disimpulkan bahwa mengenai uji hipotesis dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Current Ratioterhadap variabel Harga Saham
Adanya pengaruh negative secara parsial pada current ratio terhadap harga saham. Hasil output regresi menunjukkan bahwa nilai signifikan pada variabel current ratio yaitu sebesar 0,000 dimana nilai yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat nilai signifikansi yaitu 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variable current ratio berpengaruh negative dengan nilai t hitung sebesar -4,218 dan secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima.
2. Variabel Net Profit Margin terhadap variabel Harga Saham
Adanya pengaruh positif secara parsial pada variabel net profit margin terhadap harga saham. Berdasarkan hasil output regresi menunjukkan