Gede 83
Gede
Sejarah dan Karakteristik Letusan
Gede adalah gunungapi aktif tipe A yang berada di Jawa Barat. Secara administratif gunungapi ini terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. Koordinat geografis puncak gunungapi ini berada pada 6° 47’ LS dan 106°
59’ BT dengan ketinggian maksimum 2692 m di atas permukaan laut.
Gunungapi Gede bertipe strato dan mempunyai beberapa kawah, yaitu Kawah Gumuruh, Kawah Gedeh, Kawah Sela, Kawah Ratu, Kawah Lanang, Kawah Wadon, dan Kawah Baru. Pada bagian barat dan utara, gunung ini dibatasi oleh Gunung Pangrango yang membentuk gunungapi kembar dengan Gunung Gede. Pada arah yang lain, gunungapi ini dibatasi oleh kelompok gunungapi tua.
Kawah Ratu yang merupakan kawah utama Gunung Gede, mempunyai diameter 300 m dengan dinding yang curam.
Kawah Lanang merupakan kawah aktif dengan ukuran 230 x 170 m dengan dinding kawah sangat terjal. Kawah Baru terletak di dalam Kawah Gede, Kawah Wadon terletak di bagian utara Kawah Gede dengan ukuran 149 x 80 m,
Informasi Umum
dicirikan oleh lapangan solfatara dan fumarola. Pada saat ini kawah yang paling aktif adalah Kawah Lanang dan Kawah Wadon.
Dalam sejarahnya Gunung Gede telah mengalami beberapa kali erupsi. Menurut Kusumadinata (1979) Gunung Gede tercatat sudah mengalami erupsi sebanyak 27 kali, yaitu pada tahun 1747, 1748, 1761, 1832, 1834, 1840, 1843, 1845, 1847, 1848, 1852, 1853, 1866, 1870, 1888, 1889, 1891, 1909, 1946, 1947, 1948, 1949, 1955, dan 1956.
Karakter erupsi G. Gede pada umumnya berupa erupsi ekplosif berskala kecil dan berlangsung singkat yang mengeluarkan material berukuran abu hingga pasir halus dengan interval waktu istirahat aktivitas terpendek 1 tahun dan terpanjang 71 tahun. Sepanjang sejarah letusannya Indeks Besaran Letusan (Volcanic Explosivity Index, VEI) Gunung Gede berkisar antara 1 dan 3. Letusan dengan
Gede 85 indeks paling tinggi (VEI 3) terjadi pada tahun 1747-1748,
1832, 1840, dan 1853. Namun demikian letusan dengan VEI 2 merupakan letusan yang paling sering terjadi di Gunungapi Gede.
Erupsi 1747-1748 diduga mengeluarkan aliran lava dari Kawah Lanang. Pada tahun 1890 diduga terjadi awan panas namun tidak ada laporan mengenai korban jiwa.
Sejak erupsi terakhir pada tahun 1956 hingga kini Gunung Gede dalam keadaan istirahat, kecuali beberapa kali terjadi peningkatan kegempaan.
Vocanic Explosivity Index G. Gede sepanjang sejarah erupsinya.
Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi bencana letusan gunungapi dengan target utama memberikan peringatan dini yang sudah dilakukan di G. Gede dimulai dengan melakukan riset dasar yang diperlukan dalam memahami karakter letusan Gunung Gede, yaitu dengan melakukan pemetaan geologi dan riset kebumian lainnya. Data-data tersebut sangat diperlukan dalam pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Gede yang terakhir dibuat pada tahun 2008 (Hadisantono, dkk).
Selain itu dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat dilaksanakan sosialisasi mengenai bahaya-bahaya letusan
Gunung Gede, sosialisasi mengenai Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Gede dan publikasi-publikasi mengenai G. Gede yang bersifat populer.
Monitoring Gunungapi baik visual maupun instrumental merupakan hal yang sangat penting dalam strategi Mitigasi Gunungapi. Di Gunung Gede telah terpasang 8 stasiun sesimik di Bedogol (BDGL), Kaduspukur (KDP), Mangkurajo (MKR), Mekarwangi (MKW), Citeko (CTK), Culamega (CLM), Gunung Putri (PTR), dan Puncak (PUN). Selain itu dilengkapi pula dengan 5 stasiun repeater di Repeater Hadun (RHDN), Gunung Kencana (GKCN), Gunung Geulis
(GLSR), Pasir Sumbul (PSBL) dan VILLA. Empat stasiun GPS Mangkurajo (MKR), Mekarwangi (MKW), Pasir Sumbul (PSBL), dan Gunung Putri (PTR). Dua stasiun tiltmeter di
Peta lokasi jaringan pemantauan G. Gede
Mangkurajo (MKR) dan Puncak (PUN). Satu stasiun Multigas di Puncak (PUN) dan sat CCTV di RM Bumiaki.
Gede 87
Peta Kawasan Rawan Bencana dan Potensi Ancaman Jiwa
Pada dasarnya kawasan rawan bencana gunungapi dibagi menjadi kawasan rawan bencana terhadap aliran massa dan kawasan rawan bencana terhadap material lontaran.
Berdasarkan Peta KRB Gunung Api, kawasan rawan bencana gunung api Gunung Gede di bagi menjadi KRB III, KRB II, dan KRB I.
Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang berpotensi tinggi terlanda lahar letusan, aliran lahar (hujan), awan panas, gas racun, lontaran batu dengan ukuran maksimum lebih besar dari 64 mm, dan hujan abu lebat. KRB III terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna merah tua, dan KRB III terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan daerah yang diarsir dengan warna merah dalam lingkaran berdiameter 1,5 km dari sumber erupsi.
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi sedang terlanda lahar letusan, awan panas, aliran lava, aliran lahar (hujan), lontaran batu dengan ukuran maksimum 64 mm, dan hujan abu lebat. KRB II terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna merah muda, dan KRB II terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan kawasan yang diarsir dengan warna merah muda diantara lingkaran dengan radius 1,5 km dan radius 5 km.
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar, lontaran batu dengan ukuran maksimum 10 mm dan hujan abu lebat. KRB I terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna kuning, dan KRB I terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan kawasan yang diarsir dengan warna kuning diantara lingkaran dengan radius 5 km dan radius 10 km.
Tidak ada satupun desa yang permukimannya berada di dalam KRB III terhadap aliran massa maupun lontaran batu, namun banyak desa-desa dengan permukimannya berada dalam KRB II dan KRB I baik terhadap aliran massa maupun lontaran batu. Tabel pada halaman-halaman berikut ini adalah daftar desa yang mempunyai permukiman berada dalam kawasan rawan bencana.
Untuk letusan yang sifatnya kecil maka kawasan yang paling berpotensi terlanda produk letusan adalah Kawasan Rawan Bencana III terhadap aliran massa dan kawasan dengan radius 1,5 km dari pusat letusan (kecuali hujan abu bisa turun dimana-mana), oleh karena itu saat terjadi letusan, meskipun sifatnya letusan kecil kawasan tersebut tidak boleh ada aktivitas manusia. Tidak perlu dilakukan evakuasi penduduk karena seluruh permukiman berada di luar KRB III.
Apabila letusan makin membesar dan mengarah ke skenario letusan terburuk, maka produk letusan yang berupa aliran massa seperti awan panas, lahar letusan, aliran lava dan aliran lahar (hujan) berpotensi melanda KRB II bahkan ke KRB I. Karena itu penduduk yang berdiam di permukiman yang masuk dalam KRB harus dievakuasi dengan memprioritaskan penduduk yang berdiam di permukiman-permukiman yang berada dalam KRB aliran massa.
Dalam skenario terburuk tidak semua penduduk sebagaimana tercantum pada tabel harus dievakuasi.
Hal ini dikarenakan karena tidak semua dusun/kampung/
permukiman dalam satu desa berada dalam KRB. Namun demikian sebagian besar penduduk Desa Cimacan dan sebagian kecil penduduk Desa Palasari, Ciloto, dan
Sindanglaya yang semuanya termasuk ke dalam Kecamatan Cipanas diprioritaskan harus segera dievakuasi karena ketiga desa tersebut berada dalam KRB II aliran massa dan KRB II bahaya lontaran. Selain itu satu desa di Kecamatan Pacet yaitu Desa Sukatani separuh penduduknya harus dievakuasi karena berada dalam KRB II bahaya lontaran.
Sementara itu desa-desa lain dalam daftar harus dilakukan pemetaan secara detail permukiman-permukiman mana saja yang harus dievakuasi, oleh sebab itu data spasial sampai setingkat kampung/dusun harus terus-menerus diperbaharui.
No Kabupaten Kecamatan Desa
KRB II KRB I
Jumlah Penduduk Aliran
Massa
Lontaran Batu
Aliran Massa
Lontaran Batu
1 Cianjur Cipanas Sindanglaya x √1 √1 √4 17.263
2 Cianjur Cipanas Cimacan √3 √1 √1 √4 19.561
3 Cianjur Cipanas Palasari √1 x x √4 11.870
4 Cianjur Cipanas Ciloto √1 x x √4 9.462
5 Cianjur Pacet Sukatani x √2 x √4 12.809
6 Cianjur Pacet Cipendawa x x √1 √4 20.057
7 Cianjur Pacet Ciherang x x √1 √4 16.954
8 Cianjur Pacet Ciputri x x √1 √4 11.173
9 Cianjur Cugenang Galudra x x x √4 4.348
10 Cianjur Cugenang Sukamulya x x x √4 5.710
11 Cianjur Cugenang Nyalindung x x x √4 5.008
12 Cianjur Cugenang Mangunkerta x x x √2 6.817
13 Cianjur Cugenang Sarampad x x √1 √2 7.270
14 Cianjur Cugenang Padaluyu x x x √2 7.950
15 Cianjur Cugenang Talaga x x x √2 5.917
16 Cianjur Cugenang Cibeureum x x √1 √4 8.946
17 Cianjur Cugenang Cirumput x x x √2 6.691
18 Cianjur Warungkondang Bunikasih x x √1 √2 5.890
19 Cianjur Warungkondang Tegalega x x √1 √2 4.953
20 Cianjur Warungkondang Mekarwangi x x x √1 5.517
Daftar desa-desa yang permukimannya berada dalam Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gede
Gede 89
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Gede.
No Kabupaten Kecamatan Desa
KRB II KRB I
Jumlah Penduduk Aliran
Massa
Lontaran Batu
Aliran Massa
Lontaran Batu
21 Cianjur Gekbrong Kebonpeuteuy x x √1 √2 6.759
22 Cianjur Gekbrong Gekbrong x x x √2 8.213
23 Sukabumi Sukalarang Titisan x x √1 √1 10.706
24 Sukabumi Sukalarang Sukalarang x x x √2 9.468
25 Sukabumi Sukalarang Sukamaju x x x √2 6.122
26 Sukabumi Sukaraja Margaluyu x x x √2 6.732
27 Sukabumi Sukaraja Selawi x x x √1 7.746
28 Sukabumi Sukaraja Langensari x x √1 √1 9.746
29 Sukabumi Sukaraja Cisarua x x x √3 7.267
30 Sukabumi Sundajaya Girang Sundajaya Girang x x x √1 8.316
31 Sukabumi Perbawati Perbawati x x √1 √1 7.222
32 Sukabumi Kadudampit Undrusbinangun x x x √1 4.851
33 Sukabumi Kadudampit Cipetir x x x √1 5.556
34 Sukabumi Kadudampit Sukamaju x x x √1 7.858
35 Sukabumi Kadudampit Gedepangrango x x x √3 6.733
36 Sukabumi Kadudampit Sukamanis x x x √1 6.055
37 Bogor Cisarua Tugu Selatan x x x √2 18.447
38 Bogor Cisarua Cibeureum x x x √1 14.608
Catatan:
x Tidak ada permukiman dalam KRB
√1 Desa dengan jumlah permukiman sebagian kecil dalam KRB
√2 Desa dengan jumlah permukiman separuhnya dalam KRB
√3 Desa dengan jumlah permukiman sebagian besar dalam KRB
√4 Desa dengan jumlah permukiman seluruhnya dalam KRB
Salak 91