Guntur 117
Guntur
Gunungapi Guntur (1801 m dpl) adalah salah satu gunungapi aktif tipe A yang terletak di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografi puncak G. Guntur terletak pada 07º 09’ 20” LS dan 107º 51’05 BT. Di daerah puncak terdapat beberapa sisa aktivitas gunungapi tua yang berdekatan dan membentuk kelurusan berarah barat laut – tenggara, yaitu Puncak Kabuyutan, Parukuyan, Masigit (yang merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian 2249 m dpl) dan Gandapura. Rangkaian gunungapi ini diperkirakan mempunyai sumber magma yang sama. Di kaki tenggara G. Guntur tersebar bukit-bukit kecil yang keberadaannya terjadi akibat dari longsoran gunungapi.
Informasi Umum
Setelah letusan terakhir di tahun 1847, G. Guntur belum pernah meletus. Akan tetapi aktivitas seismik G. Guntur terpantau cukup tinggi. Alasan ini pula yang menyebabkan mengapa sistem pemantauan G. Guntur terus dikembangkan, selain dengan keberadaannya yang dekat dengan Kota Garut dan beberapa objek wisata yang padat penduduk. Pemantauan aktivitas vulkanik G. Guntur dilakukan dari Pos Pengamatan G. Guntur yang terletak di Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler. Peralatan pemantauan gunungapi, seperti metode visual, seismik, dan deformasi, dipasang baik di Pos PGA Guntur maupun di sekitar dan puncak G. Guntur untuk memantau secara menerus aktivitas gunung.
Foto G. Guntur, diambil dari Pos PGA Guntur yang terletak di sebelah baratdaya G. Guntur.
Guntur 119
Sejarah dan Karakteristik Letusan
Kegiatan gunungapi di Kompleks G. Guntur telah dimulai lebih dari 330.000 tahun silam. G. Guntur yang merupakan gunungapi termuda dan masih aktif hingga kini, telah memulai kegiatannya sejak 50.000 tahun yang lalu. Sejak akhir abad ke-17, yaitu dari tahun 1690 hingga 1847, setidaknya tercatat 19 letusan. Durasi letusan berkisar antar 5-12 hari dengan interval waktu antar letusan 1-3 tahun (terpendek), 6-7 tahun, bahkan mencapai 38 tahun (menengah), dan 80 tahun (terpanjang). Sejak letusan terakhir di tahun 1847, lebih dari 173 tahun G. Guntur belum pernah meletus lagi hingga saat ini. Namun demikian, beberapa kali terjadi krisis kegempaan seperti yang terjadi di tahun 1996, 1997, 2002, dan 2013.
Mengacu sejarah letusan G. Guntur, karakter letusan yang diperlihatkan G. Guntur adalah letusan eksplosif dan efusif, dengan Volcanic Eruption Index (VEI) antara 2 – 3 (Sumber:
GVP, Smithsonian Institute). Letusan eksplosif terbesar (VEI 3) pernah terjadi pada tahun 1690 dan Januari 1843,
sedangkan erupsi efusif terjadi pada tahun 1841 (VEI 2) yang menghasilkan aliran lava kearah Cipanas.
KRB dan Potensi Ancaman Bahaya
Untuk menjelaskan tingkat kerawanan kawasan bila G. Guntur meletus, maka dibuatlah peta Kawasan Rawan Bencana G. Guntur (M.N. Kartadinata dan E.K.
Abdurachman, 2015) yang terbagi dalam 3 kawasan, yaitu:
1. KRB III adalah kawasan yang berpotensi tinggi terlanda awan panas, aliran lava, kemungkinan longsoran puing, aliran lava, dan lontaran batu (pijar). Berdasarkan sejarah erupsinya serta lokasi pusat erupsi saat ini, erupsi yang akan diperkirakan terbatas di sekitar kawah Guntur dan Masigit. Namun demikian, KRB III terhadap aliran
massa meliputi areal dari Kawah Guntur dan Masigit meluas kearah baratlaut dan tenggara.
2. KRB II adalah kawasan yang berpotensi sedang terlanda perluasan awan panas, longsoran puing vulkanik, aliran lahar, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
3. KRB I adalah kawasan yang berpotensi terkena aliran lahar dan atau tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Apabila letusan membesar, kawasan ini berpotensi rendah terlanda perluasan awan panas, aliran lava, dan guguran puing serta berpotensi tertimpa material
Grafik interval letusan G. Guntur. Tahun 1690 adalah letusan G.
Guntur yang pertama kali tercatat.
jatuhan berupa hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) berukuran maksimum 10 mm. Daerah yang berpotensi terlanda lahar umumnya di sepanjang sungai/di dekat lembah atau pada bagian hilir sungai.
Daerah yang masuk dalam KRB baik III, II, maupun I saat ini beberapa lokasi menjadi objek wisata yang tentunya menjadi tantangan dalam strategi mitigasi bencana di G. Guntur. Beberapa objek wisata tersebut seperti yang masuk dalam KRB II di antaranya: Kawasan Wisata Cipanas, Tarogong. Dalam masa liburan seperti liburan Idul Fitri, pengunjung kawasan ini dapat mencapai lebih dari 33 ribu wisatawan (Data: 6-9 Juni 2019). Selain itu pula terdapat peternakan sapi yang terletak di Desa Sukawangi, Tarogong Kaler yang membuat perekonomian di sekitarnya menggeliat.
Dalam “Penyempurnaan Masterplan Kawasan Rawan Bencana Perkotaan Garut 2019” yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kab. Garut, total penduduk yang masuk kawasan rawan letusan G. Guntur (2019) berjumlah 207.368 jiwa. Namun, data dalam masterplan ini menunjukkan perbedaan dalam nama kecamatan/desa yang terdampak dan jumlah penduduknya.
Dengan merujuk pada informasi kecamatan/desa yang ada dalam Peta KRB 2015, Tabel Desa Terdampak dan Jumlah Penduduk menggunakan 2 sumber data penduduk yang masuk dalam KRB G. Guntur:
• Penyempurnaan Masterplan Kawasan Rawan Bencana Perkotaan Garut 2019
• Data jumlah penduduk bersumber dari data BPS tahun 2018
No Kecamatan Desa Jumlah
Penduduk
KRB Keterangan
II I
1 Samarang Tanjung Karya 4.241 √ **
2 Samarang Cinta Rakyat 5.927 √ **
3 Samarang Sirnasari 4.302 √ **
4 Samarang Samarang 8.198 √ **
5 Samarang Cintaasih 4.244 √ **
6 Samarang Sukalaksana 3.921 √ **
7 Samarang Sukakarya 6.166 √ **
8 Samarang Parakan 4.331 √ **
9 Samarang Tanjungkarya 4.241 √ **
10 Samarang Cisarua 4.515 √ **
11 Tarogong Kidul Haurpanggung 14.758 √ *
12 Tarogong Kidul Sukakarya 6.166 √ **
Tabel Desa Terdampak dan Jumlah Penduduk
Guntur 121
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Guntur
No Kecamatan Desa Jumlah Penduduk
KRB Keterangan
II I
13 Tarogong Kidul Tarogong 5.690 √ √ *
14 Tarogong Kidul Sukagalih 15.308 √ *
15 Tarogong Kidul Mekargalih 7.217 √ *
16 Tarogong Kidul Jayagara 11.610 √ *
17 Tarogong Kidul Pataruman 7.638 √ *
18 Tarogong Kidul Jayawaras 12.147 √ *
19 Tarogong Kidul Sukajaya 12.470 √ *
20 Tarogong Kaler Sirnajaya 9.911 √ *
21 Tarogong Kaler Mekarjaya 4.110 √ **
22 Tarogong Kaler Rancabango 14.941 √ √ *
23 Tarogong Kaler Langensari 8106 √ *
24 Tarogong Kaler Cimanganten 8.104 √ *
25 Tarogong Kaler Jati 13.008 √ *
26 Tarogong Kaler Tanjungkamuning 6.982 √ *
27 Tarogong Kaler Sukajadi 328 √ * Dalam KRB 2015 masuk KRB II dan I
28 Tarogong Kaler Mekarwangi 6.219 √ *
29 Tarogong Kaler Pananjung 11.051 √ *
30 Tarogong Kaler Pasawahan 11.482 √ *
31 Tarogong Kaler Sukawangi 3.815 √ **
32 Banyuresmi Sukasenang 9.640 √ √ *
33 Banyuresmi Sukakarya 6.429 √ **
34 Banyuresmi Sukaraja 5.888 √ **
35 Banyuresmi Pamekarsari 5.745 √ **
36 Banyuresmi Sukaratu 2.614 √ *
37 Leles Haruman 6.515 √ √ **
38 Leles Dano 6.261 √ √ **
Guntur 123
No Kecamatan Desa Jumlah
Penduduk
KRB Keterangan
II I
39 Leles Jangkurang 7.992 √ **
40 Leles Lembang 4.987 √ **
41 Leles Cipancar 4.778 √ **
42 Leles Kandangmukti 3.986 √ **
43 Leles Ciburial 5.850 √ **
44 Leles Salamnunggal 5.057 √ **
45 Leles Leles 4.987 √ **
46 Leles Cangkuang 9.259 √ **
47 Leles Margaluyu 7.557 √ **
48 Kadungora Rancasalak 9.026 √ **
49 Kadungora Mandalasari 6.988 √ **
50 Kadungora Hegarsari 2.082 √ **
51 Kadungora Karangmulya 7.597 √ **
52 Kadungora Karangtengah 6.260 √ **
53 Kadungora Gandamekar 6.671 √ **
54 Kadungora Kadungora 4.223 √ **
55 Kadungora Cisaat 4.188 √ **
56 Kadungora Cikembulan 4.506 √ **
57 Kadungora Neglasari 5.615 √ **
58 Garut Kota Cintarasa ? √ Tidak ada datanya
59 Garut Kota Sukamentri 11.368 √ *, Kelurahan
60 Ibun Laksana 8.263 √ **
61 Ibun Talun 6.675 √ **
62 Ibun Lampegan 7.764 √ **
63 Karangpawitan Lengkongjaya 5.103 √ **, Kelurahan. Dalam KRB 2015, kec. ini tidak tercantum
Sistem Pemantauan
Salah satu strategi mitigasi bencana letusan adalah dengan melakukan pemantauan aktivitas G. Guntur secara intensif 24 jam. Dibangun juga Pos Pengamatan G. Guntur yang terletak di Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong, Kab.
Garut yang berdiri sejak tahun 1985 yang digunakan untuk memantau operasional peralatan dan data pemantauan yang terekam di Pos PGA. Di Pos PGA Guntur ada 4 orang Pengamat Gunungapi yang juga bertugas di antaranya membuat laporan aktivitas G. Guntur setiap harinya.
Dengan menerapkan berbagai macam metode pemantauan gunungapi, seperti visual, seismik dan deformasi, hingga saat ini jaringan pemantauan G. Guntur dilengkapi dengan 5 stasiun seismik, 4 stasiun GPS, dan 2 stasiun Tiltmeter yang dipasang baik di puncak maupun lereng dan sekitar G. Guntur.
Jaringan Pemantuan G. Guntur
Ciremai 125