• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadis Ahad

Dalam dokumen Buku Ulumul Hadis-Kompilasi (Halaman 146-150)

BAB XIII PENGKLASIFIKASIAN HADIS

A. Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Perawinya

2. Hadis Ahad

138

mutawatir „amali cukup banyak. Diantaranya, shalat janazah, shalat „ied, dan kadar zakat harta.

c. Kedudukan Hadis Mutawatir

Seperti telah disinggung, Hadis-Hadis yang termasuk kelompok Hadis mutawatir adalah Hadis-Hadis yang pasti (qath‟i atau maqth‟u) berasal dari Rasulullah SAW. Para ulama menegaskan bahwa Hadis mutawatir membuahkan “ilmu qath‟i” (pengetahuan yang pasti), yakni pengetahuan yang pasti bahwa perkataan, perbuatan atau persetujuan berasal dari Rasulullah SAW. Para ulama juga biasa menegaskan bahwa Hadis mutawatir membuahkan “ilmu dharuri” (pengetahuan yang sangat mendesak untuk diyakini atau dipastikan kebenarannya), yakni pengetahuan yang tidak dapat tidak harus diterima bahwa perkataan, perbuatan, atau persetujuan yang disampaikan oleh Hadis itu benar-benar perkataan, perbuatan, atau persetujuan Rasulullah SAW.

Taraf kepastian bahwa Hadis mutawatir itu sungguh-sungguh berasal dari Rasulullah SAW, adalah penuh dengan kata lain kepastiannya itu mencapai seratus persen.

Oleh karena itu, kedudukan Hadis mutawatir sebagai sumber ajaran Islam tinggi sekali. Menolak Hadis mutawatir sebagai sumber ajaran Islam sama halnya dengan menolak kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Kedudukan Hadis mutawatir sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi dari kedudukan Hadis ahad.

139

jamaknya, berarti satu-satu. Hadis ahad menurut bahasa berarti Hadis satu- satu. Sebagaimana halnya dengan pengertian Hadis mutawatir, maka pengertian Hadis ahad, menurut bahasa terasa belum jelas. Oleh karena itu, ada batasan yang diberikan oleh ulama batasan Hadis ahad antara lain berbunyi: Hadis ahad adalah Hadis yang para rawinya tidak mencapai jumlah rawi Hadis mutawatir, baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima atau seterusnya, tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa Hadis dengan jumlah rawi tersebut masuk dalam kelompok Hadis mutawatir.

b. Pembagian Hadis Ahad

1. Hadis Masyhur (Hadis Mustafidah)

Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer. Mustafidah menurut bahasa juga berarti yang telah tersebar atau tersiar. Jadi menurut bahasa Hadis masyhur dan Hadis mustafidah sama-sama berarti Hadis yang sudah tersebar atau tersiar. Atas dasar kesamaan dalam pengertian bahasa para ulama juga memandang Hadis masyhur dan Hadis mustafidah sama dalam pengartian istilah ilmu Hadis yaitu: Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih, dan beliau mencapai derajat Hadis mutawatir. Sedangkan batasan tersebut, jumlah rawi Hadis masyhur (Hadis mustafidah) pada setiap tingkatan tidak kurang dari tiga orang, dan bila lebih dari tiga orang, maka jumlah itu belum mencapai jumlah rawi Hadis mutawatir.

Contoh Hadis masyhur (mustafidah) adalah Hadis berikut ini:

Yang artinya:

“Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin tidak mengganggu oleh lidah dan tangannya”. (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, dan Turmudzi).

140

Hadis di atas sejak dari tingkatan pertama (tingkatan sahabat Nabi) sampai ke tingkat imam-imam yang membukukan Hadis (dalam hal ini adalah Bukhari, Muslim, dan Turmudzi) diriwayatkan oleh tidak kurang dari tiga rawi dalam setiap tingkatan.

2. Hadis ‘Aziz

„Aziz menurut bahasa, berarti: yang mulai atau yang kuat dan juga berarti jarang. Hadis „aziz menurut bahasa berarti Hadis yang mulia atau Hadis yang kuat atau Hadis yang jarang, karena memang Hadis „aziz itu jarang adanya. Para ulama memberikan batasan sebagai berikut: Hadis „aziz adalah Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, kendati dua rawi itu pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh banyak rawi.

Berdasarkan batasan di atas, dapat dipahami bahwa bila suatu Hadis pada tingkatan pertama diriwayatkan oleh dua orang dan setelah itu diriwayatkan oleh lebih dari dua rawi maka Hadis itu tetap saja dipandang sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu termasuk Hadis „aziz.

Contoh Hadis „aziz adalah Hadis berikut ini:

Yang artinya:

“Rasulullah SAW bersabda: “Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di dunia) dan yang paling terdahulu di hari qiamat” (Hadis Riwayat Hudzaifah dan Abu Hurairah).

Hudzaifah dan Abu Hurairah yang dicantumkan sebagai rawi Hadis tersebut adalah dua orang sahabat Nabi, walaupun pada tingkat selanjutnya Hadis itu diriwayatkan oleh lebih dari dua orang rawi, namun Hadis itu tetap saja dipandang sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu termasuk Hadis „aziz.

141

3. Hadis Gharib

Gharib, menurut bahasa berarti jauh, terpisah, atau menyendiri dari yang lain. Hadis gharib menurut bahasa berarti Hadis yang terpisah atau menyendiri dari yang lain. Para ulama memberikan batasan sebagai berikut:

Hadis gharib adalah Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi (sendirian) pada tingkatan maupun dalam sanad.

Berdasarkan batasan tersebut, maka bila suatu Hadis hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi dan baru pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, Hadis tersebut tetap dipandang sebagai Hadis gharib.

Contoh Hadis gharib itu antara lain adalah Hadis berikut:

Yang artinya:

“Dari Umar bin Khattab, katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Amal itu hanya (dinilai) menurut niat, dan setiap orang hanya (memperoleh) apa yang diniatkannya” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim dan lain-lain).

Kendati Hadis ini diriwayatkan oleh banyak imam Hadis, termasuk Bukhari dan Muslim, namun Hadis tersebut pada tingkatan pertama hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi, yaitu Umar bin Khattab, dan pada tingkatan kedua juga diriwayatkan oleh hanya satu orang tabi‟in, yaitu

„Alqamah. Dengan demikian Hadis itu dipandang sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang dan termasuk Hadis gharib.

c. Kedudukan Hadis Ahad

Bila Hadis mutawatir dapat dipastikan sepenuhnya berasal dari Rasulullah SAW, maka tidak demikian Hadis ahad. Hadis ahad tidak pasti berasal dari Rasulullah SAW, tetapi diduga (zhanni dan mazhnun) berasal dari beliau. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa Hadis ahad

142

mungkin benar berasal dari Rasulullah SAW, dan mungkin pula tidak benar berasal dari beliau.

Karena Hadis ahad itu tidak pasti (hgairu qath‟i atau ghairu maqthu‟), tetapi diduga (zhanni atau mazhnun) berasal dari Rasulullah SAW, maka kedudukan Hadis ahad, sebagai sumber ajaran Islam, berada dibawah kedudukan Hadis mutawatir. Lain berarti bahwa bila suatu Hadis, yang termasuk kelompok Hadis ahad, bertentangan isinya dengan Hadis mutawatir, maka Hadis tersebut harus ditolak.

Dalam dokumen Buku Ulumul Hadis-Kompilasi (Halaman 146-150)