• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil belajar mahasiswa didapatkan setelah pemberian tes disetiap akhir pertemuan. Hasil belajar yang didapat dikerjakan oleh mahasiswa secara individu setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD. Mahasiswa diberikan dua kali tes, yakni pretest dan posttest. Pada pretest diberikan soal pembuatan pola dasar berdasarkan ukuran standar (M), sedangkan pada soal posttest mahasiswa diberikan soal pembuatan pola dasar berdasarkan ukuran individu. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program Ms. Excel 2007, didapat rata-rata nilai tes hasil belajar mahasiswa kelas KP-A sebesar 66,90 pada pretest dan 83,82 pada posttest.. Dari kedua perhitungan rata-rata data tunggal tes hasil praktikum mahasiswa, didapatkan peningkatan hasil belajar

65 menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD. Hasil rata-rata didapat dari hitungan (mean) data tunggal dibawah ini :

𝑋̅1=∑Xi

n ...(4.1) 𝑋̅1 = ∑Xi

n = (1538,9)

23 = 66,908 𝑋̅2 = ∑Xi

n = (1927,8)

23 = 83,816 2. Angket Respon Mahasiswa

Respon mahasiswa didapatkan dengan pengisian angket oleh mahasiswa di akhir pelaksanaan penelitian. Angket respon diisi oleh mahasiswa kelas KP-A. Rata-rata respon yang diberikan oleh mahasiswa dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memakai metode yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

Rekapitulasi pengisian angket oleh mahasiswa didapatkan rata-rata sebesar 71%

atau terletak pada interval antara 61%-80%. Dalam hal ini kriteria penggunaan model pembelajaran kooperatif metode STAD adalah baik. Penggunaan model ini dapat dilanjutkan pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran basic pattern making terhadap hasil belajar mahasiswa kelas KP-A Ubaya berlangsung sesuai perencanaan pada RPP dengan rata-rata pada kedua pertemuan adalah 66,90 pada pretest dan 83,82 pada posttest.

2. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD mendapatkan respon baik dari mahasiswa sebagai pelaksana pembelajaran. Hasil rekapitulasi respons mahasiswa sebesar 82,1%.

66

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Helen Joseph. 2010. Patternmaking for Fashion Design. New Jersey: Pearson.

Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal.

89-93.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning – Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif – Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

DR. C. Asri

Riduwan. 2007. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning – Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

67 KESIAPAN EMPLOYABILITY SKILLS SISWA SMK KOMPETENSI

KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN UNTUK MEMASUKI DUNIA KERJA

Rahajeng Kartika Sari1 , Wahyu Nur Hidayat2

1) SMKN 2 Probolinggo

2) Politeknik Negeri Malang

[email protected]

ABSTRAK

Pada era kompetensi abad XXI, dunia usaha dan industri tidak hanya membutuhkan kualifikasi tenaga kerja yang memiliki technical skills yang handal, tetapi juga keterampilan non-teknis yang seimbang. Keterampilan non- teknis tersebut biasa disebut dengan employability skills yang meliputi keterampilan berkomunikasi, kerjasama dalam tim, memecahkan masalah, mengambil inisiatif, manajemen kegiatan, mengolah diri, kemampuan dalam belajar, penggunaan teknologi, manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, dan keterampilan dalam peningkatan kualitas individu. Penyiapan siswa SMK agar memiliki technical skills dan employability skills berpangkal pada implementasi pembelajaran di sekolah. Pengukuran technical skills biasa dilakukan melalui kegiatan evaluasi formatif dan sumatif, sedangkan untuk pengukuran employability skills hanya terbatas pada penilaian afektif yang kurang komprehensif. Artikel penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan employability skills siswa SMK kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) kelas XII SMKN 2 Probolinggo sejumlah 113 siswa menggunakan pendekatan kuantitatif rancangan non eksperimen jenis survei yang bersifat ex-post facto. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat employability skills siswa SMK masuk dalam kategori tinggi (mean=3,00). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa TKJ SMKN 2 Probolinggo telah memenuhi target capaian Sumber Daya Manusia (SDM) abad XXI, yang meliputi delapan kompetensi. Kompetensi abad XXI yang dimaksud yaitu: (1) keterampilan berkomunikasi, (2) keterampilan bekerja sama dalam tim, (3) keterampilan memecahkan masalah, (4) keterampilan dalam mengambil inisiatif dan berusaha, (5) keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, (6) keterampilan mengolah diri, (7) keterampilan dalam belajar, dan (8) keterampilan menggunakan teknologi.

Kata kunci : employability skills, keterampilan, siswa SMK.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi kebutuhan utama setiap manusia. Pendidikan menciptakan perubahan sikap dan etika pada diri seseorang.

Perubahan tersebut berawal dari yang kurang baik menjadi semakin baik, dari yang kurang paham menjadi semakin paham, dan seterusnya. Masalah pendidikan merupakan masalah yang menyangkut kepentingan semua orang, tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi bangsa di masa sekarang, tapi dampaknya akan dirasakan dimasa mendatang

68

(Kuncoro, 2009:2). Melalui program pendidikan, manusia Indonesia dapat meningkatkan kompetensinya dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan, terlebih lagi dilingkup dunia pendidikan yang lulusannya harus mampu bersaing dengan bangsa lain dan siap untuk mengisi lapangan pekerjaan yang ada.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara substansi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, berjiwa wirausaha, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global. Sistem pendidikan SMK dituntut untuk menghasilkan learning outcome yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Wagiran, 2008:1826). Tujuan tersebut tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 yang menyebutkan tujuan khusus SMK adalah menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Clarke & Winch (2007:62) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya pengembangan sosial ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan peningkatkan kualitas tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatkan produktivitas masyarakat.

Kurikulum pendidikan kejuruan dirancang khusus untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat menguasai suatu bidang keahlian baik dalam aspek soft skills maupun hard skills dengan harapan menjadi SDM yang siap memasuki dunia kerja dan terjun dalam kehidupan bermasyarakat, serta memiliki sikap yang baik dan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa kurikulum pendidikan SMK bertujuan untuk: (1) mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau meluaskan pendidikan dasar; (2) meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya; (3) meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; (4) menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Keberadaan SMK dalam mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) menyebutkan bahwa jumlah pengangguran pada Agustus 2015 mencapai 7,6 juta orang. Tingkat

69 Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan dari 5,81% pada Februari 2015 menjadi 6,18% pada Agustus 2015, dengan rincian TPT untuk pendidikan SMK menempati posisi tertinggi sebesar 12,65%, disusul TPT SMA 10,32%, sedangkan TPT terendah pada tingkat pendidikan SD ke bawah sebesar 2,74%. Survei lain menunjukkan temuan yang cukup memprihatinkan dimana lulusan SMK memiliki persentase terbesar dalam pengangguran dengan perbandingan satu dari enam lulusan SMK masuk kategori menganggur (Widiaty, 2013 dan Jatmoko, 2013).

Fakta empirik tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan kejuruan belum tercapai. Belum semua lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia industri. Bekal keterampilan dan pengetahuan yang didapatkan di sekolah belum cukup menjawab kebutuhan dunia kerja. Beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi masalah tidak terserapnya lulusan pendidikan kejuruan, antara lain:

(1) informasi yang diperoleh tidak cukup mendukung untuk memperoleh pekerjaan; (2) industri pada umumnya mencari tenaga kerja yang berpengalaman; (3) keluhan pihak industri bahwa banyak lulusan SMK tidak memiliki keterampilan yang sesuai, terutama employabilitas untuk dapat survive dan bertahan pada berbagai situasi dan kondisi kerja (Hanafi, 2012:108).

Karakteristik dunia kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan industri pada abad XXI mengalami perubahan dengan cepat (Tome, 2007:336). Salah satu ciri industri abad XXI adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang harus dimiliki oleh para pekerja (Gibb, 2004:7). Hasil survei lain menunjukkan bahwa perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan lebih mengutamakan employability skills/soft skills daripada kemampuan hard skills (Sutabri, 2007). Oleh karena itu, pendidikan yang berorientasi dunia kerja melalui penguasaan keterampilan teknis dan keterampilan employabilitas sangat diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi di abad XII (Esposto & Meagher, 2007:2).

Bennett (2006:1) menyebutkan bahwa tantangan terbesar dunia pendidikan kejuruan adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan pada penguasaan keterampilan yang spesifik (technical skills), dan kemampuan employabilitas (employability skills) yang seimbang. Lulusan

70

SMK dapat menjadi tenaga kerja yang terampil dan berkualitas apabila benar-benar menguasai aspek hard skills dan soft skills (Sudana, 2014:459). Aspek hard skills yaitu kecakapan teknis, sedangkan soft skills adalah kecakapan tingkah laku. Hard skills dan soft skills dibentuk melalui proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahliannya, baik pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pembentukan sikap yang mendukung aspek employability skills/soft skills peserta didik memerlukan proses berkala dan berkelanjutan secara masif dan komprehensif, agar lulusan SMK dapat memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja dan industri serta menjadi tenaga kerja yang profesional.

Dalam penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), terdapat beberapa kompetensi keahlian. Penentuan jenis kompetensi keahlian dipengaruhi oleh kesempatan kerja atau kebutuhan tenaga kerja. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) merupakan salah satu kompetensi keahlian yang menghasilkan lulusan siap berkerja menjadi teknisi TIK, administrator TIK, dan network analyst di pasar kerja global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah menjadikan sebagian besar pekerjaan menggunakan teknologi informasi, sehingga permintaan pasar terhadap program keahlian TKJ tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka penyiapan lulusan TKJ yang sesuai dengan tuntutan abad XXI harus diupayakan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Dari pemaparan yang telah diulas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa lulusan yang berkualitas dari lembaga pendidikan, khususnya SMK, yang sesuai dengan tuntutan dunia industri abad XXI adalah lulusan yang memiliki employability skills yang tinggi, selain kemampuan akademik dan kemampuan teknikal. Oleh karena itu, pada artikel penelitian ini dideskripsikan tentang tingkat employability skills siswa SMK, khususnya kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) untuk memasuki dunia kerja.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data survey dan studi dokumentasi. Survei digunakan untuk mengungkap dan mendeskripsikan data tentang employability skills siswa SMK yang terdiri dari keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama dalam tim, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil inisiatif dan

71 berusaha, keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengolah diri, keterampilan dalam belajar, dan keterampilan menggunakan teknologi. Studi dokumentasi dilakukan untuk mengungkap dan mendeskripsikan jumlah siswa yang aktif pada tahun ajaran 2016/2017 pada sekolah sampel. Populasi penelitian survei ini adalah siswa SMK Negeri 2 Probolinggo kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

Sampel penelitian merupakan siswa kelas XII yang pada tahun ajaran ini akan lulus dengan jumlah sebesar 113 siswa.

Sesuai dengan teknik pengumpulan data, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen dikembangkan berdasarkan variabel penelitian dengan prinsip garpu tala dengan cara menelaah konstruk variabel penelitian, menerjemahkan dalam bentuk kisi-kisi, dan menelaah kondisi di lapangan. Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen terlebih dahulu divalidasi isi oleh ahli (expert judgement) dan dilakukan validasi konstruk secara empirik di lapangan. Hasil validasi ahli masuk dalam kriteria sangat tinggi, sedangkan hasil uji validasi konstruk (validasi butir) menunjukkan bahwa keseluruhan butir masuk dalam kriteria valid.

Analisis selanjutnya adalah uji reliabilitas instrumen, dengan hasil realibilitas masuk dalam kategori sangat reliabel. Kuesioner employability skills menggunakan skala likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu tidak kompeten (1), kurang kompeten (2), kompeten (3), dan sangat kompeten (4).

Sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang ada, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif memberikan gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tentang aspek-aspek employability skills yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram.

Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif yaitu: memberikan skor pada setiap indikator; menentukan nilai rerata; menentukan nilai modus; dan menafsirkan makna.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, analisis dan interpretasi dilakukan pada tiap indikator. Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan pemakaian tabel frekuensi, persentase rerata masing-masing butir digunakan rumus:

Keterangan:

P = persentase yang dicari;

72

F = skor tiap indikator;

N = skor ideal (Sudjana, 2005).

Hasil perhitungan persentase kemudian dikonsultasikan pada kategori penafsiran skor dalam analisis deskriptif data sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1 Kategori Penafsiran Skor dalam Analisis Deskriptif

No. Interval Kategori

1 3,25 – 4,00 Sangat Tinggi

2 2,50 – <3,25 Tinggi

3 1,75 – <2,50 Rendah

4 1,00 – <1,75 Sangat Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan utama pendidikan kejuruan (SMK) adalah mempersiapkan para peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Konsekuensi logis untuk pencapaian tujuan utama tersebut adalah penyelenggaraan pendidikan di SMK, selain harus mampu memberikan keterampilan teknik (technical skills) kepada peserta didiknya, juga harus mampu memberikan berbagai soft skills, termasuk employability skills, yang memungkinkan lulusannya mampu menjadi pekerja yang profesional, maju, dan sukses dalam pekerjaannya. Commenwealth of Australia (2006) menyatakan bahwa employability skills menunjuk pada kompetensi dan berbagai kecakapan non-teknikal yang dapat membuat seseorang mampu berpartisipasi secara efektif dan sukses di tempat kerja.

Kondisi empiris kesiapan employability skills siswa SMKN 2 Probolinggo kompetensi keahlian TKJ untuk memasuki dunia kerja dijabarkan menjadi delapan keterampilan, yaitu: (1) keterampilan berkomunikasi (communication skills), (2) keterampilan bekerja sama dalam tim (teamwork skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan dalam mengambil inisiatif dan berusaha (initiative and enterprise skills), (5) keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan (planning and organizing skills), (6) keterampilan mengolah diri (self- management skills), (7) keterampilan dalam belajar (learning skills), dan (8) keterampilan menggunakan teknologi (technology skills). Hasil analisis kondisi empiris employability skills siswa, secara garis besar disajikan pada Gambar 1. 73

73

Gambar 1 Grafik Rerata Aspek Employability Skills

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aspek Employability Skills sebesar 3,00. Hal ini dapat diartikan bahwa employability skills siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi. Rata-rata keterampilan berkomunikasi (1) siswa masuk dalam kategori tinggi (mean=3,00). Hal ini mempunyai makna bahwa siswa memiliki kemampuan mendengarkan dan memahami presentasi yang disampaikan orang lain; kemampuan menulis untuk mengkomunikasikan pikiran, ide, informasi, dan pesan;

dan kemampuan menyampaikan informasi secara lisan yang baik.

Aspek keterampilan bekerja sama dalam tim merupakan salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam bekerja. Seorang pekerja biasa dihadapkan pada pekerjaan yang harus dikerjakan dalam tim (team work).Keterampilan bekerja sama yang dimiliki siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi (mean=3,14). Hal ini mempunyai arti bahwa siswa memiliki kemampuan mendorong anggota tim untuk berpartisipasi aktif dalam pekerjaan; kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memberikan kontribusi untuk kelompok berupa ide, saran, dan usaha; serta kemampuan membantu orang lain dalam belajar pengetahuan dan keterampilan yang baik. Hal ini terimplementasikan dan terasah dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Keterampilan memecahkan masalah siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi (mean=2,89). Keterampilan pemecahan masalah merupakan kecakapan seseorang, yang mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi, untuk menyelesaikan

2.75 2.80 2.85 2.90 2.95 3.00 3.05 3.10 3.15

1 2 3 4 5 6 7 8

Kompetensi 3.00 3.14 2.89 2.95 2.90 2.97 2.98 3.15

Rata-rata

Grafik Rerata Aspek Employability Skills

74

masalah dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya. Firdaus (2009) juga menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Pada penelitian ini, indikator dari keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuan mengenali permasalahan dalam pekerjaan; kemampuan merumuskan prioritas dalam penyelesaiaan masalah pekerjaan; dan kemampuan mengambil keputusan dalam memilih alternatif pemecahan masalah pekerjaan.

Aspek keterampilan dalam mengambil inisiatif dan berusaha siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi dengan rerata 2,95. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kecakapan menerjemahkan ide ke dalam tindakan nyata, mengidentifikasi peluang untuk berusaha, dan mengembangkan strategi berusaha dengan baik. Keterampilan mengambil inisiatif sangat diperlukan di dunia kerja, untuk memutuskan dan melakukan sesuatu yang benar tanpa harus diberi tahu, mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan berusaha terus bergerak untuk melakukan beberapa hal walau keadaan terasa semakin sulit.

Keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi dengan rerata 2,90. Hal ini menunjukkan bahwa kecakapan siswa dalam mengelola waktu dan prioritas kegiatan, mengambil inisiatif dalam mengatur kegiatan, dan membuat tujuan proyek menjadi jelas dan dapat dilaksanakan baik.

Manajemen waktu dan pengorganisasian yang baik menjadikan kegiatan individu lebih jelas dan terjadwal dengan baik, sehingga setiap yang dilakukannya mempunyai implikasi pada target yang ditetapkan.

Aspek keterampilan mengolah diri siswa SMKN 2 Probolinggo masuk dalam kategori tinggi (mean = 2,97). Hal ini menunjukkan bahwa kecakapan siswa dalam mengelola pengetahuan dan keyakinan dalam menyelesaikan pekerjaan, membuat rencana kerja secara sistematis, dan melaksanakan rencana kerja secara konsisten baik, aspek keterampilan berikutnya adalah keterampilan dalam belajar yang terdiri dari kemampuan memperbarui pengetahuan dan keterampilan untuk mengakomodasi perubahan, kemampuan menerima dan memahami informasi baru dengan cepat, kemampuan dalam belajar pengetahuan dan keahlian baru.

Aspek keterampilan menggunakan teknologi siswa SMKN 2 Probolinggo masuk kategori tinggi dengan rerata 3,15. Hal ini menunjukkan bahwa kecakapan siswa dalam

75 memilih dan menerapkan teknologi yang berkaitan dengan tugas, mengoperasikan komputer dasar, dan memahami fungsi peralatan kerja baik. Selain itu, kompetensi siswa TKJ juga sudah mendekatkan siswa pada digital literacy sehingga pada aspek keterampilan penggunaan teknologi, kemampuan siswa memiliki angka yang baik. Di masa depan, siswa yang tidak menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan semakin jauh tertinggal. Siswa yang dapat berkembang di masa depan adalah siswa yang menguasai TIK karena banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diakses melalui media TIK atau internet.

Berdasarkan paparan data yang telah dijabarkan sebelumnya, employability skills dinilai sangat penting, karena karakteristik pekerjaan saat ini menuntut adanya inisiatif, fleksibilitas, resiliensi (daya juang), dan kemampuan seseorang untuk menangani berbagai jenis pekerjaan. Saat ini, tempat kerja memerlukan tenaga kerja yang tidak hanya mempunyai keterampilan teknik saja, melainkan juga employability skill. Employability skills merupakan sejumlah keterampilan non-teknis yang bersifat dapat ditransfer ke dalam berbagai bidang pekerjaan, yang terdiri dari kemampuan bekerja secara independen, mengelola diri sendiri, bekerja sama dalam tim, beradaptasi dengan perubahan, memecahkan masalah-masalah yang kompleks, serta berpikir secara kreatif dan inovatif (Yorke dan Knight, 2006:9; Hager & Holland, 2006:4; dan Tome, 2007:336).

Tingkat employability skills yang tinggi, dapat membantu para lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan diri sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya serta sukses pada abad XXI.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat digarisbawahi bahwa secara umum employability skills siswa TKJ SMKN 2 Probolinggo tergolong tinggi dengan rata-rata 3,00. Hal ini mengindikasikan bahwa kesiapan employability skills siswa masuk dalam kategori baik untuk siap bekerja di dunia usaha dan dunia industri. Pengembangan employability skills siswa dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas dan luar kelas.

Ini berarti bahwa guna peningkatan keterampilan generik siswa, guru dapat memasukkan aspek employability skills dalam intruksional pembelajaran. Hal ini dikarenakan pentingnya employability skills yang harus dimiliki oleh siswa untuk mampu

76

mendapatkan pekerjaan, eksis pada pekerjaan yang diperolehnya, dan berkembang secara pesat untuk sukses pada pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Berita Resmi Statistik, No. 47/05/Th. XVIII, Tanggal 5 Mei.

Bennett, T.M. 2006. Defining the Importance of Employability Skillsin Career/Technical Education. Disertation (unpublished). Auburn, Alabama: The Graduate Faculty of Auburn University.

Clarke, L & Winch, C. 2007. Vocational Education International Approach, Development and System. New York: Routledge.

Esposto, A., & Meagher, G.A. 2007. The FutureDemand for Employability Skills and the Implications for the VET System. (online). Diakses pada tanggal 23 Agustus 2016 dari http://www.avetra.org.au/publications/12-Esposto.pdf.

Firdaus, A. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (online). Diakses pada tanggal 11 September 2016 dari https://madfirdaus.wordpress.com /2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/

Gibb, J. 2004. Generic Skills in Vocational Education and Training. Adelaide SA:

National Cetre for Vocational Education Research Ltd.

Hager, P. & Holland, S. 2006. Graduate Attributes, Learning, and Employability. The Netherlands: Springer.

Hanafi, I. 2012. Re-Orientasi Keterampilan Kerja Lulusan Pendidikan Kejuruan. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(1):107-116.

Jatmoko, D. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1):1-13.

Kuncoro. 2009. Pendidikan dan Pembelajaran. Surakarta: Media Citra Lestari.

Sudana, I. M. 2014. Model Pendidikan Soft Skills untuk Calon Siswa SMK. Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014.

Sutabri, T. 2007. Sarjana Komputer di Era Informasi. (online). Diakses pada tanggal 23 Agustus 2016 dari http://kabarindonesia.com.

Tome, E. 2007. Employability, Skills, and Training in Portugal (1988-2000): Evidance from Official Data. Journal of European Industrial Training, 31(5), 336-357.

Dokumen terkait